Prophet Muhammad SAW as An Advocate for the Disabled Community

Oleh : Muhammad Zulfikar Rakhmat (Dosen Prodi HI) —

Stories of Prophet Muhammad SAW have been narrated from various perspectives. Some depict him as a warrior, an ideal husband, a good leader while others, especially Islamophobes, depict him as a paedophile and a terrorist. In this short piece, however, I would like to take a unique approach by shedding light on how important Prophet Muhammad SAW is to me as an individual with disabilities and to other Muslims with disabilities around the world. Read more

MENGINTEGRASIKAN NILAI ISLAM DALAM PERKULIAHAN

Oleh : Dr.H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag. Psikoloog–

Beberapa tahun terakhir saya mendapat kehormatan untuk berbagi pengalaman dengan dosen sejumlah perguruan tinggi Islam tentang strategi memasukkan nilai Islam dalam perkuliahan. UIN Semarang, UMS Solo, UM Purwokerto, UIN Pekanbaru, Universitas Islam Riau, IAIN Jambi adalah beberapa universitas Islam yang bersemangat dan berbagi sharing dengan saya. Read more

Unpopular Opinion: Adab Dosen terhadap Mahasiswa Menurut Islam

Oleh :

Banatul Murtafi’ah, S.Pd., M.Pd —

Jika membuka mesin pencari di gawai Anda lalu memasukkan kata kunci adab mahasiswa terhadap dosen, maka Anda akan menemukan berbagai macam judul artikel yang serupa seperti: 5 Sikap yang Perlu Dipahami Mahasiswa Saat Bertemu Dosen, Etika Berkomunikasi Dengan Dosen hingga Etika Berinteraksi Di Dalam Kelas, Mengontak, dan Berjejaring dengan Dosen. Read more

MENGAPA DAN BAGAIMANA MENGHINDARI PRASANGKA BURUK (SU’UDZON)?

Oleh : Dr. Rina Mulyati, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Prodi Psikologi)

Interaksi manusia, baik antar individu (si A dan si B), maupun antar kelompok (kelompok Y dan kelompok Z) tidak dapat dilepaskan dari proses kognitif. Apa yang kita lihat dari orang lain, atau apa yang dilihat orang lain dari kita adalah sebuah “informasi”. Ia masuk ke dalam sebuah proses kognitif yang kemudian diproses oleh mekanisme berpikir kita untuk melahirkan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini bisa berupa penilaian yang dapat diukur dalam kerangka positif vs negatif. Misalnya kita punya teman yang cara bicaranya kasar. Cara bicara ini adalah sesuatu yang kita tangkap dari dia, kemudian kita proses dalam sistem berpikir kita, dan akan menghasilkan kesimpulan tertentu. Katakanlah kemudian kita menyimpulkan bahwa “oh teman saya ini orangnya pemarah”. Proses antara informasi tentang cara berbicara yang kasar hingga memunculkan penilaian bahwa subjek adalah orang yang pemarah adalah sebuah proses yang berlangsung di dalam kesadaran pikiran kita. Read more

Meraih Kebahagiaan Sejati

Oleh :  Yulianti Dwi Astuti (Dosen Prodi Psikologi)—

Pandemi COVID-19 yang dialami masyarakat di hampir seluruh belahan dunia sejak akhir tahun 2019 merupakan ancaman bagi kebahagiaan keluarga. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara dalam mengatasi pandemi ini seperti lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menimbulkan perubahan dalam kehidupan sehari-hari setiap individu maupun keluarga. Orang-orang dewasa yang biasanya bekerja di kantor atau di luar rumah tiba-tiba harus menjalani Kerja dari Rumah atau bahkan dirumahkan tanpa dapat melakukan pekerjaan rutinnya karena tempat kerjanya (pabrik, mall, hotel, tempat-tempat wisata dll) harus ditutup selama pandemi. Read more

Perilaku Prolingkungan di Masa Pandemi Covid-19

OLeh : Thobagus Mohammad Nu’man (Dosen Prodi Psikologi) —-

Semenjak awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan adanya virus New corona yang lebih dikenal dengan COVID-19 (corona virus diseas-19). Pada tanggal 11 Maret 2020, secara resmi World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Penetapan status pandemi tidak terlepas dari penyebaran COVID-19 yang sangat luas. Tidak kurang dari 126.000 orang di 123 negara, di seluruh benua dari Asia, Australia, Eropa, AS, hingga Afrika. Read more

Sebuah Refleksi Penerapan Sikap Adil Guru-Siswa

Oleh : Ista Maharsi, S.S., M.Hum (Dosen Prodi PBI) —-

Manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri karena manusia tidak akan merasa cukup dengan dirinya. Dengan kondisi demikian, manusia membutuhkan orang lain untuk menggenapi keganjilan dirinya. Dalam hubungan antar manusia ini, pemenuhan kebutuhan yang bersifat saling menguntungkan, saling memberi, dan saling menerima menjadi tak terelakkan. Dalam istilah keilmuan, hubungan ini jamak disebut sebagai kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial ini, keadilan menjadi sebuah nilai yang paling penting dan utama dalam masyarakat. Read more

Nikmat Terbesar dalam Hidup Seorang Muslim: Sebuah Renungan

Oleh: Banatul Murtafi’ah (Dosen Prodi PBI) —- Terkisah dua orang sahabat karib sedang duduk sembari ngopi di depan kontrakan mereka. Tersebutlah nama keduanya Ahmad dan Salman. Keduanya memang sering bertukar pikiran sampai larut malam, bahkan sampai menjelang subuh. Seperti malam itu tetiba Ahmad bertanya pada Salman.

“Man, apa yang jadi peganganmu selama ini?” tanya Ahmad. Read more

Sehat Itu Indah

Oleh : Muslimah ————————- Kesehatan adalah salah satu nikmat dari Allah SWT yang patut untuk senantiasa kita syukuri. Sehat menurut WHO (2015) adalah adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkan menurut Ilmu Psikologi, manusia sehat adalah yang mampu mengalahkan kecemasan dan kebutuhan neurotiknya (Horney).

Kadang manusia tidak bisa merasakan nikmat sehat sebelum merasakan sakit. Seperti sabda Rasulullah SAW yang pernah dinyanyikan oleh Raihan dari Malaysia yaitu Demi Masa.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang: Read more

Menyikapi “Luapan” Informasi di Tengah Wabah Covid 19 dalam Perspektif Etika Komunikasi Islam

OLeh : Puji Rianto (Dosen Ilmu Komunikasi UII)–

Dalam situasi krisis seperti wabah corona (Covid 19) seperti sekarang ini, kebutuhan khalayak akan informasi meningkat pesat. Ini karena krisis selalu mengundang ketidakpastian, dan manusia senantiasa berusaha untuk mengurangi ketidakpastian itu dengan bertanya. Informasi dalam situasi krisis tidak hanya penting untuk mengurangi ketidakpastian yang menimbulkan kegelisahan, tetapi sekaligus menuntun kita untuk bersikap. Berbeda dengan era komunikasi tradisional di mana sumber-sumber informasi terbatas, tidak demikian di era digital. Kita memiliki sumber informasi yang berlimpah yang bahkan menciptakan oleh apa yang disebut James Potter (2011) sebagai “kelelahan informasi”(“information fatique”). Ini terjadi karena setiap hari kita mendapatkan beragam informasi yang begitu berlimpah, tetapi sayangnya tidak mempunyai perangkat yang cukup untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang salah, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak? Ironisnya, dalam situasi krisis, orang-orang bukan hanya didorong untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya, tapi sekaligus memicu munculnya kabar bohong (hoax). Di era media baru, hoax menyebar jauh lebih cepat dan luas (lihat Kapolkas, 2019; Gunawan dan Rukmono, 2018). Read more