KOMUNIKASI UII BANTU KEMBANGKAN OBYEK WISATA dan UMKM

Melalui skema Hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dari Kemdikbudristek RI Tahun 2022,  Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII) bersama sejumlah Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII membantu mengembangkan potensi obyek wisata (obwis) Embung Sekembang di Desa Pagergunung Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia, Ahad, 24 Jumadil Awal 1444 H/18 Desember 2022. Read more

SEBUAH REFLEKSI: YA ALLAH, SUDAHKAH AKU MENCINTAI-MU

Oleh : Hartiwi, A.Md (Tendik FPSB UII)—-

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”  (Q.S. Ali Imran: 14).

Muqoddimah

Rasa cinta telah hadir sejak manusia diciptakan yakni zaman Nabi Adam dan Siti Hawa diciptakan dan dipertemukan menjadi pasangan. Cinta merupakan sesuatu yang tidak tampak oleh mata, namun cinta dapat dirasakan oleh hati. Apabila manusia tanpa cinta maka hidupnya akan terasa hampa.

Pada diri kita juga terdapat perasaan cinta tersebut.  Perasaan cinta yang tumbuh dalam diri seseorang dapat ditujukan kepada antara lain cinta terhadap sesama manusia, cinta terhadap binatang, cinta terhadap tumbuhan cinta terhadap suatu barang. Rasa cinta setiap manusia sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Ali Imron ayat 14 yang artinya berbunyi “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa – apa yang diinginii yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).”Q.S. Ali Imran: 14.

Cinta Terhadap Makhluk

Apabila kita sedang memiliki perasaan cinta terhadap seseorang, pasangan misalnya, maka dalam diri kita akan timbul muncul perasaan seperti berikut:

  1. Hati merasa bahagia dan merasa tenang ketika berada didekatnya.
  2. Selalu mendukung dan menghargai kerja kerasnya dengan berterima kasih atas apapun yang diberikan dan dilakukan oleh pasangan untuk kita.
  3. Ikhlas melakukan perbuatan yang dapat membuat senang pasangan seperti menyiapkan sarapan dan bekal pasangan setiap pagi karena pasangan lebih suka membawa bekal dari rumah, dan tidak melakukan perbuatan yang tidak disukai pasangan misal berlaku hidup boros sehingga kita harus berusaha menghindari hal tersebut dengan berbelanja berdasarkan kebutuhan bukan keinginan.
  4. Berusaha selalu mnyenangkan pasangan, misal dengan selalu menyambut kehadiran pasangan dengan senyuman walaupun kita sedang dalam kondisi lelah atau bahkan sakit.

Dari uraian tersebut di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa dengan adanya perasaan cinta dalam diri seseorang akan menjadikan ia rela melakukan atau tidak melakukan suatu demi untuk apa yang dicintai.

Bagaimana dengan cinta seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?  Seberapa besar perasaan cinta kita sang khalik, Allah Subhanahu wa Ta’ala? Seberapa besar kerelaan dan keikhlasan kita untuk melakukan hal-hal yang dicintai Allah atau tidak melakukan segala yang dibenci Allah? Seberapa dahsyatnya getaran hati kita ketika asma Allah diperdengarkan? Secepat apa kita bergegas melangkah mendatangi panggilan Allah ketika adzan dikumandangkan sebagai panggilan cintaNya kepada hamba, apakah diri ini selalu bergegas untuk memenuhi panggilan cintaNya? Sudahkan diri ini mengingat akan kebesaranNya setiap saat dan dalam keadaan apapun? Apakah hati ini selalu merasakan rindu kepadaNya? Dari beberapa hal tersebut di atas kita dapat bertanya pada diri sendiri sudahkah kita mencintai Allah?

Apabila kita menyatakan cinta kepada Allah maka kita akan melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah dan meninggalkan hal-hal yang dibenci Allah dengan harapan Allah akan mencintai kita sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Al Baqarah ayat 165 yang artinya “Orang-orang yang beriman akan kuat cintanya kepada Allah SWT.”

Cinta Kepada Allah SWT

Kita dalam mencintai Allah tentu tidak cukup hanya berupa ucapan lisan kita yang mengatakan bahwa aku mencintaiMu ya Allah, tetapi perasaan cinta itu harus kita buktikan selain dengan ucapan, tetapi dengan hati yang penuh dengan keyakinan dan juga dengan perbuatan kita yang menunjukkan kecintaaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi dalam mencintai Allah dapat kita ungkapkan melalui lisan, meyakini dalam hati dan melakukan dengan tindakan. Mengapa kita cinta kepada Allah, karena Allah telah menciptakan kita dengan penuh kasih sayang.

Dalil cinta kepada Allah sebagaimana dalam firmanNya dalam surat Ali Imran ayat 31 yang artinya berbunyi: “Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah. Ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “

Manfaat yang kita peroleh apabila kita mencintai Allah dengan sungguh-sungguh antara lain:

  1. Menjadikan hati menjadi tenang. Hati menjadi tenang karena merasa Allah selalu bersama kita dalam setiap keadaan.
  2. Mendapatkan barakah dalam kehidupan, sehingga semakin bertambah usia kita bertambah pula kebaikan dan ketaatan kita.
  3. Mendapatkan ridha dari Allah. Selama kita menjalani kehidupan ini dengan mengikuti aturan yang ditetapkan Allah maka Allah akan ridha.
  4. Meningkatkan ketaqwaan. Ketika kita menyatakan cinta kepada Allah maka kita akan berusaha maksimal untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak melakukan hal yang dibenci oleh Allah SWT.

Wujud Cinta Kepada Allah

Kita dapat melakukan beberapa hal sebagai wujud cinta kepada Allah antara lain:

  1. Dengan membaca, mempelajari serta memahami firman-firmanNya sebagai pedoman hidup untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Dengan melaksanakan amalan sunah setelah mengerjakan amalan wajib seperti mengerjakan shalat sunat dhuha ketika kita akan memulai rutinitas. Bisa juga dengan menambahkan amalan shalat malam.
  3. Selalu mengingat Allah dimanapun berada dan dalam keadaan apapun. Hal ini bisa kita terapkan misalnya berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir selama dalam perjalanan menuju tempat kerja kita. Selain itu, juga bisa membaca ayat kursi
  4. Mencintai Allah di atas cinta kita kepada apapun

Naik Turunnya Cinta Kepada Allah SWT

Rasa cinta yang ada dalam diri kita terkadang mengalami naik turun bagaikan gelombang di lautan yang mengalami pasang dan surut. Begitu juga rasa cinta kepada Allah tak lepas dari gelombang pasang dan surut. Sebagai seorang hamba tentu kita ingin agar rasa cinta itu selalu terpupuk dengan baik sehingga akan selalu bertambah dan bertambah subur rasa cinta kepada Allah. Namun sebagai manusia biasa tentu rasa cinta itu pernah mengalami naik turun.

Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk menjaga diri agar cinta itu selalu bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Agar kita dapat menjaga rasa cinta itu selalu bertambah, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang dapat membuat cinta kita mengalami penurunan. Berkurangnya rasa cinta kepada Allah Swt bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  1. Kurangnya ilmu pada diri kita.

Kurangnya ilmu dalam mengenal Allah maka akan mempengaruhi rasa cinta kita kepada Allah. Namun ketika kita memiliki pengetahuan yang luas tentang Allah maka kita akan merasa lebih dekat dalam mengenal Allah yang mengakibatkan bertambahnya rasa cinta kepadaNya.

  1. Berbuat lalai / kelalaian.

Ketika ada panggilan Allah berupa adzan terkadang kita tidak segera memenuhi panggilan tersebut tetapi justru menunda dengan berbagai alasan karena sedang melakukan pekerjaan, rapat, sedang dalam perjalanan atau karena hal lain. Bahkan kita kadang dalam melakukan shalat juga dapat dianggap lalai ketika dalam kondisi shalat tetapi hati dan pikiran tidak bisa fokus sehingga kita tidak tahu apa yang kita baca dalam shalat.

  1. Melakukan perbuatan dosa dan maksiat.

Perbuatan dosa dan maksiat merupakan perbuatan yang melanggar perintah Allah sehingga akan membawa kita jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

  1. Godaan syetan.

Syetan merupakan musuh nyata bagi kita dimana akan selalu berusaha menyesatkan kita dari kebenaran.  Syetan akan menampakkan sesuatu yang buruk menjadi baik dan sebaliknya. Misalnya ketika kita ingin bersedekah syetan akan mengganggu kita dengan membisikkan bahwa dengan sekedah maka akan menjadikan kita miskin.

  1. Salah dalam memilih teman.

Dalam pergaulan kita harus berhati-hati dalam memilih teman karena teman akan mempengaruhi akhlak diri kita. Apabila kita salah dalam memilih teman dalam pergaulan maka kita bisa tergelincir dalam pergaulan yang salah. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan dalam memilih teman antara lain :

  1. memilih teman yang taat beribadah sehingga kita juga akan terbawa pada kebiasaan untuk taat beribadah.
  2. orang yang jujur dimana akan menyampaikan kebaikan dan keburukan sesuai dengan apa adanya. Selain itu, akan turut membentuk karakter pada diri kita untuk selalu berbuat jujur.
  3. Apabila kita berteman dengan orang yang dapat dipercaya, maka kita akan merasa aman dan nyaman ketika kita menitipkan amanah kepadanya.

Sebagai seorang hamba tentu kita sangat mengharapkan rasa cinta itu senantiasa tumbuh subur dalam hati kita. Untuk menggapai rasa cinta itu kita perlu melakukan upaya-upaya yang dapat memupuk dan menumbuhkan rasa cinta itu sendiri.

Beberapa hal yang dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala antara lain:

  1. Lebih mengenal Allah SWT.

Bagaikan kata pepatah bahwa tak kenal maka tak sayang. Oleh karena itu, kita wajib mengenal Allah lebih dekat agar dapat meningkatkan kadar cinta kepada Allah. Kita berusaha mengenal Allah melalui ciptaanNya bahwa apapun yang ada dimuka bumi ini ada karena kuasa Allah.

  1. Selalu mengingat Allah SWT.

Hal ini harus selalu kita usahakan dalam situasi dan kondisi apapun dan berada di manapun untuk selalu mengingat Allah. Kadar dalam mengingat Allah kadang berkurang ketika kita dalam keadaan gembira. Hal ini perlu kita sadari dan usahakan agar kadar ingat kepada Allah selalu bertambah.

  1. Membaca dan Tadarus Al Qur’an.

Membaca Al Qur’an dengan berusaha mengerti, memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang ada kandungan Al Quran.

  1. Melakukan puasa.

Dalam melakukan ibadah puasa, kita mendapatkan berbagai kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada kita antara lain merasakan nikmatnya minum dan makan setelah menahan dahaga dan lapar selama sehari penuh,

  1. Mengingat kematian.

Kematian merupakan pelajaran berharga yang dapat mengingatkan kita bahwa kita makhluk yang lemah yang usianya telah ditentukan oleh Allah. Banyaknya kita mengingat kematian maka hati kita akan semakin mencintai Allah.

  1. Selalu berdoa, melalui berdoa kita merasa sedang berkomunikasi dengan Allah sehingga semakin kita sering berdoa maka semakin banyak kita berkomunikasi dengan Allah
  2. Sabar dalam menghadapi ujian. Ketika kita diberikan ujian oleh Allah berupa kesenangan sudah seharusnya kita bersyukur dan ketika kita diuji dengan kesusahan, kita sikapi dengan kesabaran.

Penutup

Setelah kita mengetahui beberapa hal yang dapat mempengaruhi naik turunnya rasa cinta kita kepada Allah Swt, kita dapat menakar kadar cinta kita kepada Allah Swt antara lain dengan:

  1. Menilik diri sendiri seberapa sering kita menyebut nama Allah Swt dalam kehidupan setiap harinya.
  2. Seberapa sering kita mengingat Allah Swt di manapun kita berada dan dalam kondisi apapun.
  3. Seberapa dahsyatnya getaran hati ketika asma Allah Swt diperdengarkan.

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bimbinglah hamba-Mu ini untuk selalu mencintai-Mu hingga akhir hayatku.

A Contemplation: Life and Islam

By: Rizki Farani (Dosen Prodi PBI FPSB UII).

 ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

He is the One, Who created death and life in order to test which of you is best in deeds.

And He is the Almighty, All-Forgiving. (Al Mulk:2) Read more

Aplikasi NETRAKU Raih Juara 1 AIP Kota Yogyakarta 2022

Aplikasi NETRAKU karya Muhammad Wafa Akhyari, S.Kom yang saat ini tercatat sebagai Tenaga Kependidikan (Tendik) Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII)  bersama Lu’luatul Awaliyah dan Ninik Tri Astutik (alumni PBI UII) yang tergabung dalam Start-Up NETRAKU berhasil meraih juara 1 dalam Anugerah Inovasi dan Penelitian (AIP) Kota Yogyakarta 2022. Read more

Dosen dan Mahasiswa Lakukan Pengabdian Masyarakat di Bogor

Pentingnya Penguasaan Bahasa Asing dan Ketaatan Kepada Allah dalam Menggapai Cita-Cita. Demikian tema seminar dan dakwah islamiah yang disampaikan oleh tim pengabdian masyarakat (kolaborasi dosen dan mahasiswa) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada siswa dan santri SMK Sirojul Huda 3 dan juga perwakilan atau utusan OSIS dari SMK/MA/SMA di Cijeruk, Caringin dan Cigombong, Bogor, Sabtu, 3 Desember 2022. Read more

SUMPAH MAPPRO LVIII: Hidup Harus Bermakna

Hidup itu harus punya meaning (makna). Seorang psikolog juga harus seperti itu. Bisa menjadi penyelamat kehidupan melalui berbagai konsultasi yang dilakukan pada siapapun, baik individual, komunitas, lembaga, organisasi dan lainnya. Terus belajar dan tidak boleh berhenti belajar. Teruslah memberi manfaat dengan membantu kehidupan umat di dunia yang terus berubah secara cepat ini. Demikian beberapa pesan penting yang disampakan oleh Prof. Dr. Djamaluddin Ancok pada 12 orang wisudawan Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang diambil sumpahnya pada kegiatan Sumpah Magister Psikologi Profesi Periode LVIII, Sabtu, 9 Jumadil Awal 1444 H/ 3 Desember 2022 di auditorium FPSB UII lantai 3. Read more

Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Gelar Sumpah LVIII : Hidup Harus Bermakna

Hidup itu harus punya meaning (makna). Seorang psikolog juga harus seperti itu. Bisa menjadi penyelamat kehidupan melalui berbagai konsultasi yang dilakukan pada siapapun, baik individual, komunitas, lembaga, organisasi dan lainnya. Terus belajar dan tidak boleh berhenti belajar. Teruslah memberi manfaat dengan membantu kehidupan umat di dunia yang terus berubah secara cepat ini. Demikian beberapa pesan penting yang disampakan oleh Prof. Dr. Djamaluddin Ancok pada 12 orang wisudawan Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang diambil sumpahnya pada kegiatan Sumpah Magister Psikologi Profesi Periode LVIII, Sabtu, 9 Jumadil Awal 1444 H/ 3 Desember 2022 di auditorium FPSB UII lantai 3. Read more

Istighfar sebagai Gaya Hidup

Oleh : Widodo Hesti Purwantoro—

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: Al Baqarah:30). Read more

Fuad Nashori Terpilih Kembali Sebagai Ketua IIUCP Forum

Dr. Fuad Nashori, Psikolog kembali terpilih secara aklamasi sebagai ketua IIUCP Forum untuk periode ketiga (2022-2026) pada forum musyawarah pimpinan fakultas psikologi 20 universitas Islam anggota IIUCP Forum yang berlangsung di Universitas Islam Riau,  Pekanbaru, 26 November 2022. Amanah ketua ini merupakan amanah ketiga setelah sebelumnya terpilih pertama kali untuk periode 2014-2018 dan berlanjut di periode 2018-2022. Read more

Keuletan dalam mencapai sukses

Oleh: Puji Rahayu, S.Pd., M.L.S.T., Ph.D—- “”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS: Surat Al-Insyirah Ayat 5-6)

Di sekitar kita banyak orang yang kita pandang berhasil dalam berbagai bidang; misalnya bidang pendidikan, ekonomi, agama, atau bidang yang lain. Di bidang Pendidikan kita sering melihat orang-orang yang sukses belajar di Harvard University, MIT University, atau di universitas-universitas di negara maju dengan presikat yang bagus. Akhir-akhir ini kita juga sering menyaksikan kesuksesan ekonomi para crazy rich Indonesia yang sukses di bidang ekonomi dalam usia yang masih sangat muda. Kita sering juga menyaksikan para pendakwah yang sangat sukses seperti Ustad Shomad yang sangat pandai menyampaikan dakwahnya khususnya bagi jamaah untuk melaksanakan hal-hal baik yang harus dilakukan. Read more