BERSERAH DIRI MERAIH KEBAHAGIAAN

Dr.Phil. Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si, Psikolog, 19/04/2024 15:34 WIB

Oleh: Dr.Phil. Qurotul Uyun – Berserah diri merupakan inti ajaran Islam, karena Islam berarti berserah diri.  Berserah diri berarti menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah, karena Allah Maha Pengatur, Maha Kuasa, Maha Berkehendak atas segala sesuatu yang ada di alam semesta. Tidak ada kejadian di dunia ini yang luput dari pengawasan dan kehendak Allah.  Gerakan alam semesta, daun-daun yang gugur, gerakan jagat raya, hembusan angin, dan semuanya berjalan atas ijin dari Allah. Tanpa perkenan dari Allah mustahil  kita mampu berpikir, tersenyum, berjalan menuju kampus, memberikan kuliah kepada mahasiswa dan melakukan aktivitas apapun. Renungkan, saat kita tidur, jiwa kita ada dalam genggaman Allah, manusia tampak lemah tidak berdaya, dan selanjutnya siapa yang membangunkan manusia dari tidur kalau bukan Allah semata. Begitu lemahnya manusia, sehingga menggerakkan dirinya pun harus dengan kehendak Allah. Kebanyakan manusia tidak menyadarinya sehingga ada kesombongan dalam diri yang membuahkan banyak keinginan untuk mengatur kehendak Allah. Kejadian-kejadian yang ada pada manusia sebenarnya juga sudah ada dalam skenario Allah, manusia sebenarnya tinggal menjalani saja. Manusia sebagai hamba Allah ibarat budak dengan tuannya, sehingga Tuannya mengatakan ikutlah aku jangan membantah, jangan mengatur, akan kupenuhi seluruh hidupmu, sehingga kau akan bahagia.

Berserah diri bukan berarti kemalasan karena berserah diri berarti menjalani perintah Allah dengan berusaha keras dan menyerahkan hasilnya pada pengaturan-Nya. Berserah diri dengan kata lain tawakal yang berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah dan senantiasa melakukan ikhtiar. Kisah seorang sahabat yang datang menemui Rasulullah SAW seraya bertanya ” Apakah aku mesti mengikatnya (unta) dan bertawakal, atau aku biarkan saja (tidak diikat) dan aku bertawakal? Beliau menjawab, ”Ikatlah dan bertawakallah !” Az-Zubaidi dalam kitab Tajul Arusy mengungkapkan hakikat tawakal merupakan sikap percaya sepenuh hati terhadap karunia dan pertolongan Allah dan tidak mengharapkan apa yang ada pada manusia. Tawakal kepada Allah adalah kepasrahan hati kepada Allah dengan senantiasa melakukan ikhtiar, disertai keyakinan penuh bahwa Allah Sang Maha Pemberi Rezeki, Pencipta, Yang Menghidupkan dan Mematikan, dan Tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia.  

  Berserah diri juga berarti kepasrahan hati yang akan membawa kepada keyakinan bahwa Allah yang mencukupkan segala kebutuhannya dan tidak akan khawatir terhadap masa depannya  karena yakin pertolongan Allah pasti datang. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.   Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (Ath-Thalaq (65): 3). Orang yang berserah diri tidak mungkin melakukan tindakan-tindakan tercela seperti korupsi, manipulasi, mencuri, menipu ketika melakukan transaksi, dan segala bentuk kezhaliman. Keserakahan manusia terjadi karena manusia khawatir tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya mereka menjadi cemas dan khawatir dan mengira bahwa dirinya akan bahagia dengan harta yang melimpah. Akibatnya orang-orang berlomba-lomba melakukan tindakan memperkaya diri dengan cara-cara yang melanggar hak Allah dan hak manusia. Mereka mengira hartanya akan membuat mereka kekal, padahal semuanya merupakan tipuan yang nyata bagi orang-orang yang berserah diri. Allah memberikan ketentraman hati bukan berdasarkan kekayaan materi dan ukuran yang bersifat duniawi, tetapi lebih kepada sejauh mana manusia itu percaya kepadaNya. Ketenangan jiwa merupakan anugerah bagi orang yang yakin akan pertolongan dan kasih sayang Allah.

Berserah diri merupakan bentuk penghambaan yang sempurna kepada Allah, sehingga dapat mengantarkan manusia menjadi kekasih Allah. Kekasih tidak mungkin disia-siakan oleh pihak yang mengasihi, dalam hal ini Allah yang menjadi sumber kasih sayang seluruh alam semesta. Jika manusia telah menjadi kekasih Allah, maka Allah akan memenuhi jiwa manusia tersebut dengan kebahagiaan yang tiada tara dan pasti terbebas dari kegelisahan. Hal ini dapat kita pelajari dari berbagai kisah-kisah para kekasih Allah dalam Al Quran. Wallahualam.