“International Day of Solidarity of Palestine”, Sebuah Refleksi atas Nama Islam dan Kemanusiaan

Willi Ashadi

Dosen Prodi Hubungan Internasional

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

 

Muqoddimah

Sudah sepatutnya yang mengklaim dirinya manusia pasti akan bergejolak hati, jiwa dan raganya, apabila melihat seorang individu ataupun kelompok melakukan sesuatu yang zholim seperti menindas, menganiaya bahkan sampai membunuh orang orang dari kalangan anak anak, wanita dan orang tua. Ini merupakan Sunnatullah yang artinya bagi individu ataupun kelompok melihat hal sadis tersebut pasti akan mengutuk pelakunya. Bahkan si pelaku yang melakukan hal tersebut juga akan merasakan pergolakan hati dan pikiran bahwa yang dilakukan adalah salah. Inilah yang disebut dengan nurani kemanusiaan. Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam hadisnya bahwa setiap orang terlahir didunia tercipta dengan memiliki hati nurani (fitrah), dan hati nurani (fitrah) manusia mengarah kepada kebaikan, bukan kejahatan. Read more

Sejarah Baru, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Raih Gelar Profesor Pertama di FPSB UII

Foto: Foto Bersama (Kiri) Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V DIY, (Tengah) Prof. Masduki dan Prof. Hanafi Amrani, (Kanan) Fathul Wahid Selaku Rektor UII, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya mencatatkan sejarah baru sepanjang 28 tahun berdiri. FPSB UII kini resmi memiliki Guru Besar sekaligus Profesor pertama yaitu Prof. Dr. rer. .soc., Masduki, S.Ag., M.Si., M.A. , Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Media dan Jurnalisme, Setelah menerima surat keputusan (SK) kenaikan jabatan akademik Profesor yang berlangsung pada Senin (27/11/2023) bertempat di Ruang Sidang Datar Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Lantai 2 Kampus Terpadu UII.

Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an dan menyanyikan lagu kebangsaan serta Himne UII, Selanjutnya adalah pembacaan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) tentang Kenaikan Jabatan Akademik Profesor. Kemudian sesi selanjutnya adalah serah terima Surat Keputusan Kemendikbudristek tentang kenaikan Jabatan Akademik Profesor, dari Taufiqurrahman, S.E. Selaku Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Dikti (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta  dan diteruskan dari Rektor UII kepada Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si.

Acara selanjutnya adalah Sambutan oleh Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Indonesia,  Sambutan oleh Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII serta Sambutan oleh Taufiqurrahman, S.E. selaku Plt. Kepala Bagian Umum LLDikti Wilayah V DIY.

Dalam sambutanya, Prof Fathul Wahid  menyampaikan bahwa pencapaian gelar Profesor yang diraih oleh Dosen UII ini adalah hasil investasi panen dari bibit yang ditanam puluhan tahun yang lalu serta berkat diadakanya program percepatan profesor dan lektor kepala. Beliau juga berharap program seperti ini dapat dikawal secara konsisten namun dengan tetap menjaga etika akademik tertinggi bukan sekedar ingin memperbanyak profesor dengan melanggar aturan.

Dalam sambutan ini beliau juga mengajak kepada para hadirin termasuk Dosen peraih gelar profesor baru untuk merespon dan mematangkan ide dalam refleksi lanjutan yaitu Scientific Freedom atau Freedom of Scientific, karena selama ini kita masih sangat kekurangan waktu dalam melakukan refleksi, hal ini berbeda dengan kebebasan akademik karena akademik lebih luas sedangkan scientific merupakan bagian dari kebebasan akademik, hal ini sangat penting karena dapat menjadi pondasi bagi para peneliti untuk menjelajahi Ide, mencari kebenaran dan berinovasi tanpa hambatan yang tidak perlu. Beliau menambahkan alasan mengapa perlu menjaga dan merawat scientific freedom antara lain karena dapat melahirkan ide-ide inovatif dan penemuan yang membawa kemajuan besar bagi manusia, selain itu juga dapat mendukung pertukaran ide dan pengetahuan antar ilmuwan dan ini dapat menghasilkan kerja kolaboratif untuk penemuan-penemuan bersama. Scientific freedom juga dapat mendorong pemikiran kritis karena ilmuwan memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi ide dan tidak takut terhadap represi dan ancaman apapun.

Dalam Islam  sendiri, mengembangkan ilmu pengetahuan adalah perintah agama terutama ilmu yang mencerahkan dan dapat digunakan untuk meraih kesejahteraan seluruh manusia namun sebaliknya tidak boleh digunakan untuk mengeksploitasi sesama manusia. Dalam Scientific Freedom atau kebebasan scientific juga tetap ada batasan dan etika sehingga dapat terhindar dari potensi penyalahgunaan kebebasan, contohnya adalah ada ilmuwan yang menganggap dirinya bebas/otonom dan bermartabat dan terlalu bahagian dengan terkooptasi akhirnya hanya menjadi ilmuwan stempel sehingga Scientific Freedom ilmuwan tersebut sudah tergadai pada kepentingan dan kuasa tertentu. Scientific Freedom  ini juga perlu dibingkai dengan nilai untuk kepentingan publik, bukan hanya kepentingan personal saja, sehingga apapun itu ketika bertentangan dengan kepentingan publik maka perlu hati hati karena akan berpotensi melanggar koridor etika. Diakhir sambutan, Prof Fathul Wahid juga mengucapkan selamat kepada Prof Masduki dan keluarga, semoga tidak hanya dapat bermanfaat bagi diri sendiri namun juga khalayak luas dan tidak hanya terbatas dalam ruang lingkup universitas saja. Beliau turut mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu proses pengusulan jabatan akademik mulai dari dosen, Tendik, Program Studi, Fakultas, Direktorat Sumber Daya Manusia, Tim Penilai Angka Kredit, Majelis Guru Besar, Senat Universitas, Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, dan apresiasi yang tinggi bagi Kepala LLDikti Wilayah 5 dan semua jajaran, Dirjen Diktiristek serta Menteri Kemdikbudristek.

Sementara Prof. Allwar, dalam sambutanya menyampaikan bahwa perlu strategi yang khusus terutama bagi Fakultas, baik Ketua Jurusan maupun Prodi agar dapat memacu dosen agar lebih aktif untuk mencapai jabatan akademik tertinggi. Beliau manambahkan bahwa gelar profesor ini dapat menjadi hal yang positif bagi UII didalam menjalin kerjasama terutama dengan mitra dari luar negeri yang selalu melihat jumlah profesor yang ada pada suatu perguruan tinggi sehingga ini adalah momen yang tepat untuk menjaring kerjasama dengan mitra Luar negeri yang lebih luas jangkauanya. Selain itu beliau juga berharap agar research  atau penelitian tidak hanya berhenti pada Jurnal, jadi bagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh profesor yang akan datang tersebut dapat diimplementasikan untuk mensejahterakan masyarakat. Terakhir dalam sambutanya beliau juga mengharapkan Dewan Profesor dapat kita ajak untuk bersama-sama memfokuskan bagaimana untuk memajukan hasil-hasil riset yang sudah ada.

Foto: Sesi Foto bersama Prof Masduki beserta Istri (Tengah), Dekan FPSB UII Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si, Psikolog (Kiri), Wadek Bidang Sumber Daya FPSB UII Resnia Novitasari, S.Psi., M.A.(Kanan), Wadek Bidang KKA FPSB UII Nizamuddin Sadiq, S.Pd., M.Hum, Ph.D (Kiri), dan Perwakilan Tim Pendamping Kenaikan Jabatan Akademik FPSB UII.

 

KARENA KEHIDUPAN DUNIA SANGAT SINGKAT, JANGAN BERLEBIHAN, AMBILAH SECUKUPNYA!

Oleh: Giri Hadmoko —Dalam kehidupan di dunia, kata “bekerja” pasti tidak asing bagi setiap orang. Bekerja adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang, baik dengan menggunakan fisik maupun pikiran. Tentu saja, dalam bekerja, kita memiliki harapan dan keinginan, yaitu imbalan atau upah yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita selama menjalani kehidupan di dunia ini. Kita sering menghabiskan sebagian besar waktu kita, dari pagi hingga sore, bahkan seringkali lembur, hanya untuk berkerja. Read more

Aku dengan Pilihanku, Kamu dengan Pilihanmu

Oleh: Nindiasari Agung Pangesti — Sebagai makhluk sosial, saya adalah seorang pengguna media sosial dan sering mengamati trend-trend apa yang sedang ngehype dan banyak diperbincangkan di dunia maya. Beberapa waktu yang lalu, baik di instagram, twitter, ataupun tiktok sedang hangat-hangatnya memperbincangkan seorang youtuber perempuan asal Indonesia dengan jutaan subscriber memiliki keputusan untuk childfree atau sikap untuk tidak memiliki keturunan. Namun berdasarkan keputusannya–yang dapat dikatakan tidak lumrah bagi warga Indonesia, ia mendapatkan banyak sekali hujatan dari netizen. Selain hujatan, ia juga mendapatkan doa dari netizen semoga segera memiliki keturunan. Warge net beranggapan bahwa childfree merupakan hal yang haram untuk dilakukan, lebih-lebih bagi umat muslim.  Read more

3 KUNCI KESEIMBANGAN DALAM KEHIDUPAN: DUNIA, TUGAS, DAN KELUARGA

Oleh: Ariyanto—Dalam kehidupan yang seringkali dipenuhi kesibukan, kita menemukan diri kita sering mengucapkan satu kata: “Sibuk.” Namun, kata ini kadang-kadang dijadikan alasan dalam berbagai situasi, termasuk dalam konteks kehidupan beragama. Apakah Anda pernah bertanya pada seseorang mengapa mereka absen dalam pertemuan warga, tidak hadir di masjid pada Jum’at, atau tampak kurang aktif dalam perayaan keagamaan? Jawaban yang seringkali kita dengar adalah, “Sibuk.” Read more

Pengejar Dunia: Akhirat Terlupakan?

Oleh : Suparyati —Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menjadikan manusia yang hidup di era modern ini semakin bebas untuk berekspresi. Media sosial menjadi salah satu sarana yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan ekspresi. Pengguna media sosial belakangan ini tidak segan-segan untuk mengungkapkan aspirasinya untuk mencapai kebahagiaan duniawi, baik kebahagiaan berupa kekayaan, kekuasaan maupun kepopuleran. Kehidupan yang seharusnya bersifat privasi namun dipertontonkan untuk khalayak umum, sebagai contoh ada orang yang menceritakan masalah pribadinya ke media sosial agar orang-orang memberinya nasihat atau perhatian kepadanya, padahal hal tersebut secara tidak langsung sudah mengumbar aibnya. Bagi sebagian orang media sosial merupakan segalanya, mereka berpikir hanya media sosial yang dapat mengerti dirinya. Padahal segala perbuatan yang ada di dunia ini suatu saat akan dimintai pertanggungjawaban sesuai QS. Al-Mudatstsir: 38 “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya” Read more