Berharap di Tahun 2009 ?!?!
Ketika kita memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita, kita akan mendapati beragam capaian orang. Ada yang melesat bagaikan bintang yang terang benderang di langit. Ada yang dari waktu ke waktu stagnan, gitu-gitu aja. Ada yang dari hari ke hari semakin menukik ke bawah.
Contoh orang UII yang karirnya melesat adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, Ketua Mahkamah Konstitusi saat ini, orang yang amat penting saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. Saya sering bertemu dengan guru besar UII ini waktu saya menangani Majalah Warta Kampus di Kantor Rektorat Cik Di Tiro pada tahun 1996-1998. Waktu itu beliau menjadi Pembantu Rektor I. Potensi besar beliau sudah tampak pada waktu itu. Sering saya dengar dari orang-orang di lingkungan rektorat bahwa beliau adalah salah seorang yang paling komunikatif kalau berbicara di UII, bersama-sama dengan Drs. Syafaruddin Alwi, MM. Yang pasti beliau menjadi pembawa acara keagamaan pagi hari di SCTV. Saya masih ingat dengan sebutan senor saya Suparman Marzuki tentang tokoh kita ini. Nama lengkap Pak Mahfud, kata Pak Parman, adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, SCTV.
Yang saya tahu pasti lagi adalah beliau bisa menulis dalam situasi apapun. Saat rapat atau yang lain. Beliau juga rajin datang ke kampus, ini saya lihat sendiri, saat hari minggu. Ketika saya tanya beliau jawab: mau menulis. Saya juga terkesan dengan sebuah peristiwa kebaikan hati Prof. Mahfud ini. Suatu saat ada seorang mahasiswa yang tidak dapat membayar SPP dan mengharapkan ada keringanan atau pembebasan SPP. Saya menemani mahasiswa ini. Yang luar biasa, beliau bisa membantu mahasiswa tersebut bebas dari masalahnya.
Di samping orang yang berkibar, masih kita temukan orang yang terpuruk. Dulu, mereka mungkin menjadi presiden, mentri, dirjen, anggota KPU, dan sekarang merasakan pahitnya kehidupan dihujat orang atau bahkan masuk penjara. Saya kenal salah seorang di antara orang yang terhormat itu. Bulan-bulan terakhir ini dia merasakan sengsaranya hidup di penjara.
Akankah kita akan menjadi orang yang meningkat kualitas hidup kita? Ataukah kita akan termasuk orang-orang yang terpuruk dan tenggelam dalam pusaran sejarah?
Gagasan utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah ada baiknya kita membuat indikator untuk menilai apakah selama ini dan esok hari kualitas hidup kita dalam level yang tinggi atau sebaliknya. Setelah menetapkan indikator, kita dapat gunakan indikator itu untuk menilai capaian kita selama 2008. Setelah itu, kita akan bekerja dan menggunakan indikator itu setiap buklan untuk mengevaluasi peningkatan kualitas hidup kita. Di akhir 2009, kita lihat total capaian kita sepanjang 2009.
Apa saja indikatornya?
Saya usulkan sekurang-kurangnya tujuh indikator untuk menilai keberhasilan kita meraih sukses. Pertama adalah ketaatan beragama. Ketaatan beragama terlihat dari sejauh mana kekuatan ketauhidan kita, kerajinan dan kualitas shalat kita, kemampuan kita membaca dan memahami isi al-Qur’an, besarnya zakat fitrah dan zakat mal kita, dan pengalaman keagamaan. Anda bisa menambahkan sub-indikator yang lain sesuai dengan keyakinan keagamaan anda.
Indikator kedua adalah kemampuan intelektualitas. Kemampuan intelektualitas ini dapat kita ketahui dari banyaknya dan kualitas tulisan kita, kemampuan mengajar/menangkap pelajaran yang dicerminkan oleh ipk (mahasiswa) dan nkd (dosen), kemampuan kita berbicara kepada publik secara lisan, kemampuan kita berbicara kepada media, dan sebagainya.
Indikator ketiga adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi dapat diketahui dari kemampuan kita memahami emosi diri, kemampuan mengendalikan emosi, dan kemampuan mengekspresikan emosi kepada orang lain secara tepat. Apakah masih sering kita dengar ungkapan orang bahwa kita adalah pemarah dan emosional?
Indikator keempat adalah kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan terlihat dari kemampuan kita menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Ini terlihat dari kemampuan menggerakkan orang mengerjakan proyek bersama (makalah, proposal, penelitian, dsb), kemampuan untuk mendelegasikan tugas, kemampuan untuk mengoperasionalkan tugas dari pimpinan, dan sebagainya. Kepemimpinan ini saya masukkan sebagai indikator, karena ini merupakan salah satu amanat founding fathers UII.
Indikator keempat adalah kemampuan teknis keilmuan. Kalau ini bergantung pada disiplin ilmunya masing-masing, tapi terutama adalah kemampuan teknis di bidang ilmu yang ditekuni. Kalau dia adalah seorang ahli psikologi, terlihat dari kemampuan merencanakan tes, kemampuan memberi konsultasi face-to face, kemampuan melakukan depth interview, kemampuan memberi e-konseling, dan sebagainya.
Indikator keenam adalah kemampuan bermasyarakat. Kemampuan bermasyarakat terlihat dari kemampuan terlibat dalam kehidupam bermasayarakat yang bersifat rutin dan insidental (hadir dalam rapat rt/rw, hadir dalam undangan tetangga, menjadi panitia pengantin, dsb), mengambil inisitif bermasyarakat untuk membangun, menjalin persahabatan dengan teman kerja, memelihara komunikasi dengan orang lain dari luar kota atau mancanegara, dan seterusnya.
Indikator ketujuh adalah kemampuan berkeluarga. Kemampuan berkeluarga terlihat dari kemampuan untuk menyediakan/membantu menyediakan keperluan keluarga, kemampuan mendampingi anak belajar, kemampuan memotivasi suami/istri/orangtua untuk mencapai kemajuan diri, kemampuan memberi dukungan sosial kepada anggota keluarga, dan sebagainya.
Action, Self Monitoring dan Self Evaluation
Kata orang bijak, perencanaan yang baik adalah separuh keberhasilan. Tetapi, rencana hanya akan berarti kalau kita melaksanakannya. Ketika melaksanakannya, prinsip yang paling penting adalah menjadi pembelajar secara terus-menerus. Prinsip penting lainnya adalah kita hanya menjadi orang beruntung bila tahun 2009 lebih baik dari tahun 2008.
Saya sarankan agar anda membuat sekor dengan rentang 1-10 untuk tiap indikator per tahun. Pemberian skor berdasar pada frekuensi dan kualitas dari apa yang anda lakukan. Misalkan, saya memberi skor sepuluh bila semua shalat saya kerjakan tepat waktu dan berjamaah, bisa menghafal semua juz amma dan memahami sepertiga juz amma, membayar zakat lima juta setahun, serta sekurang-kurangnya punya tiga pengalaman keagamaan yang mengesankan.
Anda bisa melihat capaiannya setiap bulan. Bulan pertama boleh jadi anda mencapai nilai 0 koma sekian untuk indikator tertentu. Untuk indikator lain barangkali ada yang langsung berhasil menembus angka 5. Sebagai contoh, ada seorang bos yang pekerjaannya marah-marah setiap hari, seakan-akan setiap hari adalah hari senin (nyeneni). Kemudian dia ikut training pengelolaan emosi. Dia mempraktikkannya. Pada bulan kedua semua orang melihat perubahannya. Dia sendiri melihat diri menjadi berbeda. Ia mungkin akan memberi sekor 5 untuk dua bulan pertama tahun 2009.
Di samping melaksanakan rencana, yang tak kalah pentingnya adalah rajin-rajin melakukan self monitoring dan self evaluation. Self monitoring dan self evaluation dilakukan setiap tiga bulan sekali, misalnya, pokoknya periodik.
Penutup
Siapa tahu kita nanti termasuk orang-orang yang meroket di udara menjadi rising star. Baik rising star di mata publik, di mata tetangga, di mata keluarga, atau di mata teman kerja.
Demikian. Selamat berjuang!
Orangtuaku Mau Bercerai
/in /byPada kesempatan ini saya ingin mendapatkan atas pencerahan dan pemecahan masalah keluarga saya yang sangat mengganggu aktivitas belajar saya khususnya dan kehidupan saya pada umumnya. Adapun masalah yang saya hadapi adalah kedua orangtua saya pada saat ini sedang dalam proses perceraian di pengadilan agama. Bagi saya ini pukulan berat dalam kehidupan saya. Terus terang saya tak suka dengan keadaan ini. Sebagai anak, saya ingin keluarga saya utuh. Apa yang harus saya lakukan?
Anton – Yogyakarta
Tanggapan Psikolog: H. Fuad Nashori
Mas Anton, saya prihatin dengan keadaan keluarga anda. Berada dalam situasi di mana kedua orangtua akan segera mengakhiri hubungan tersebut pasti sangat tidak nyaman. Namun, saya menaruh penghargaan atas komitmen Mas Anton untuk membuat keluarga ini tetap utuh. Komitmen anda untuk menyelamatkan keluarga patut diacungi jempol. Saya dukung upaya kongkrit mas Anton untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga anda bersama orangtua.
Selanjutnya, apa yang harus anda lakukan? Saya memiliki beberapa saran. Pertama, anda perlu menyuarakan aspirasi anda itu kepada orangtua. Semakin sering semakin baik. Semakin ekspresif semakin baik. Secara detil apa yang harus anda katakan, silakan anda kreasikan sendiri. Ibaratnya, kalau ada seseorang yang berteriak keras pasti akan lebih didengarkan dibanding kalau ia hanya memanggil dengan suara biasa. Suara yang ekspresif penting untuk anda sampaikan karena keagaan keluarga anda memang penting. Saya percaya apa yang anda suarakan akan menjadi perhatian anda. Lebih baik lagi, dengan catatan anda punya kakak dan adik, bila anda menyuarakan bersama saudara-saudara anda.
Kedua, anda libatkan orang-orang lain yang anda percayai memiliki keprihatinan seperti anda dan juga punya keinginan untuk melihat keluarga anda utuh. Paman, ibu, Pakde, bude, kakek, nenek, atau ustadz dari ayah atau ibu anda dapat dilibatkan sebagai mediator (penengah). Usahakan mediator adalah orang yang berpengaruh (the significant person) terhadap ayah an ibu anda. Semakin besar pengaruhnya semakin kuat kemampuannya untuk membuat kedua orangtua anda rujuk dalam cinta. Dalam melakukan fungsi mediasi ini, anda dapat meminta kepada mediator agar menjadikan isu pemaafan (forgiveness) sebagai salah satu titik tolak untuk merukunkan kembali dua orangtua anda. Pemaafan memiliki kekuatan untuk menjadikan perselisihan dan pertengkaran diselesaikan dan dicarikan solusi lanjutannya. Tanpa pemaaafan, masih ada ganjalan di hati orangtua anda satu terhadap yang lain.
Demikian. Selamat berjuang!
Mahasiswa UII Pun Perlu Membuka Akses Politik
/in /byBeberapa hari lalu, Sigit Prabowo dan Haffriza Sigit, dua pentolan DPM Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, menginformasikan bahwa akan ada rencana pada lembaga mahasiswa untuk menolak kampanye partai politik dalam bentuk apapun ke kampus.
Terhadap gagasan itu, saya dapat memahaminya, yaitu biar masalah kemahasiswaan di UII tidak tercampuri urusan politik. Agar tidak muncul kelompok-kelompok politik dalam kampus yang dapat memicu ketegangan dan bahkan kekerasan antar klik-klik (clique, kelompok kepentingan yang kecil) dalam kampus. Saya dapat memahami alasan ini. Namun, sebelum gagasan tersebut diteruskan dan direalisasikan, ada baiknya didiskusikan: apakah itu tidak merugikan mahasiswa UII sendiri?
Membuka Akses
Saya percaya bahwa berkenalan dengan politisi-politisi tingkat nasional berguna dan penting bagi civitas akademika UII,. Perkenalan semacam ini akan membuka akses bagi mahasiswa UII khususnya dan civitas academika UII umumnya untuk memahami seluk-beluk politik nasional. Bagi yang memiliki naluri dan bakat politik, ini akan menjadi jalan baginya untuk memupuk naluri dan bakat itu, sehingga berkembang secara optimal. Perkenalan dengan politisi akan membuka jalan bagi mahasiswa dan civitas academika UII umumnya untuk memberi sumbangan bagi bangsa Indonesia pada umumnya, tentu saja dengan terus menghidupkan misi UII yang bertitel rahmatan lil ‘alamin. Saya rasa kedudukan politik yang besar yang pernah diraih oleh civitas academika UII pada 9 tahun pertama millennium tiga seperti menjadi mentri, ketua mahkamah konstitusi, ketua komisi yudisial, ketua komnas HAM, dan seterusnya dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti bertemu dengan politisi.
Mengapa akses itu perlu kita buka sekarang dan tidak nanti saja kalau sudah tidak jadi mahasiswa? Sebenarnya akses dapat dibuka kapan saja, namun lebih cepat lebih baik. Kalau jalan menuju akses nasional itu kita buka sekarang, mungkin beberapa tahun lagi dampaknya akan dirasakan. Sebaliknya, kalau akses sekarang ditutup, maka boleh jadi tak akan ada lagi peluang itu, lebih-lebih kalau seorang mahasiswa sudah jadi alumni, lalu kembali ke kota kecilnya atau ke kampungnya.
Berbagai Cara
Pembukaan akses politik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik dengan mendatangi mereka, mendatangkan mereka ke kampus kita, ataupun terlibat aktivitas bersama mereka di luar area mereka dan area kita. Menerima tamu para politisi, menurut saya, agak pasif sifatnya. Usaha yang lebih besar dan lebih aktif adalah mengundang para politisi itu atau mendatangi mereka. Tentu saja ketika bertemu mereka kita tidak hanya dengan kepala kosong, tapi dengan taktik, strategi dan juga konsep, biar apa yang kita sampaikan didengarkan mereka. Usaha yang lebih aktif adalah mendatangi mereka, tentu dengan segepok konsep yang sudah disiapkan matang-matang.
Beberapa hari lalu, UII melalui Rektor Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, menerima tamu beberapa anggota DPR Pusat yang sedang menggodok undang-undang demokrasi ekonomi. Saya melihat apa yang mereka lakukan sebagai pembukaan dan pengembangan akses politik. Saya dengar gagasan ekonomi yang pro-rakyat disuarakan pakar-pakar ekonomi dan hukum UII seperti pak rektor sendiri, Dr. Jaka Sriyana, Rokhedi, MSc, Drs. Suharto, MSi (ketiganya ekonom), dan Dr. Saifuddin, SH, MH (hukum). Saya senang mendengar diskusi mereka, karena pemikiran-pemikiran positif mereka, walau terus terang saya tak dapat memahami detil pemikiran mereka.
Di masa lalu pembukaan akses yang lebih aktif telah dilakukan putra-putra terbaik UII. Saya mungkin tidak tahu banyak tetapi punya sedikit pengetahuan tentang sepak terjang yang dilakukan oleh guru besar FH UII Prof. Dr. Moh.Mahfud MD, SH, SU. Pada waktu beliau menjadi PR I UII pada pertengahan 1990-an, beliau banyak membuka akses politik ke Senayan. Saya masih ingat beberapa kali beliau memelopori penerbitan buku terbitan UII. Buku kumpulan dari ahli berbagai disiplin ilmu itu dikirimnya langsung ke Jakarta dan bertemu dengan anggota-anggota DPR. Apa yang dilakukan oleh Prof. Mahfud adalah salah satu bentuk pembukaan dan pengembangan akses ke pusat kekuasaan. Anda bisa lihat hasilnya sekarang. Prof. Mahfud sukses berat dengan menjadi seseorang yang pernah menduduki jabatan di eksekutif (mentri pertahanan serta mentri hukum dan perundang-undangan), lembaga legislatif (anggota DPR dan kalau tak salah ketua fraksi), dan yudikatif (anggota dan akhirnya Ketua Mahkamah Konstitusi). Amanat yang jarang sekali dimiliki warga Republik ini.
Berhati-hati
Saya setuju kita harus berhati-hati ketika mendatangkan politisi ke kampus atau lebih-lebih bila kampus ini jadi ajang bebas kampanye. Salah satu kekhawatirannya adalah kampus dijadikan ajang kampanye oleh sesama mahasiswa, lalu ada ketegangan dan bahkan kekerasan di antara mereka. Kalau ini terjadi, pasti tidak positif, dan memalukan!
Oleh karena itu, saya mendukung wacana yang pernah digulirkan WR III UII Ir. Sutarno, MSc. Ada renana UII untuk mengundang para politisi nasional untuk berkampanye di UII. Terbuka kesempatan bagi semua partai untuk masuk ke UII, tapi hanya melalui forum yang diselenggarakan untuk itu. Yang hadir pun harus tokoh nasional, biar manfaatnya besar bagi UII dan civitaas academika UII.
Saya mendukung bila langkah ini dilakukan bersama-sama lembaga mahasiswa, dalam hal ini adalah LEM Universitas Islam Indonesia.
Demikian. Bagaimana menurut Anda, Mas Sigit Prabowo, Mas Haffriza Sigit, dan seluruh pembaca tulisan ini?
Peta Jogja & Jalur Bis Kota
/in /byBerikut adalah Peta Daerah Istimewa Yogyakarta. Semoga dapat membantu Anda dalam menyusuri kota Pelajar, Pendidikan, Pariwisata dan Budaya ini. Peta-Jogja or peta-yogya silahkan klik disini
Jalur Bis Kota Reguler Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Jl. Menteri Supeno — Jl. Kol. Sugiono — Jl. Sisingamangaraja — Ring road selatan — Jl. Parangtritis — Jl. Brigjen Katamso — Jl. Suryotomo — Abu Bakar Ali — Jl. Suroto — Jl. Cik Di Tiro — Lingkar UGM — Kembali dengan rute yang sama
Terminal Giwangan — Ring road selatan — Jl. Sisingamangaraja — Jl. Kol. Sugiono — Jl. Tamansiswa — Jl. Gayam — Jl. Kenari — Jl. Ipda Tut Harsono — Jl. Adisucipto — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Ring road utara — Jl. Kaliurang — Lingkar UGM
Terminal Giwangan — Ring road selatan — Ngangkruk — Gd. Kuning — Jl. Kusumanegara — Jl. Suryotomo — Jl. Suroto — Lingkar UGM — JL. C. Simanjuntak — Jl. Jend. Sudirman — Jl. P. Mangkubumi — Jl. Malioboro — Jl. P. Senopati — Jl. Kusumanegara — Gedong Kuning — Ring road selatan — Terminal Giwangan
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Pojok Beteng Wetan — Jl. Parangtritis — Jl. Mangkuyudan — Jl. Panjaitan — MT Haryono — Jl. Wahid Hasyim — Jl. Bhayangkara — Tent. Pelajar — Jl. Magelang — Terminal Jombor — Ring road utara – Lingkar UGM
Terminal Giwangan — Jl. Gambiran — Jl. Veteran — Jl. Kusumanegara — Hayam Wuruk — Yos Sudarso — Wahidin — Yohanes — Lingkar UGM
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Jl. Perintis Kemerdekaan — Jl. Gambiran — Jl. Veteran — Janti Gedong Kuning — Janti — Jl. Adisucipto — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Ring road utara — Lingkar UGM
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Ngeksigondo — Gedong Kuning — Jl. Kusumanegara — Tamansiswa — Pojok beteng Wetan — Jl. Brigjen Katamso — Jl. P. Senopati — Jl. KHA Dahlan — Jl. Wahid Hasyim — Patangpuluhan — IKIP PGRI — Jl. Wates — Ring road selatan — Jl. Bugisan — Jl. S. Parman — Jl. KHA Dahlan Pojok beteng Wetan — Jl. Tamansiswa — Jl. Suryopranoto — Mangunsarkoro — Jl. Kusumanegara — Gedong Kuning — Ngeksigondo — Jl. Pramuka — Terminal Giwangan
Terminal Giwangan — Ring road selatan — Rejowinangun — Kebun Raya — SGM — Aipda Jl. Ipda Tut Harsono — Jl. Kenari — Bausasran — Mataram — Abu Bakar Ali — Atmo Sukarto — Kusbini — Langensari — Munggur — Jl. Adisucipto — Kledokan — Babarsari — RR Timur — Terminal Condong Catur — RR Timur — Babarsari — Kledokan — Jl. Adisucipto — Urip Sumoharjo — Jl. Suroto — Mataram — Hayam Wuruk — Bausasran — Jl. Kenari — Jl. Veteran — Jl. Gambiran — Terminal Giwangan
Terminal Giwangan — Ring road selatan — Rejowinangun — Gedong Kuning — Kemasan– Pembayun — Tegalgendu — Tegalturi — Jl. Menukan — Jl. Parangtritis — Ring road selatan — Pojok beteng Kulon — Jl. S. Parman — Patangpuluhan — Jl. R.E. Martadinata — Suprapto– Jlagran Lor — Jl. Pasar Kembang — Jl. Malioboro — Jl. KHA Dahlan — Jl. R.E. Martadinata — Patangpuluhan — Jl. Bugisan — Ring road selatan — Jl. Parangtritis — Jl. Menukan — Tegalturi — Terminal Giwangan
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Jl. Pandean — Jl. Glagah Sari — Jl. Kusumanegara — Sultan Agung — Jl. KHA Dahlan — Cokroaminoto — Tent. Pelajar — Borobudur Plaza — Jl. Wolter Monginsidi — Lingkar UGM — Jl. Wolter Monginsidi — Borobudur Plaza — Tent. Pelajar — Cokroaminoto — Jl. KHA Dahlan — Sultan Agung — Jl. Suryopranoto — Mangunsarkoro — Jl. Kusumanegara — Glagah Sari — Jl. Veteran — Jl. Pramuka — Terminal Giwangan
Terminal Jombor — Monumen Jogja Kembali — Jetis — Tugu — Jl. Kaliurang — Ring road utara — Terminal Condong Catur — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Urip Sumoharjo — Wahidin — Langensari — Gondosuli — Jl. Cendana — Jl. Kusumanegara — Jl. Veteran — P. Jl. Perintis Kemerdekaan — Jl. Pramuka — Terminal Giwangan — Jl. Imogiri — Jl. Pramuka — Jl. Pandean — Jl. Glagah Sari — Jl. Kusumanegara — Jl. Cendana — Gondosuli — Munggur — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Terminal Condong Catur — Ring road utara — Jl. Kaliurang — Jetis — Monumen Jogja Kembali — Terminal Jombor
Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Jl. Sisingamangaraja — Jl. Menukan — Jl. Mangkuyudan — Gading — Pojok beteng Timur — Jl. Brigjen Katamso — Ibu Ruswo — Jl. KHA Dahlan — Jl. Wates — Ps. Gamping — Sidoarum — Jl. Godean — Pingit — Jl. Wolter Monginsidi — Jetis — Lingkar UGM
Terminal Giwangan — Tegalturi — Jl. Sisingamangaraja — Jl. Menukan — Jl. Parangtritis — Jl. Brigjen Katamso — Jl. Suryotomo — Shopping — Jl. P. Senopati — Sultan Agung — Jl. Suryopranoto — Sukonandi — Jl. Kusumanegara — Jl. Cendana — Jl. Kenari — Jl. Ipda Tut Harsono — Jl. Adisucipto — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Terminal Condong Catur
Terminal Condong Catur — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Colombo — Yohanes — Jl. Jend. Sudirman — Tugu — Jetis — Borobudur Plaza — Pingit — Samsat — Suprapto — Wirobrajan — Tendean — Jl. S. Parman — Pojok beteng Kulon — Pojok beteng Wetan — Jl. Tamansiswa — Jl. Suryopranoto — Mangunsarkoro — Jl. Kusumanegara — Jl. Veteran — P. Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Pramuka — Terminal Giwangan — Jl. Pramuka — Jl. Veteran — Jl. Kusumanegara — Jl. Tamansiswa — Pojok beteng Wetan — Pojok beteng Kulon — Jl. S. Parman — Wirobrajan — Jl. Bhayangkara — Pingit — Borobudur Plaza — Jetis — Tugu — JL. C. Simanjuntak — Terban — Colombo — Jl. Gejayan/Jl. Affandi — Terminal Condong Catur
Terminal Jombor — Ring road barat — Jl. Godean — Kyai Mojo — Tugu — P. Jl. P. Mangkubumi — Jl. Malioboro — Jl. KHA Dahlan — Wirobrajan — Jl. HOS Cokroaminoto — Jl. Godean — Ring road barat — Terminal Jombor
Terminal Jombor — Ring road barat — Jl. Godean — Kyai Mojo — Tugu — P. Jl. P. Mangkubumi — Jl. Malioboro — Jl. KHA Dahlan — Wirobrajan — Jl. HOS Cokroaminoto — Jl. Godean — Ring road barat — Terminal Jombor
Sumber : http://transjogja.net
Anda ingin berkonsultasi?
/in /byKepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Netter/Pengunjung
Website Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia.
Assalamu’alaikum wr.wb
Bagi Anda yang memiliki permasalahan terkait dengan bidang ilmu kejiwaan/psikologi, komunikasi dan juga Bahasa Inggris, Anda bisa melayangkan permasalahan tersebut via email ke : [email protected]
Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan jawaban/solusi atas permasalahan yang Anda sampaikan. Namun demikian, kami mohon maaf jika jawaban yang kami berikan nantinya membutuhkan space waktu tertentu. Hal ini dikarenakan kami harus menghubungi/mencarikan narasumber yang berkompeten untuk menjawab permasalahan Anda.
Kami informasikan juga bahwasannya narasumber adalah para dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Demikian. Terima kasih atas perhatiannya dan kami tunggu pertanyaan/permasalahan dari Anda.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Hindari Kekerasan dalam Pendidikan
/in /byEmi Zulaifah Susul ke Jerman
/in /byTerkekang Ortu
/in /byPertanyaan :
Saya ingin konsultasikan permasalahan yang menimpa saudara sepupu saya. Saat ini ia merasa sangat terkekang karena orangtuanya sangat membatasi dia untuk beraktivitas pengembangan diri. Mau ikut itu tak boleh karena berbahaya. Mau ikut yang lain tak boleh karena tak ada gunanya. Orangtuanya begitu melindunginya, tidak ingin saudara sepupu saya ini dalam bahaya atau melakukan sesuatu yang dianggap terlalu beresiko. Sepupu saya merasa lebih tersiksa lagi ketika dia diharuskan menempuh pendidikan di sebuah pesantren.
Ibu saya pernah mengingatkan kepada paman-bibi saya itu. Namun, mereka sangat yakin dengan cara mereka dalam mengasuh anak. Pertanyaan saya: Apa yang dapat saya dan orangtua lakukan untuk membantu sepupu ini
Udin – Lombok
Tanggapan Psikolog :
Oleh : H. Fuad Nashori
Mas Udin yang sangat peduli terhadap saudaranya, saya salut sekali saya kepada anda. Anda tidak hanya sibuk mengurus keperluan hidup anda. Anda juga mampu berempati dan peduli dengan saudara anda. Poin untuk anda, Mas Udin. Apa yang anda lakukan adalah salah satu wujud kebaikan manusia. Sebuah hadis mengungkapkan: sebaik-baik manusia adalah yang berbuat baik paling banyak kepada sesama manusia. Moga dari hari ke hari anda terus berkembang menjadi lebih baik, lebih peduli, lebih berpihak pada pengembangan sesama.
Berkenaan dengan pertanyaan anda, inilah tanggapan dan saran saya. Pertama, ajaklah dia untuk mengaca diri. Apa persepsinya tentang perlakuan sang bapak-ibu terhadapnya? Apa dia merasa nyaman dan adakah yang salah salam pengasuhan orangtua yang diterimanya? Apakah dia merasakan dampak negatif atau sebaliknya positif atas perlakuan orangtuanya? Dari pertanyaan-pertanyaan yang anda pandu di atas diharapkan dia memperoleh kesadaran diri tentang bagaimana diri dia sesungguhnya saat ini. Pemahaman diri semacam ini penting sebagai titik tolak untuk bertindak lebih lanjut. Bila dia merasa ada yang salah, misalkan dia menjadi minder karenan keterbatasannya dalam pergaulan, maka kesadaran diri itulah yang digunakan sebagai titik tolak untuk memperbaiki diri.
Kedua, ajaklah dia untuk berpikir tentang apa yang bisa dia lakukan dalam keterbatasan itu. Setiap orangtua menginginkan kebaikan bagi anaknya, namun cara yang mereka pilih belum tentu cocok. Doronglah saudara sepupu anda itu untuk menyampaikan harapan kepada orangtua itu. Bagaimana kalau dimarahi? Ungkapan yang lemah lembut insyaallah tidak merangsang kemarahan. Bila diperlukan, dia dapat dibantu oleh orang yang berpengaruh terhadap orangtuanya. Ibu anda misalkan. Melalui dialog yang terbuka dengan orangtua, maka beberapa jengkal kebebasan akan dinikmati oleh sepupu anda nanti. Saya percaya cara ini akan memberi pengaruh terhadap orangtua, walaupun perubahan orangtua belum tentu langsung signifikan. Bila sedikit sekali perubahan orangtua, maka saya berpikir ada baiknya teman anda itu mulai memilih saja aktivitas pengembangan diri di pesantren dan tempat belajarnya, tentu yang tidak beresiko atau dikhawatirkan orangtuanya. Ajaklah dia mengeksplorasi minat dan bakatnya. Ajaklah dia untuk mengenali potensi-potensinya yang pernah muncul. Bila anda memerlukan bantuan psikolog, anda dapat dapat menemui mereka dan mendapatkan tes bakat. Tes bakat akan membantu seseorang menemukan bakat-bakat khususnya di bidang seni, olahraga, dan sebagainya.
Ketiga, yang anda lakukan selanjutnya adalah mendorong sepupu anda ini untuk menekuni aktivitas pengembangan diri dengan bimbingan dari guru atau orang yang lebih dewasa yang berpengalaman. Carilah pembimbing yang memotivasi, yang memberi feedback, dan sejenisnya. Pembimbing yang paling awal dan paling penting adalah yang paling mengerti psikologis anak bimbing dan mampu membangkitkan asa orang-orang yang dibimbing.
Keempat, ada baiknya ibu anda dapat berperan sebagai mediator apabila ada kesulitan komunikasi antara sepupu anda dengan orangtuanya. Ini terutama bila orangtua sepupu anda itu selalu mendikte dan menyalahkan anak atas keberaniannya mengungkapkan isi hatinya. Ibu anda perlu menjelaskan bahwa niatnya adalah membantu mereka hidup lebih nyaman, itu pun kalau diperkenankan. Kalau tidak diperkenankan, cukup nasihati saja secara sepihak paman-bibi anda itu. Ini dengan harapan seseorang mau berubah setelah mendapat nasihat dari orang lain.
Akankah Tahun 2009 Kita Mengalami Peningkatan Kualitas Hidup?
/in /byKetika kita memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar kita, kita akan mendapati beragam capaian orang. Ada yang melesat bagaikan bintang yang terang benderang di langit. Ada yang dari waktu ke waktu stagnan, gitu-gitu aja. Ada yang dari hari ke hari semakin menukik ke bawah.
Contoh orang UII yang karirnya melesat adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, Ketua Mahkamah Konstitusi saat ini, orang yang amat penting saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. Saya sering bertemu dengan guru besar UII ini waktu saya menangani Majalah Warta Kampus di Kantor Rektorat Cik Di Tiro pada tahun 1996-1998. Waktu itu beliau menjadi Pembantu Rektor I. Potensi besar beliau sudah tampak pada waktu itu. Sering saya dengar dari orang-orang di lingkungan rektorat bahwa beliau adalah salah seorang yang paling komunikatif kalau berbicara di UII, bersama-sama dengan Drs. Syafaruddin Alwi, MM. Yang pasti beliau menjadi pembawa acara keagamaan pagi hari di SCTV. Saya masih ingat dengan sebutan senor saya Suparman Marzuki tentang tokoh kita ini. Nama lengkap Pak Mahfud, kata Pak Parman, adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU, SCTV.
Yang saya tahu pasti lagi adalah beliau bisa menulis dalam situasi apapun. Saat rapat atau yang lain. Beliau juga rajin datang ke kampus, ini saya lihat sendiri, saat hari minggu. Ketika saya tanya beliau jawab: mau menulis. Saya juga terkesan dengan sebuah peristiwa kebaikan hati Prof. Mahfud ini. Suatu saat ada seorang mahasiswa yang tidak dapat membayar SPP dan mengharapkan ada keringanan atau pembebasan SPP. Saya menemani mahasiswa ini. Yang luar biasa, beliau bisa membantu mahasiswa tersebut bebas dari masalahnya.
Di samping orang yang berkibar, masih kita temukan orang yang terpuruk. Dulu, mereka mungkin menjadi presiden, mentri, dirjen, anggota KPU, dan sekarang merasakan pahitnya kehidupan dihujat orang atau bahkan masuk penjara. Saya kenal salah seorang di antara orang yang terhormat itu. Bulan-bulan terakhir ini dia merasakan sengsaranya hidup di penjara.
Akankah kita akan menjadi orang yang meningkat kualitas hidup kita? Ataukah kita akan termasuk orang-orang yang terpuruk dan tenggelam dalam pusaran sejarah?
Gagasan utama yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah ada baiknya kita membuat indikator untuk menilai apakah selama ini dan esok hari kualitas hidup kita dalam level yang tinggi atau sebaliknya. Setelah menetapkan indikator, kita dapat gunakan indikator itu untuk menilai capaian kita selama 2008. Setelah itu, kita akan bekerja dan menggunakan indikator itu setiap buklan untuk mengevaluasi peningkatan kualitas hidup kita. Di akhir 2009, kita lihat total capaian kita sepanjang 2009.
Apa saja indikatornya?
Saya usulkan sekurang-kurangnya tujuh indikator untuk menilai keberhasilan kita meraih sukses. Pertama adalah ketaatan beragama. Ketaatan beragama terlihat dari sejauh mana kekuatan ketauhidan kita, kerajinan dan kualitas shalat kita, kemampuan kita membaca dan memahami isi al-Qur’an, besarnya zakat fitrah dan zakat mal kita, dan pengalaman keagamaan. Anda bisa menambahkan sub-indikator yang lain sesuai dengan keyakinan keagamaan anda.
Indikator kedua adalah kemampuan intelektualitas. Kemampuan intelektualitas ini dapat kita ketahui dari banyaknya dan kualitas tulisan kita, kemampuan mengajar/menangkap pelajaran yang dicerminkan oleh ipk (mahasiswa) dan nkd (dosen), kemampuan kita berbicara kepada publik secara lisan, kemampuan kita berbicara kepada media, dan sebagainya.
Indikator ketiga adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi dapat diketahui dari kemampuan kita memahami emosi diri, kemampuan mengendalikan emosi, dan kemampuan mengekspresikan emosi kepada orang lain secara tepat. Apakah masih sering kita dengar ungkapan orang bahwa kita adalah pemarah dan emosional?
Indikator keempat adalah kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan terlihat dari kemampuan kita menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Ini terlihat dari kemampuan menggerakkan orang mengerjakan proyek bersama (makalah, proposal, penelitian, dsb), kemampuan untuk mendelegasikan tugas, kemampuan untuk mengoperasionalkan tugas dari pimpinan, dan sebagainya. Kepemimpinan ini saya masukkan sebagai indikator, karena ini merupakan salah satu amanat founding fathers UII.
Indikator keempat adalah kemampuan teknis keilmuan. Kalau ini bergantung pada disiplin ilmunya masing-masing, tapi terutama adalah kemampuan teknis di bidang ilmu yang ditekuni. Kalau dia adalah seorang ahli psikologi, terlihat dari kemampuan merencanakan tes, kemampuan memberi konsultasi face-to face, kemampuan melakukan depth interview, kemampuan memberi e-konseling, dan sebagainya.
Indikator keenam adalah kemampuan bermasyarakat. Kemampuan bermasyarakat terlihat dari kemampuan terlibat dalam kehidupam bermasayarakat yang bersifat rutin dan insidental (hadir dalam rapat rt/rw, hadir dalam undangan tetangga, menjadi panitia pengantin, dsb), mengambil inisitif bermasyarakat untuk membangun, menjalin persahabatan dengan teman kerja, memelihara komunikasi dengan orang lain dari luar kota atau mancanegara, dan seterusnya.
Indikator ketujuh adalah kemampuan berkeluarga. Kemampuan berkeluarga terlihat dari kemampuan untuk menyediakan/membantu menyediakan keperluan keluarga, kemampuan mendampingi anak belajar, kemampuan memotivasi suami/istri/orangtua untuk mencapai kemajuan diri, kemampuan memberi dukungan sosial kepada anggota keluarga, dan sebagainya.
Action, Self Monitoring dan Self Evaluation
Kata orang bijak, perencanaan yang baik adalah separuh keberhasilan. Tetapi, rencana hanya akan berarti kalau kita melaksanakannya. Ketika melaksanakannya, prinsip yang paling penting adalah menjadi pembelajar secara terus-menerus. Prinsip penting lainnya adalah kita hanya menjadi orang beruntung bila tahun 2009 lebih baik dari tahun 2008.
Saya sarankan agar anda membuat sekor dengan rentang 1-10 untuk tiap indikator per tahun. Pemberian skor berdasar pada frekuensi dan kualitas dari apa yang anda lakukan. Misalkan, saya memberi skor sepuluh bila semua shalat saya kerjakan tepat waktu dan berjamaah, bisa menghafal semua juz amma dan memahami sepertiga juz amma, membayar zakat lima juta setahun, serta sekurang-kurangnya punya tiga pengalaman keagamaan yang mengesankan.
Anda bisa melihat capaiannya setiap bulan. Bulan pertama boleh jadi anda mencapai nilai 0 koma sekian untuk indikator tertentu. Untuk indikator lain barangkali ada yang langsung berhasil menembus angka 5. Sebagai contoh, ada seorang bos yang pekerjaannya marah-marah setiap hari, seakan-akan setiap hari adalah hari senin (nyeneni). Kemudian dia ikut training pengelolaan emosi. Dia mempraktikkannya. Pada bulan kedua semua orang melihat perubahannya. Dia sendiri melihat diri menjadi berbeda. Ia mungkin akan memberi sekor 5 untuk dua bulan pertama tahun 2009.
Di samping melaksanakan rencana, yang tak kalah pentingnya adalah rajin-rajin melakukan self monitoring dan self evaluation. Self monitoring dan self evaluation dilakukan setiap tiga bulan sekali, misalnya, pokoknya periodik.
Penutup
Siapa tahu kita nanti termasuk orang-orang yang meroket di udara menjadi rising star. Baik rising star di mata publik, di mata tetangga, di mata keluarga, atau di mata teman kerja.
Demikian. Selamat berjuang!
Humor dalam Perkuliahan
/in /byPerkuliahan model klasikal merupakan salah satu media transfer pengetahuan dari dosen kepada mahasiswa. Dari media perkuliahan inilah terjadi interaksi langsung antara mahasiswa sebagai pencari ilmu dan dosen sebagai pemberi ilmu. Semua dosen tentu berharap agar proses transfer pengetahuan tersebut dapat berjalan dengan baik, sehingga pengetahuan apapun yang dimiliki oleh seorang dosen dapat sepenuhnya pula dimiliki oleh para mahasiswa. Namun demikian, apakah proses tersebut dapat berjalan dengan baik ?
Apakah proses transfer pengetahuan tersebut benar-benar dapat berhasil sesuai dengan apa yang diinginkan? Bagaimana agar proses tersebut dapat dilakukan dalam suasana yang nyaman? Hal inilah yang disampaikan oleh Dr. Yapsir Gandi Wirawan kepada para dosen FPSB UII pada tanggal 24 Desember 2008, di Ruang Audiovisual FPSB UIIHati-hati..! Banyak Kasus Pencurian
/in /byKaliurang, UII Terpadu. Pencurian..! Tindakan tidak terpuji ini kian marak terjadi. Dari pencurian kelas ’ecek-ecek’ atau kelas ’teri’ hingga kelas ’berdasi’ atau ’kakap’ ada di negeri ini. Tak perlu kita jauh-jauh untuk melihat kasus pencurian tersebut. Di kampus tercinta ini pun, cukup sering kita dengar kasus pencurian yang terjadi. Mulai dari pencurian HP, Komputer, Laptop bahkan motor pernah terjadi di sini. Belum lama ini, kembali terjadi pencurian sebuah laptop milik Rumiani, S.Psi (dosen FPSB UII) yang diletakkan dalam mobil salah seorang staf Pusat Psikologi Terapan sesaat setelah menyelenggarakan sebuah training. Peristiwa yang terjadi pada hari Kamis, 18 Desember 2008 sekitar Pkl. 14.30 Wib ini, terjadi di halaman parkir mobil sebelah selatan Gedung Unit XII (FPSB UII). Sebuah kaca mobil pecah seiring dengan kasus pencurian laptop tersebut. Menurut Rimbar Prista Santi si pemiliki mobil, kejadian tersebut terjadi begitu cepat. Hanya dalam beberapa menit saja