FPSB UII Menggelar Rangkaian Workshop Kesehatan Holistik bagi Tendik dan Staf

Peserta tendik sangat antusias dalam mengikuti rangkaian kegiatan workshop kesehatan holistik

FPSB UII sukses menggelar rangkaian agenda Workshop Kesehatan Holistik yang diikuti oleh para tendik dan staf. Kegiatan ini diadakan dalam beberapa agenda selama dua bulan antara lain yang diawali dengan kegiatan cek darah bagi tendik dan staf, lalu dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan workshop antara lain Workshop Kesehatan Holistik,  Workshop Gaya Hidup Sehat Holistik, Workshop Kesehatan Mental Spiritual dan Refleksi Kesehatan Holistik, Workshop Aktivitas Fisik dan Olahraga Membantu Gaya Hidup Holistik. Menurut Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si, Psikolog selaku dekan FPSB UII, tujuan diadakan kegiatan ini selain untuk meningkatkan pengetahuan tendik dan staf, para peserta juga dapat ikut sharing atau bertanya dengan narasumber seputar kesehatan Holistik sehingga dapat membantu memotivasi untuk mengubah gaya hidup yang kurang sehat menjadi gaya hidup sehat. Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa menurut teori psikologi, manusia tidak hanya makhluk biologis saja karena kebutuhan manusia tidak hanya makan dan minum, namun manusia termasuk makhluk Biopsikososial dan spiritual sehingga memerlukan interaksi sosial dan sangat penting untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan untuk spiritual sendiri menjadi kebutuhan karena manusia tidak hanya mencari kebutuhan di dunia saja namun juga kepada sang pencipta yaitu Allah Swt.  Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada Jum’at (15/03/2024) hingga Kamis (02/05/2024) bertempat di Auditorium lantai 3 Gedung Dr Soekiman Wirjosandjojo FPSB UII. Read more

PENDAFTARAN PENGAWAS UTS SEMESTER GENAP 2023/2024

Kebebasan Berekspresi di Era Digital: Mitos atau Realitas? Komnas HAM dan UII Gelar Diskusi Panel

Kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak fundamental yang dijamin konstitusi, diuji di era digital. Apakah internet benar-benar membebaskan atau justru menjadi alat baru untuk membungkam suara kritis? Pertanyaan ini menjadi fokus diskusi panel yang digelar oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI) dan Universitas Islam Indonesia (UII) pada Rabu, (04/10/2024).

Galileo Galilei hingga UU ITE: Refleksi Kebebasan Berekspresi

Dalam pidato kuncinya, Ketua Komnas HAM RI, Atnike Nova Sigiro, menyinggung kasus Galileo Galilei yang dihukum karena teorinya dianggap menentang dogma. “Tanpa kebebasan berekspresi, tujuan mulia kemanusiaan sulit dicapai,” tegas Atnike. Dia juga menyoroti banyaknya pengaduan terkait pelanggaran kebebasan berekspresi, terutama yang berkaitan dengan UU ITE.

Panelis: Mengawal Kebebasan di Tengah “Musim Dingin” Demokrasi

Lima panelis dari berbagai latar belakang memaparkan perspektif mereka tentang dinamika kebebasan berekspresi di Indonesia. Herlambang P. Wiratraman (KIKA & UGM) secara daring menyoroti tekanan terhadap kebebasan akademik, baik dari internal maupun eksternal kampus. Abdul Haris Semendawai (Wakil Ketua Komnas HAM RI) mengajak masyarakat sipil untuk aktif mengadvokasi kebijakan yang membatasi kebebasan.

Fatia Maulidianti (FIDH & KontraS) mengingatkan tentang civic shrinking space dan berbagai bentuk pembungkaman, termasuk melalui UU Ormas dan stigma “antek asing”. Suparman Marzuki (UII) menekankan korelasi antara kebebasan dan kualitas manusia serta bangsa. Masduki (UII & Forum Cik Ditiro) menyajikan data yang menunjukkan bahwa internet bukanlah ruang yang sepenuhnya bebas dan Indonesia hanya dikategorikan sebagai partly free oleh Freedom House. Dia juga menyoroti fenomena kekerasan digital terhadap jurnalis dan aktivis.

Sesi Tanya Jawab: Mahasiswa UII Pertanyakan Peran Komnas HAM dan Masa Depan Demokrasi

Mahasiswa UII aktif menyuarakan pertanyaan kritis, mulai dari respon Komnas HAM terhadap serangan di media sosial, kasus Prabowo Subianto dan aksi Kamisan, hingga strategi merawat demokrasi di tengah tantangan. Panelis memberikan jawaban yang lugas dan inspiratif, mengajak mahasiswa untuk tetap kritis dan berani bersuara.

“Berpendapat dan Berekspresilah!” – Seruan untuk Melawan Pembungkaman

Diskusi panel ini ditutup dengan seruan inspiratif dari para panelis. “Berpendapat dan berekspresilah, tidak ada cara lain!” tegas Suparman Marzuki. “Mari kita tetap berada di luar rumah, bersuara dan berekspresi untuk melawan otoritarianisme,” seru Masduki. Fatia Maulidianti menambahkan, “Jika kita takut, kita berkontribusi pada pembungkaman.”

Diskusi panel ini menjadi pengingat penting bahwa kebebasan berpendapat dan berekspresi, meskipun dijamin konstitusi, tetap rentan terhadap pelanggaran. Peran aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk mahasiswa dan akademisi, sangat dibutuhkan untuk mengawal dan merawat demokrasi di era digital.

 

HIKMAH ISTIMEWA MENJADI GENERASI SANDWICH

Oleh: Annisaa Miranty Nurendra – Salah satu isu yang dihadapi oleh generasi milenial adalah menjadi generasi sandwich. Apa itu generasi sandwich? Generasi sandwich adalah istilah yang awalnya diperkenalkan oleh Dorothy Miller yang merupakan seorang profesor sekaligus direktur praktikum dari Universitas Kentucky tahun 1981 dalam jurnal yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging”. […]

SPREADING A LITTLE LIGHT BY BEING MINDFUL IN EVERYDAY LIFE

Oleh: Astri Hapsari, S.S., M.TESOL. – I was in the meeting room since the morning and that day the sun unusually shone brightly. I was amazed by the grace of the sun. The light was just right, adding beauty of the scenery I saw right in front of me – from the ninth floor. “This […]

BERSERAH DIRI MERAIH KEBAHAGIAAN

Oleh: Dr.Phil. Qurotul Uyun – Berserah diri merupakan inti ajaran Islam, karena Islam berarti berserah diri.  Berserah diri berarti menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah, karena Allah Maha Pengatur, Maha Kuasa, Maha Berkehendak atas segala sesuatu yang ada di alam semesta. Tidak ada kejadian di dunia ini yang luput dari pengawasan dan kehendak Allah.  Gerakan […]

Sudahkah kita menjadi pribadi yang Qona’ah?

Sudah seyogyanya manusia harus aware dan menyadari bahwa hidupnya di dunia tidak abadi dan bersifat sementara. Dalam Alquran, Allah Swt sudah mengingatkan bahwa semua makhluk pasti akan mengalami kematian. Allah Swt berfirman: كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ  […]

Girl, hijab, holds cellphone, wear sunglasses, big smile

Etika Berkomunikasi dengan Digital Text

Oleh: Puji Rahayu – “Kalau sudah selesai, JANGAN DISIMPAN DULU ya Bu!”   Saya kaget dan berdebar-debar setelah membaca pesan dari seorang staff lewat WhatsApp.  Dalam kepala saya, staf tersebut sedang berteriak sehingga seketika dada saya terasa ngap. Supaya tidak berlarut-larut, saya segera mengambil langkah sigap. Saya buka lagi pesan di WhatsApp dan bergumam dalam hati: