MENJEMPUT REZKI DAN BERBAGI

Oleh : Giri Hadmoko —-

Alhamdulillah sebagai manusia, kita hidup di dunia ini tidak ada kata kekurangan. Semua yang kita butuhkan dalam menjalani hidup di dunia ini akan dijamin oleh Alloh Swt. Apalagi bagi orang yang berusaha. Kebutuhan manusia di dunia ini begitu banyak dan macam macam, dari kebutuhan pokok untuk keperluan bertahan hidup, seperti sandang pangan dan papan. Sandang layak untuk kita kenakan dalam kesehariannya, setelah itu pangan untuk yang berarti makanan dan minuman yang menjadi sumber energi bagi kita, dan papan sebagai hunian tempat tinggal untuk istirahat. Alhamdulillah kita dicukupkan dengan apa yang diperlukan di dunia ini, kita tinggal berusaha untuk mendapatkannya. Kita diciptakan di dunia dengan kesempurnaan atas kehendak Alloh SWT.  Kita bersyukur dilahirkan di dunia dengan keadaan sehat tidak kekurangan satu apapun, kita diberi akal untuk berfikir, diberi tenaga untuk menjalani hidup di dunia, setiap manusia telah memiliki rezekinya masing masing. Alloh Swt telah menjamin akan hal itu. Rezeki berupa harta , teman keluarga jodoh. 

Dalam hal rezki harta, mencari rezki merupakan sebuah tuntutan kehidupan yang tidak mungkin seseorang dapat menghindar darinya. Sebagai umat islam kita harus mencari dan mendapatkan rezki itu, karena wajib hukumnya sebagai umat islam berusaha, dan bagaimanakah menjemput dan mencari rezki yang baik menurut agama islam?

Menurut Ayu wulandari (2018) dalam empat adab mecari rezki ( https://islami.co/4adabmencarirezeki/ )

Mencari rezeki memang menjadi suatu kewajiban, terlebih bagi para kepala rumah tangga. Selain kewajiban, mencari rezeki juga menjadi tuntunan agama dalam rangka menaati perintah Allah Swt untuk menafkahi keluarga. Meskipun demikian, ada saja yang mencari rezeki tanpa mempedulikan mana yang halal dan mana yang haram. Bagi sebagian orang, ungkapan “yang halal aja susah apalagi yang halal” seolah-olah menjadi pembenaran atau legalitas atas apa yang mereka kerjakan.

Rasulullah SAW pernah menggambarkan perilaku semacam itu dalam sebuah hadis, “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukan dengan cara yang haram.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, umat Islam hendaknya memperhatikan cara-cara yang mereka lakukan dalam mencari rezeki. Ternyata ada empat hal yang harus diperhatikan oleh umat Islam dalam rangka mencari rezeki halal.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah jangan mencurangi timbangan. Sebagian besar orang mencari rezeki melalui kegiatan perdagangan atau perniagaan dan tak jarang ada saja pedagang yang nakal dalam berdagang. Dalam melakukan perdagangan, umat Islam dituntut untuk senantiasa berbuat jujur. Selain itu, tidak boleh mempermainkan timbangan takaran ataupun kualitas dari barang yang dijual.

Seperti disebutkan dalam Alquran:

Allah berfirman, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-6)

Kemudian yang kedua, jangan melakukan kegiatan riba dan jangan melakukan kegiatan transaksi riba dalam mencari rezeki. Allah melarang hamba-Nya mencari rezeki melalui riba.

Seperti disebutkan dalam Alquran:

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran: 130-131)

Ketiga, yaitu jangan menggunakan cara yang bathil dalam mencari rezeki. Cara-cara bathil yang dimaksud yaitu seperti halnya korupsi, mencuri, menerima suap ataupun menipu.

Seperti disebutkan dalam Alquran:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 188)

Kemudian yang keempat, jangan mencari rezeki melalui jalan perjudian dan jual beli barang haram. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Allah dan Rasul-Nya melarang jual-beli khamar, bangkai, daging babi dan berhala/patung yang disembah…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan semua harta yang kita dapatkan, sebagai umat islam kita harus memanfaatkan apa yang kita dapatkan itu dengan baik,. Banyak sedikit rezki yang kita dapat semua itu sudah sesuai apa yang di berikan Alloh Swt untuk kita . Sebagai rasa syukur atas rezki yang kita dapat kita sebagi umat muslim wajib mensyukurinya dan membagikan atau sedekahkan sebagian apa yang kita dapatkan, dengan harapan apa yang kita dapat menjadi berkah dan mendapat kemanfaatannya. Berbagi itu sendiri ialah dengan menyumbangkan sebagian tenaga dan pikirian kita untuk sesama yang membutuhkan. Karena menurut saya kemanfaatan dari berbagi menurut saya sangat banyak sekali, diantaranya membuka pintu rezki bagi kita yang artinya apa yang kita berikan pasti akan di ganti oleh Alloh Swt lebih banyak, bisa meringankan beban sesama, dengan usaha kita untuk mengamalkan dan mengerjakan amalan tersebut kita bisa menjadi insan yang sadar dan tahu bahwa semua apa yang kita dapat adalah titipan yang diamanahkan untuk kita dan akan dipertanggungjawabkan. Jadi sepantasnya dan wajib untuk kita selain bersyukur atas apa yang kita miliki. Itu semua wujud kita berbagi bagi sesama manusia. Semua yang kita usahakan dan kita amalkan khususnya dalam berbagi atau bersedekah itu akan kembali ke kita manfaatnya, selain kita amalkan akan  anjuran agama kita. Kita akan mendapatkan pahala yang menjadi bekal kelak di akhirat.

Membahas             tentang             berbagi,             menurut             ZAHRA            NUR               AZIZAH(2021)

https://www.wujudaksinyata.org/news/utamamanasedekahkesaudarasendiriatauoranglain

Jadi apa yang ada pada diri kita ada sebagian hak yang harus diberikan untuk sesama bagi yang utama dan yang membutuhkan, dalam kehidupan ini kita dapat banyak  kesempatan berbagi, mulai dari berbagi yang tidak kelihatan ataupun yang tampak, kita memberikan sumbangan pikiran itu salah satu bentuk berbagi  yang tidak kelihatan bentuknya, selain itu kita bisa berbagi dengan sebagian dari harta kita.

Dalam islam berbagi juga bisa di katakan sedekah,

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

{ َوَأَنْ فِقُواِ منِْمَاِ رَزَقْنَاكُمِْ منِْقَبْ ل أَنِْيَأْ  يتَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُِفَيَقُولَِرَبِِّلَوْلا أَخَّرْتَ  ين إلََ أَجَلٍِقَرِيبٍِفَأَصَّدَّقَِوَأَكُنِْ منَ الصَّا ل ح  يِ}

Artinya: ”

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Munafiqun: 10).

Agama islam terkait  Bersedekah, salah satu wujud kita dalam berbagi, kita mengeluarkan atau menyisihkan beberapa harta yang kita miliki untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Yang bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah dan menyucikan harta yang kita miliki. Dengan kita selalu mengeluarkan harta kita untuk sedekah, perlu kita ketahui bahwa harta kita tidak akan habis, justru harta kita akan selalu bertambah dan kebutuhan akhirat juga terpenuhi. “Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’: 39).

Bersedekah tidak hanya sebatas materi dan harta, melainkan bisa juga dengan tenaga, senyuman, kepandaian sampai menyirkan paku dijalan saja itu sudah teemasuk sedekah. Rasulullah bersabda, , “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR. At-Tirmidzi).Dalam bersedekah pasti ada saja pertanyaan seperti ini, “sedekah lebih utama diberikan kepada saudara atau orang lain?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari simak hadits berikut yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, yang artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah RA, ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu, (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Maksud dari orang menjadi tanggung jawab disini ialah kerabat keluarga. Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dan At-Tirmidzi, yang artinya, “Dari Salman bin Amir RA, dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Sedekah kepada orang miskin (bernilai) satu sedekah.

Tetapi sedekah kepada kerabat (bernilai) dua sedekah, pertama pahala sedekah, kedua pahala (jaga) silaturrahim.’” (HR An-Nasai dan At-Tirmidzi).Hadits ini selain menjelaskan terntang keutamaan sedekah terhadap kerabat keluarga, juga menjelaskan bahwa bersedekah terhadap kerabat keluarga juga dapat menjaga tali silaturahim antar keluarga. Karena keluarga adalah yang paling terdekat dengan kita. Jadi bagi kita harus tahu keadaan kerabat kita, sehingga apa yang mungkin atau dibutuhkan oleh kerabat, kita tahu. Karena saudara yang paling dekat dengan kita adalah keluarga, dan wajib bagi kita bila mempunyai dan di harapkan bantuannya kita bisa membantu.  Namun, bersedekah kepada orang lain juga harus diutamakan.

Hal ini dijelaskan dalam hadist diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, yang artinya, “Dari sahabat Abu

Hurairah RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Sedekahlah kalian!’ Seorang sahabat berkata, ‘Ya Rasul, aku punya satu dinar?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah kepada dirimu sendiri.’ Ia berkata, ‘Aku masih punya uang lagi?’ ‘Sedekah kepada anakmu,’ jawab Rasul. Ia berkata, ‘Aku masih punya uang?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah kepada pelayanmu.’ Ia berkata lagi, ‘Aku masih punya uang lainnya?’ Rasul menjawab, ‘Kamu lebih tahu sedekah kepada siapa lagi.’” (HR Abu Dawud dan An-Nasai).Sudah dijelaskan bahwa jika kita ingin bersedekah sebaiknya diutamakan kepada kerabat dekat (keluarga) terlebih dahulu. Namun, jika keadaan keluarga sudah berkecukupan, sebaiknya sedekah itu diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.  Keutamaan berbagi dan memberi bukan kepada mereka yang dicintai, tetapi berbagi kepada mereka yang membutuhkan. berbagi juga menjadi amalan yang mendatangkan pahala, dan juga meringankan beban saudara kita, dan bermanfaat.

karena apa yang ada pada diri kita kelak di akhirat dipertanggung jawabkan. Sangat beruntung bagi kita kelak di akhirat bilamana disaat di dunia kita bisa mengamalkannya. Ingatlah untuk selalu berbagi meskipun hanya mampu memberikan sedikit, yang dilihat bukan banyak atau dikitnya harta yang dikeluarkan melainkan niat baik kita untuk membantu.