HI Kaji Hubungan Indonesia-Rusia

 

Negara Rusia saat ini bukan lagi negara komunis, tapi sudah ke arah kapitalis-materialistis. Bahkan Rusia pernah akan menjadi negara agamis dengan pilihan sebagai negara Kristen Ortodoks atau Negara Islam. Kenapa ada pilihan negara Islam? Hal ini ternyata dilatarbelakangi bahwa pertumbuhan umat Islam di Rusia sangatlah luar biasa. Bahkan saat ini diperkirakan umat Islam di Rusia ada sekitar 20 juta. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Rusia, M. Wahid Supriyadi pada kegiatan kuliah umum bertema Hubungan Indonesia-Rusia: Peluang dan Tantangan yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 13 Oktober 2017 di Gedung Moh. Hatta (Perpustakaan) Kampus Terpadu UII.

Dalam paparannya, sosok yang juga pernah mengemban amanah sebagai Dubes RI untuk Uni Emirat Arab ini banyak menceritakan tentang hubungan RI dan Rusia yang pernah sangat harmonis pada saat Indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno. Bahkan, berkat permintaan khusus presiden Soekarno lah kemudian pemerintah Rusia berjuang keras untuk menemukan makam Bukhari sekaligus memperbaikinya. Tidak hanya itu, sebuah Masjid di Saint Petersburg yang semula dijadikan gudang pun oleh presiden Soekarno diminta untuk dikembalikan kepada umat Islam di Rusia. Saat ini masjid tersebut terkenal dengan nama Masjid Soekarno. Bahkan Rusia pun turut membantu dalam proses perebutan kembali Irian Jaya.

 

Dari kedekatan hubungan antara presiden Soekarno dengan Kamerad Nikita Kruschev, hingga saat ini antara Rusia dan Indonesia  masih memiliki hubungan yang baik. Berbagai festival Indonesia pun sangat digemari warga Rusia. Warga Rusia juga sangat menyukai produk-produk dari Indonesia, baik itu produk kerajinan, kuliner, CPO maupun juga mesin-mesin industri. Hal ini tentu merupakan peluang yang bagus untuk Indonesia.

“Saat ini juga banyak ditawarkan beasiswa bagi pelajar asal Indonesia. Sayangnya tidak banyak pelajar yang berminat dikarenakan bahasa. Oleh karena itu, mungkin di UII ini bisa dibuka untuk prodi Bahasa Rusia  agar nantinya lebih banyak yang mengambil beasiswa ke Rusia”, pungkasnya.