Dicari! Pemimpin yang Takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Oleh Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi, M.Si—–

Meskipun ada kesamaan konsep kepemimpinan Islam dan teori-teori kepemimpinan modern dalam hal tuntutan atas transparansi dan akuntabilitas seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya, ada perbedaan sekaligus keunggulan konseptual dalam konsep kepemimpinan Islam yang tidak dimiliki teori-teori kepemimpinan modern. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan, kekuasaan adalah tanggung jawab yang disyariatkan untuk merealisasikan dan mencapai serangkaian tujuan agar agama dan ibadah seluruhnya dipersembahkan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dibutuhkan pemimpin yang meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu, memiliki segala penciptaan dan perintah, segala yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pastilah tidak akan terjadi. Allah Ta’ala berbuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dan memutuskan hukum sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya.

Pemimpin yang mengenal Allah Ta’ala akan tertanam dalam dirinya rasa malu,  pengagungan, pemuliaan, muraqabah (merasa selalu diawasi-Nya), kecintaan, tawakal, taubat, ridha, dan berserah diri kepada-Nya. Pemimpin yang mengenal Allah Ta’ala dan hak penghambaan kepada-Nya seperti demikian akan menyadari sepenuhnya bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab yang berat. Sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam dua hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي ذَرِّ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولُ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعمِلُنِي؟ قَالَ : فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِنِي ثُمَّ قَالَ : يَا أَبَا ذَرِّ إِنَّكَ ضَعِيْفٌ، وَإِنَهَا أَمَانَةُ، وَإِنَهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا

Dari Abu Dzar, ia berkata, “Aku berkata, ‘Hai Rasulullah! Tidaklah engkau memperkerjakan aku?’ Ia berkata, ‘Maka beliau menepuk pundakku dengan tanggannya kemudian bersabda, ‘Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya pekerjaan itu adalah amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari Kiamat kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban padanya”. (HR Muslim No1825)
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَاْلأَمِيْرُ الَّذِي عَلَى النّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُم، وَالرِّ جُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَغْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang amir yang memimpin manusia, ia memimpin mereka dan akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan ia akan diminta pertangung jawabannya tentang mereka, dan seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya, dia akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka dan seorang budak pemimpin atas harta tuannya dan dia akan diminta pertanggung jawabannya terhadapnya, ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya” [HR Bukhari No 2554 dan HR Muslim No 1829).

Pentingnya dimensi ruhaniah kepemimpinan dalam perspektif Islam ini dipertegas oleh keharusan seorang Muslim yang beriman وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ    (QS Al Hasyr: 18), untuk senantiasa  memikirkan akibat baik dan buruk apa yang akan dia dapatkan dari kepemiminannya, serta apa yang mereka dapatkan dari amal perbuatan kepemimpinannya yang bisa membawakan manfaat atau malapetaka baginya di akhirat. Meyakini bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala Mahateliti terhadap apa yang dia kerjakan, dimana amalnya tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya. Keyakinan demikian dapat membuatnya semakin semangat beramal saleh dalam amanah kepemimpinannya.

Pemimpin yang senantiasa berpegang teguh kepada ketakwaan kepada Allah Ta’ala, membiasakan amal saleh, mengubah amal-amal buruk dengan kebaikan, meninggalkan kemungkaran dan melaksanakan yang makruf, tidak akan pernah menjual kebahagiaan akhirat dengan kebahagiaan dunia, dan senantiasa mengingat firman-Nya,

أَن تَقُولَ نَفْسٌ يَٰحَسْرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِى جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ

‘Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah, sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah’ (QS Az-Zumar:56).

Dalam kontek kepemimpinan yang demikian, maka rasa takut kepada Allâh Azza wa Jalla, bukan kepada selain-Nya, merupakan salah satu karakteristik yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dan menurut syariat-Nya rasa takut kepada Allah Ta’ala ini memang diperintahkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia Muslim beriman, sebagaimana firman berikut ini

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman (QS Ali Imrân [3]:175)

فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا

Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit (QS Al-Mâida[5]:44).

Rasa takut yang perlu dimiliki seorang Muslim beriman adalah rasa cemas, gundah, dan khawatir terkena adzab Allâh Azza wa Jalla akibat melakukan perbuatan haram atau meninggalkan kewajiban. Rasa khawatir jika Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima amalan shalihnya. Perasaan-perasaan takut tersebut akan mencegah seorang Muslim beriman dari hal-hal yang diharamkan dan mendorongnya untuk bergegas melakukan kebaikan.

Ibnu Rajab al-Hambali mengingatkan bahwa tingkatan rasa takut yang wajib dimiliki seorang Muslim berima adalah sejauhmana rasa takut  kepada Allah Azz awa Jalla tersebut mendorong yang bersangkutan melakukan hal-hal yang menjadi keutamaan dan menjauhi hal-hal yang diharamkan menurut syariat-Nya. Apabila perasaan takutnya kepada Allah Ta’ala mampu membangkitkan dirinya untuk bersemangat mengerjakan nafilah (amalan sunat) dan ketaatan, menjauhi yang makrûh, dan tidak berlebihan dalam hal-hal yang mubah, maka itu semua merupakan rasa takut yang terpuji. Sebaliknya, apabila perasaan takut kepada Allah Ta’ala menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit, mati atau kecemasan permanen yang memutus semua jenis usaha, maka rasa takut kepada Allah Ta’ala yang demikian menjadi rasa takut yang tidak terpuji.
Rasa takut akan membuat seorang pemimpin menahan diri dari perbuatan maksiat terhadap Allah Ta’ala, termasuk dalam urusan kepemimpinan, dan mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Dzat yang ditakuti dan diseganinya, yaitu Allah Ta’ala. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama” (QS Fathir:28). Seorang pemimpin yang takut kepada Allah Ta’ala memiliki karakteristik untuk disebut sebagai  orang yang cerdas (الْكَيِّس), yaitu orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum dihisab pada Hari Kiamat (HR At-Tirmidzi).

Pemimpin yang takut kepada Allah Ta’ala apabila diingatkan dan diperi peringatan dengan ayat-ayat Allah Azza wa Jalla tersungkur sujud karena terpengaruh dengan perkataan yang paling baik (Al-Quran Al-Karim),menerimanya dengan penuh rasa takut dan gemetar—rasa takut akan adzab Allah  Ta’ala dan rasa harap terhadap rahmat-Nya, rasa takut akan kemurkaan Allah Ta’ala dan rasa harap terhadap keridhaan-Nya, rasa takut akan penghinaan Allah Ta’ala dan rasa harap akan petunjuk dan bimbingan-Nya. Lambungnya jauh dari tempat tidur untuk menyibukan diri di hadapan-Nya dan menghadap kepada-Nya dengan penuh rasa takut dan penuh harap. Selalu berdebar-debar lantara merasa takut kepada Allah Ta’ala, berharap mendapatkan karunia-Nya dan menghadap kepada-Nya dengan ketaatan.

Pemimpin yang takut kepada Allah Ta’ala akan meyakini bahwa memikul kewajiban-kewajiban kepemimpinan merupakan salah satu amal ketaatan  terbesar di sisi Allah Ta’ala bagi dirinya demi mengharapkan pahala-Nya dan bermaksud mendekatkan diri kepada-Nya. Menegakan agama-Nya dan menata dunia dengan agama-Nya (menata dengan hukum yang diturunkan Allah Ta’ala dalam segala sendi kehidupan sehingga keadilan tersebarkan dan kezaliman hilang, barisan tersatukan dan perpecahan terhapuskan, bumi termakmurkan dan kekayaan alam termanfaatkan), dilakukan demi mengejarkan apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR Bukhari No 660, HR Muslim No 1031, HR Ahmad No 439)
Merujuk pada tafsir Ibnu Katsir atas orang yang takut akan waktu menghadap Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga” (QS. Ar Rahman: 46), maka lebih logis untuk mengharapkan, memprediksikan pemimpin yang takut kepada Allah Ta’ala untuk lebih mampu untuk menahan hawan nafsunya, tidak melampaui batas, tidak mementingkan urusan dunia, menjalankan kewajiban-kewajiban kepada Allah Ta’ala, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Rasa takut pada Allah, menurut Ibnu Taimiyah, mendorong seseorang pemimpin untuk semakin mengenali Allah. Ma’rifatullah ini membuatnya semakin khosyah (khawatir akan siksa Allah) dan khosyah inilah yang mengantarkan pada ketaatan pada Allah. Jadi orang yang takut pada Allah patut diduga kuat akan selalu menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

sabar Sebagai Penguat Hati

OLeh : Putri Asriyani—

 

Pengertian Sabar

Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah. Untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah. Kualitas diri seseorang akan terbentuk dari seberapa kuatnya seseorang untuk tetap bersabar. Semakin sabar seorang hamba maka akan semakin kuat dalam melewati setiap cobaan. Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”.

Sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imron : 200 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imron:200).

Menurut Ulama Quraish Shihab berdasarkan ayat di atas, hukum bersabar adalah wajib. Setiap hamba yang tertimpa musibah maka wajib bersabar dari awal ujian datang hingga mendapatkan jalan keluarnya. Sabar merupakan tombak utama dalam iman, semakin tinggi kesabaran kita maka semakin tinggi pula iman kita.

Macam-Macam Sabar

Menurut ulama ada tiga macam sabar yang harus kita miliki, berikut penjelasan ke tiga sabar tersebut:

1. Sabar dalam Ketaatan

Menjadi hamba yang taat tentunya membutuhkan kesabaran yang terus-menerus dan diusahakan bertambah dari hari ke hari. Karena sabar sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah, didalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya dan dalam membina hubungan baik dengan sesama umat.

2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat

Menahan diri untuk tidak mendekati atau bahkan tidak melakukan maksiat menjadi rangkaian sabar yang harus kita miliki, ingat selalu bahwa ada Allah SWT selalu mengawasi dalam setiap aktifitas yang kita jalani.

3. Sabar Menerima Takdir Allah

Seringkali kita menyangkal setiap hal yang telah Allah gariskan namun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Musibah dan ketidaknyamanan hidup sesungguhnya diturunkan Allah untuk menguji kesabaran hambanya. Sejauh mana kita mampu bersabar, menerima dan berusaha kuat menjalani setiap ujian. Maka setelah mampu melewati ujian Allah akan memberikan kabar gembira sebagai hasil dari kesabaran.

Kiat Menjadi Orang Yang Sabar

Dalam buku “Sabar Paling Dalam” karya Fajar Sulaiman diterangkan bahwa sabar merupakan sebuah seni dalam menjalani hidup yang sudah pasti tidak mudah. Dalamnya kesabaran merupakan kekuatan terhebat untuk menghadapi segala rintangan. Berserah diri kepada Tuhan menjadi cara agar beban menjadi ringan dan kaki tetap lincah melangkah menjelajahi hari-hari. Tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain karena hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Padahal syukur adalah salah satu wujud dari sikap sabar, hargai hidup dengan tidak mengukur pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Karena terjalnya jalan dan tanjakan yang dilewati tentulah berbeda.

Semakin sulit jalan yang dilewati maka dibutuhkan kesabaran yang lebih tinggi. Cemooh dan ejekan akan mengiringi, namun sekali lagi sabar merupakan kunci utama untuk memperbaiki keadaan agar mampu membuktikan bahwa kehidupan kita tidak seburuk yang dipikirkan oleh orang lain. Tidak ada ujian datang kecuali untuk menguatkan, terimalah dengan sabar dan ikhlas. Ukuran sukses tidak mampu dinilai dengan materi ataupun pencapaian besar, namun lebih kepada seberapa besar kita menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Jalani hidup dengan baik tanpa perlu merasa banyak kekurangan. Tidak masalah jika sampai sekarang kita belum mencapai kesuksesan. Suatu saat kita akan sampai pada fase menikmati hasil yang telah diusahakan. Bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, dan tetapi bersabar untuk mengusahakan semua hal yang belum terwujud.

Dalam surat Al-Baqarah: 45 yang artinya : : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, Allah memerintahkan kita untuk meminta pertolongan dan tidak melalaikan shalat.

Shalat menjadi cara terbaik untuk mendatangkan jalan keluar, bersujudlah dan rendahkan diri kita dihadapan Allah. Akuilah bahwa kita hamba yang tidak berdaya terhadap apapun, mintalah petunjuk dan ketenangan. Kemudian terimalah bahwa musibah maupun masalah datang sebagai pengingat akan kelalaian kita kepada Allah. Seringkali sebagai hamba Allah kita merasa tinggi hati karena merasa mampu mencari solusi sendiri dan lupa untuk melibatkan Allah. Setelah ketenangan diraih, maka pikiran akan menjadi jernih dan bersabarlah untuk sampai kepada jalan keluar dari setiap masalah.

Syekh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Adapun salat maka akan menjadi penolong dalam setiap urusan dunia maupun agama, sehingga disebutkan dalam sebuah hadis: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengalami sesuatu masalah serius, beliau segera melakukan salat” (HR. Abu Daud, hasan).

Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita tetap bersabar dalam berbagai keadaan:

1. Niat Karena Allah

Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah maka akan mendapatkan ridha-Nya, dengan harapan akan diberi kemudahan, kelancaran dan tentunya kesabaran.

2. Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mendekatkan diri kepada Allah bisa dengan membaca Al-Qur’an ataupun dengan sering berdzikir. Memahami Al-Qur’an mampu membuat kita lebih mengerti bahwa apa yang terjadi dikehidupan kita adalah atas kehendak Allah, sehingga bisa lebih menerima dan bersabar atas segala yang kita peroleh dan harus dijalani. Sedangkan dengan berdzikir hati akan menjadi lebih tenang, pikiran lebih fokus dan bisa membuat keputusan ataupun mencari solusi dengan tepat.

3. Mengambil Hikmah

Banyak hikmah tersembunyi dari setiap yang kita alami, maka disarankan untuk tidak mengeluh. Tetap ber-husnudzon kepada Allah, tetap meyakini bisa melewati segalanya dengan ijin Allah, berharap iman kita bertambah dan akan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Segala sesuatu tentu diharapkan bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, namun sebagai hamba yang terkait satu sama lain tidak akan mungkin kita hidup tanpa hambatan. Tidak ada hal yang tidak mungkin diraih dengan kesabaran, selama apapun waktu yang dibutuhkan untuk meraih sesuatu tetap jalani dan usahakan. Tidak ada kesuksesan yang tergapai tanpa usaha yang panjang dan persiapan yang teratur.

Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran maka akan mendapatkan hasil yang baik, menjadi penguat hati yang utama. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang tangguh dan selalu dalam bimbingan Allah. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang berhasil. Maka bersabarlah, karena sabar menempati kedudukan tertinggi dalam iman. Semoga dengan sabar kita termasuk dalam hamba yang mulia dalam pandangan Allah SWT. Amiin….

Sabar Sebagai Penguat Hati

Oleh: Putri Asriyani—-

Pengertian Sabar

Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah. Untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah. Kualitas diri seseorang akan terbentuk dari seberapa kuatnya seseorang untuk tetap bersabar. Semakin sabar seorang hamba maka akan semakin kuat dalam melewati setiap cobaan. Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”.

Sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imron : 200 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imron:200).

Menurut Ulama Quraish Shihab berdasarkan ayat di atas, hukum bersabar adalah wajib. Setiap hamba yang tertimpa musibah maka wajib bersabar dari awal ujian datang hingga mendapatkan jalan keluarnya. Sabar merupakan tombak utama dalam iman, semakin tinggi kesabaran kita maka semakin tinggi pula iman kita.

Macam-Macam Sabar

Menurut ulama ada tiga macam sabar yang harus kita miliki, berikut penjelasan ke tiga sabar tersebut:

1. Sabar dalam Ketaatan

Menjadi hamba yang taat tentunya membutuhkan kesabaran yang terus-menerus dan diusahakan bertambah dari hari ke hari. Karena sabar sangat dibutuhkan dalam beribadah kepada Allah, didalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya dan dalam membina hubungan baik dengan sesama umat.

2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat

Menahan diri untuk tidak mendekati atau bahkan tidak melakukan maksiat menjadi rangkaian sabar yang harus kita miliki, ingat selalu bahwa ada Allah SWT selalu mengawasi dalam setiap aktifitas yang kita jalani.

3. Sabar Menerima Takdir Allah

Seringkali kita menyangkal setiap hal yang telah Allah gariskan namun tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Musibah dan ketidaknyamanan hidup sesungguhnya diturunkan Allah untuk menguji kesabaran hambanya. Sejauh mana kita mampu bersabar, menerima dan berusaha kuat menjalani setiap ujian. Maka setelah mampu melewati ujian Allah akan memberikan kabar gembira sebagai hasil dari kesabaran.

Kiat Menjadi Orang Yang Sabar

Dalam buku “Sabar Paling Dalam” karya Fajar Sulaiman diterangkan bahwa sabar merupakan sebuah seni dalam menjalani hidup yang sudah pasti tidak mudah. Dalamnya kesabaran merupakan kekuatan terhebat untuk menghadapi segala rintangan. Berserah diri kepada Tuhan menjadi cara agar beban menjadi ringan dan kaki tetap lincah melangkah menjelajahi hari-hari. Tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain karena hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Padahal syukur adalah salah satu wujud dari sikap sabar, hargai hidup dengan tidak mengukur pencapaian kita dengan pencapaian orang lain. Karena terjalnya jalan dan tanjakan yang dilewati tentulah berbeda.

Semakin sulit jalan yang dilewati maka dibutuhkan kesabaran yang lebih tinggi. Cemooh dan ejekan akan mengiringi, namun sekali lagi sabar merupakan kunci utama untuk memperbaiki keadaan agar mampu membuktikan bahwa kehidupan kita tidak seburuk yang dipikirkan oleh orang lain. Tidak ada ujian datang kecuali untuk menguatkan, terimalah dengan sabar dan ikhlas. Ukuran sukses tidak mampu dinilai dengan materi ataupun pencapaian besar, namun lebih kepada seberapa besar kita menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Jalani hidup dengan baik tanpa perlu merasa banyak kekurangan. Tidak masalah jika sampai sekarang kita belum mencapai kesuksesan. Suatu saat kita akan sampai pada fase menikmati hasil yang telah diusahakan. Bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, dan tetapi bersabar untuk mengusahakan semua hal yang belum terwujud.

Dalam surat Al-Baqarah: 45, Allah memerintahkan kita untuk meminta pertolongan dan tidak melalaikan shalat. Adapun arti ayat Al Baqarah 45 adalah : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.(Al-Baqarah:45)

Shalat menjadi cara terbaik untuk mendatangkan jalan keluar, bersujudlah dan rendahkan diri kita dihadapan Allah. Akuilah bahwa kita hamba yang tidak berdaya terhadap apapun, mintalah petunjuk dan ketenangan. Kemudian terimalah bahwa musibah maupun masalah datang sebagai pengingat akan kelalaian kita kepada Allah. Seringkali sebagai hamba Allah kita merasa tinggi hati karena merasa mampu mencari solusi sendiri dan lupa untuk melibatkan Allah. Setelah ketenangan diraih, maka pikiran akan menjadi jernih dan bersabarlah untuk sampai kepada jalan keluar dari setiap masalah.

Syekh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Adapun salat maka akan menjadi penolong dalam setiap urusan dunia maupun agama, sehingga disebutkan dalam sebuah hadis: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengalami sesuatu masalah serius, beliau segera melakukan salat” (HR. Abu Daud, hasan).

Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita tetap bersabar dalam berbagai keadaan:

1. Niat Karena Allah

Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah maka akan mendapatkan ridha-Nya, dengan harapan akan diberi kemudahan, kelancaran dan tentunya kesabaran.

2.  Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mendekatkan diri kepada Allah bisa dengan membaca Al-Qur’an ataupun dengan sering berdzikir. Memahami Al-Qur’an mampu membuat kita lebih mengerti bahwa apa yang terjadi dikehidupan kita adalah atas kehendak Allah, sehingga bisa lebih menerima dan bersabar atas segala yang kita peroleh dan harus dijalani. Sedangkan dengan berdzikir hati akan menjadi lebih tenang, pikiran lebih fokus dan bisa membuat keputusan ataupun mencari solusi dengan tepat.

3. Mengambil Hikmah

Banyak hikmah tersembunyi dari setiap yang kita alami, maka disarankan untuk tidak mengeluh. Tetap ber-husnudzon kepada Allah, tetap meyakini bisa melewati segalanya dengan ijin Allah, berharap iman kita bertambah dan akan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Segala sesuatu tentu diharapkan bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, namun sebagai hamba yang terkait satu sama lain tidak akan mungkin kita hidup tanpa hambatan. Tidak ada hal yang tidak mungkin diraih dengan kesabaran, selama apapun waktu yang dibutuhkan untuk meraih sesuatu tetap jalani dan usahakan. Tidak ada kesuksesan yang tergapai tanpa usaha yang panjang dan persiapan yang teratur.

Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran maka akan mendapatkan hasil yang baik, menjadi penguat hati yang utama. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang tangguh dan selalu dalam bimbingan Allah. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang berhasil. Maka bersabarlah, karena sabar menempati kedudukan tertinggi dalam iman. Semoga dengan sabar kita termasuk dalam hamba yang mulia dalam pandangan Allah SWT. Amiin….

Hibah Penelitian Kolaboratif FPSB UII

Bagi Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB ) Universitas Islam Indonesia (UII) yang berminat untuk mengikuti program Hibah Penelitian Kolaboratif FPSB UII Tahun 2022 informasi dapat diperoleh disini. 

atau bisa klik pada gambar tercantum

Jadwal Kuliah Semester Genap FPSB UII TA. 2021-2022

Untuk Jadwal Kuliah FPSB UII Semester Genap TA. 2021/2022 dapat di DOWNLOAD di Sini 

Atau klik pada gambar tersebut.

Ini Hidupku, Bukan Hidupmu

Oleh: Dian Febriany Putri ——- 

Telah menjadi suatu kelaziman dan menjadi hal yang tidak terlepaskan bahwasanya penggunaan teknologi baik fisik maupun non-fisik, seperti gawai dan internet, telah melekat dalam aktivitas kita sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang hal yang kita genggam sebelum tidur dan hal yang kita gapai saat bangun tidur adalah gawai tersebut yang berbentuk handphone atau telepon genggam. Benda yang dahulu kita kenal dan manfaatkan sebagai media komunikasi secara verbal dan tekstual, saat ini telah semakin berkembang memenuhi kebutuhan untuk dapat berkomunikasi dengan menampilkan visual. Begitu banyak perkembangan yang terjadi dengan adanya gawai dan internet ini yang mana hampir memfasilitasi aspek-aspek kebutuhan maupun aktivitas manusia, antara lain di bidang pendidikan, ekonomi/finansial, hiburan, dan tentu masih banyak lainnya. Penggunaan teknologi inipun tidak terbatas pada kalangan atau usia tertentu. Baik orang tua, orang dewasa, lebih-lebih remaja, bahkan anak-anak sudah sangat fasih betul dengan penggunaan gawai ini sendiri. Read more

Berusaha Sekuat Tenaga, Berserah pada Yang Maha Kuasa

Oleh: Fenty Puspitasari——

Malam itu Christopher Columbus diundang pada sebuah perjamuan akbar di kerajaan Spanyol. Ia akan menerima penghargaan karena telah menemukan dunia baru, yang kelak masyhur disebut Benua Amerika. Columbus tahu bahwa banyak orang meremehkan kerja kerasnya. “Tinggal berlayar saja terus ke barat. Ah semua orang juga bisa melakukannya,” demikian suara-suara mencemoohnya. Columbus lantas maju, ditantangnya semua yang ada di ruang tersebut untuk memberdirikan telur rebus di atas meja. Orang-orang menggelengkan kepala, menganggap tak mungkin telur yang ujungnya lonjong tersebut bisa berdiri. Read more