kegiatan Prodi Hubungan Internasional

HI Diskusikan Etnik Tionghoa dalam Pusaran Hubungan Indonesia-Tiongkok

Paparan definisi etnik “Indonesia Tionghoa” serta hubungan antara etnik Tionghoa, Hindia Belanda dan Tiongkok masa Pra-Kemerdekaan RI yang disampaikan oleh Dr. Johanes Herlijanto mengawali diskusi bertema Etnik Tionghoa dalam Pusaran Hubungan Indonesia-Tiongkok yang diselenggarakan Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 17 Februari 2020 di ruang audiovisual FPSB UII.

Read more

Belajar Politik Internasional dari Sang Nabi

Oleh : Hasbi Aswar (Dosen Prodi Hubungan Internasional, FPSB UII)

Salah satu poin menarik dari buku “Towards an Islamic Theory of International Relations: New Directions for Methodology and Thought” karya Abdul Hamid Abu Sulayman (1993) adalah sebagai muslim, selain melihat nabi Muhammad SAW sebagai nabi pembawa pesan dan pemimpin agama, kita juga bisa melihat beliau dari sisi beliau sebagai manusia yang memimpin masyarakat dan negara. Dari situ kita bisa memahami dan belajar cara berpolitik dari sang nabi.

Sebagai muslim, kebanyakan dari kita melihat nabi terbatas kepada sisi kenabian beliau sehingga segala hal yang beliau raih selama hidupnya adalah pertolongan dari Allah SWT. Sebab beliau adalah Rasul Allah dan sosok paling dekat dan dicintai oleh Allah. Pandangan ini benar dan tidak salah. Ini adalah konsep yang harus kita imani, bahwa segala nikmat yang kita dapatkan adalah karunia dari Allah SWT. Namun, yang sering dilupakan adalah aspek syariat dari pencapaian – pencapaian yang nabi dapatkan.  Aspek syariat maksudnya adalah jalan yang ditempuh nabi untuk meraih itu.

Sebagai muslim kita memahami bahwa untuk meraih sesuatu, mendekatkan diri kepada Allah adalah cara mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, namun tidak cukup sampai di situ. Ikhtiar yang maksimal juga disyariatkan agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai secara mudah.  Inilah yang nabi ajarkan kepada kita.

Dalam konteks hubungan internasional, kita pun bisa mengambil pelajaran dari pencapaian politik yang nabi lakukan khususnya pasca negara Madinah berdiri dan pada peristiwa fathul Makkah atau penaklukkan Makkah.

Saat tiba di Madinah, yang pertama kali beliau lakukan adalah stabilisasi politik domestik. Di bawah kepemimpinan nabi, masyarakat disatukan baik yang Muslim, Yahudi dan kalangan Musyrik. Mereka semua tunduk dan patuh serta mengakui kepemimpinan nabi dan aturan-aturan yang ditetapkannya. Hal ini tertuang dalam Piagam Madinah (Qol`ahji, 2011).

Dalam aspek politik luar negeri, nabi menggunakan potensi militer yang dimiliki oleh suku Aus dan Khazraj untuk melakukan ekspedisi militer untuk mengganggu kepentingan geopolitik dan ekonomi kaum Quraish. Wilayah-wilayah tempat operasi militer nabi difokuskan pada jalur – jalur perdagangan Quraish dari Makkah menuju Syam.  Selain itu, nabi melakukan penaklukan suku – suku Yahudi yang beraliansi dengan Quraish, serta mengadakan perjanjian damai dengan suku-suku dan kelompok-kelompok Yahudi di wilayah Jazirah Arab.

Madinah sempat hampir ditaklukkan oleh koalisi Quraish dan Yahudi dalam perang Ahzab atau perang Khandaq, namun koalisi tersebut gagal karena strategi militer Madinah yang canggih dan semangat perang yang gigih oleh umat Islam di Madinah. Hal yang lebih penting lagi adalah kelihaian politik dan negosiasi diplomat nabi yang mampu melemahkan solidaritas di tubuh pasukan koalisi dan akhirnya meruntuhkan semangat perang koalisi Quraish (Ibnu Katsir, 2003).

Perjanjian Hudaibiyah, adalah salah satu momentum politik yang paling signifikan dalam membantu nabi untuk menaklukkan Makkah. Perjanjian untuk tidak saling berperang satu sama lain selama sepuluh tahun, membuat Madinah lebih leluasa menaklukkan semua mitra koalisi Quraish Makkah, khususnya kalangan Yahudi. Ini berdampak besar dalam mereduksi aliansi Quraish dan sekaligus melemahkan kekuatan dari kalangan Quraish.

Selain itu, perjanjian untuk mengembalikan ke Makkah orang – orang yang sudah hijrah ke Madinah tetapi tidak direstui oleh keluarganya, berdampak pada semakin banyaknya Muslim yang tinggal di Makkah dan  menyebarkan Islam serta segala kebaikan-kebaikan nabi di Madinah. Efeknya adalah semakin banyak masyarakat Makkah termasuk petinggi Quraish serta para panglima militer yang bergabung ke Madinah dan menjadi Muslim,  seperti panglima perang Khalid bin Al-Walid, diplomat ulung Quraish, Amr bin al-Ash.

Dikuasainya jalur perdagangan menuju Syam oleh negara Madinah, ditaklukkannya suku-suku di wilayah jazirah Arab, masuknya petinggi-petinggi Quraish dalam Islam dan narasi Islam yang semakin dominan di Makkah akhirnya semakin melemahkan semua variabel kekuatan Quraish di Makkah. Sebaliknya, semakin memperkuat posisi politik internasional negara Madinah.

Dampak dari berbagai manuver politik nabi yang terjadi inilah yang menjadi alasan mengapa fathul Makkah berlangsung dengan damai tanpa peperangan, Bahkan perintah nabi kepada masyarakat Makkah diikuti dengan patuh seperti jaminan keamanan bagi masyarakat Makkah yang menutup pintu rumahnya, yang masuk rumah Abu Sufyan, dan masuk Masjidil Haram.

Sejarah politik nabi yang singkat ini menggambarkan dan mengajarkan pentingnya usaha maksimal agar segala tujuan tercapai. Nabi adalah orang yang paling sholeh dan paling dekat pada Allah. Di samping beliau meyakini pertolongan Allah pada beliau, namun beliau juga meyakini dan memahami bahwa pertolongan hanya akan datang ketika ikhtiar dilaksanakan dengan sebaik dan semaksimal mungkin.

Meskipun beliau adalah Rasul Allah namun beliau tidak selamanya menang dan sukses dalam semua aktifitas politiknya.  Buktinya adalah kekalahan beliau pada perang Uhud melawan Quraish. Awalnya nabi menang perang, namun karena kelalaian pasukan pemanahnya, akhirnya nabi kalah. Bahkan pamannya, Hamzah, meninggal serta nabi sendiri luka-luka karenanya.  Fakta ini semakin menegaskan bahwa, dalam konteks politik, kemenangan beliau terhadap Quraish Makkah karena ikhtiar beliau dalam aspek kepemimpinan, strategi perang, pemahaman geopolitik, dan kemampuan diplomasi.

Bagi umat Islam saat ini, mempelajari politik nabi tidak boleh hanya sebatas dalam aspek normatif teologis semata namun juga perlu memahami aspek syariatnya yaitu, ikhtiar yang maksimal melalui penguasaan ilmu dan teknologi agar mampu memenangkan pertarungan politik. Dengan itu, umat Islam bisa mendapatkan kesuksesan politik di kancah internasional seperti yang pernah diraih oleh nabi di zamannya.

 

Referensi:

Ibnu Katsir, Al-Hafidz. (2010). Sirah Nabi Muhammad. Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi`i

Qol`ahji, Muh. Rawwas. (2011) Sirah Nabawiyah: Sisi Politis Perjuangan Rasulullah saw. Bogor: Al-Azhar Press

Abu Sulayman, Abdul Hamid A. (1993). Towards an Islamic Theory of International Relations: New Directions for Methodology and Thought. Virginia: The International Institute of Islamic Thought.

HI Selenggarakan Kuliah Umum : Krisis Kemanusian dalam Politik Internasional

Setiap negara memiliki potensi konflik. Baik konflik dengan pihak eksternal/negara lain maupun konflik internal. Yang terpenting adalah bagaimana mencegah dan mengelola potensi konflik tersebut. Suatu negara tidak akan bisa berkembang dengan baik apabila berada dalam kondisi konflik. Kondisi konflik tersebut banyak terjadi sebelum ASEAN dibentuk. Setelah ASEAN terbentuk, konflik relatif jauh berkurang.  Demikian  disampaikan oleh Deputi II Bidang Koordinasi Politik Lua Negeri RI, Dr. (HC) Lutfi Rauf, M.A pada kuliah umum yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 23 September 2019 di auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII. Read more

HI Diskusikan Sejarah dan Pasang Surut Hubungan RI-Tingkok

Bersama Prof. Abdullah Dahana (Guru Besar Emeritus Studi Politik China, UI), Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas PSikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi terkait sejarah dan pasang surut hubungan Indonesia dengan Tiongkok,  Jumat, 30 Agustus 2019 di ruang audiovisual FPSB UII. Kegiatan ini diikuti oleh dosen dan juga mahasiswa Prodi HI. Read more

HI Kembali Gelar Diplomatic Course dan Table Manner

Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia  (UII) kembali menggelar kegiatan Diplomatic Course (DC) & Table Manner bagi mahasiswa angkatan 2018, Sabtu-Minggu, 22-23 Juni 2019 di Auditorium FPSB UII dan Hotel Shantika Yogyakarta. Kegiatan yang dibuka secara langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog menghadirkan Benny Yan Pieter Siahaan (Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN di Kementerian Luar Negeri RI), Foster Gultom (Diplomat Ahli Utama, Direktorat Kerja Sama Eksternal ASEAN, Ditjen Kerja Sama ASEAN-Kemenlu RI), dan Danang Waskito (Wakil Direktur untuk Amerika, Eropa dan Wilayah Lain, Ditjen Kerjasama Kemenlu RI) sebagai pemateri. Read more

HI Gelar Kuliah Perdana

ASEAN dan Uni Eropa merupakan dua organisasi dunia paling berhasil di bandingkan dengan organisasi internasional lainnya, meski sistem yang diterapkan berbeda. Jika Uni Eropa menerapkan aturan bagi setiap anggotanya untuk menyerahkan sebagian atau bahkan seepnuhnya kedaulatan, maka hal ini tidak berlaku bagi anggota ASEAN. Setiap anggota ASEAN tetap memiliki hak penuh atas kedaulatan negaranya. Hal ini Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Jose Tavares pada kuliah perdana bertema Tantangan dan Peluang di Kawasan yang digelar oleh Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 14 September 2018 di R.Auditorium FPSB UII. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Prodi HI dan dimoderatori oleh Enggar Furi Herdiyanto, S.IP., MA tersebut secara resmi dibuka oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D Read more

Kolaborasi dengan Kemenlu RI, HI Kembali Gelar Diplomatic Course

Guna memberikan pengetahuan tentang seni diplomasi bagi mahasiswanya, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) kembali menggelar Diplomatic Course yang dibagi dalam 2 bagian, yakni tingkat dasar meliputi pengantar diplomasi (khususnya di sidang ASEAN), simulasi sidang ASEAN serta table manner, dan tingkat lanjut untuk materi yang lebih spesifik ke cara teknis membuat paper position dalam persidangan. Read more

Prodi HI FPSB UII Kaji Peran Penting Hukum Internasional dan Hubungan Internasional

Dalam rangka memahamkan mahasiswa akan pentingnya belajar hukum internasional dan hubungan internasional, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan kuliah tamu untuk MK. Hukum Internasional dan Hukum Humaniter yang diampu oleh Bapak Dodik Setiawan Nur Heriyanto, SH, MH, LLM, PhD dengan mengundang dua narasumber sekaligus, yakni  Christopher Cason, J.D. (University Washington, Amerika Serikat) dan  Kreesna Siagian, M.A (KU Leuven Belgia), Senin, 26 November 2017 di Gedung Moh. Hatta Kampus Terpadu UII.  Amerika Serikat dan Belgia sendiri saat ini dijuluki sebagai “the capital of Europe”. Read more

HI Kaji Hubungan Indonesia-Rusia

 

Negara Rusia saat ini bukan lagi negara komunis, tapi sudah ke arah kapitalis-materialistis. Bahkan Rusia pernah akan menjadi negara agamis dengan pilihan sebagai negara Kristen Ortodoks atau Negara Islam. Kenapa ada pilihan negara Islam? Hal ini ternyata dilatarbelakangi bahwa pertumbuhan umat Islam di Rusia sangatlah luar biasa. Bahkan saat ini diperkirakan umat Islam di Rusia ada sekitar 20 juta. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Rusia, M. Wahid Supriyadi pada kegiatan kuliah umum bertema Hubungan Indonesia-Rusia: Peluang dan Tantangan yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 13 Oktober 2017 di Gedung Moh. Hatta (Perpustakaan) Kampus Terpadu UII. Read more

HI Kaji Hubungan antara Islam dan Budha

Bertempat di GKU Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII menyelenggarakan Kuliah Umum bertema The Brigde to Understand Buddhism & Islam Relations dengan menghadirkan Dr. Imtiyaz Yusuf (Center for Buddhism-Muslim Understanding, Mahidol University, Thailand) sebagai pemateri. Read more