The 3rd National Conference on Islamic Psychology (NCIP) 2017 yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) di Shantika Premier Hotel Yogyakarta pada tgl 16-17 Mei 2017 mengangkat Psikologi Akhlak Mulia sebagai tema besar. Menurut panitia penyelenggara, tema tersebut diangkat dengan semangat untuk mengembangkan kajian-kajian mengenai karakter unggul yang bersumber dari ajaran Islam dalam rangka menciptakan pribadi yang rahmatan lil ‘alamin, pribadi yang membawa kebermanfaatan bagi diri sendiri, masyarakat dan seluruh dunia.
Kegiatan yang diharapkan mampu mempertemukan para pakar, praktisi, akademisi, peminat dan pengamat Psikologi Islam maupun masyarakat umum dalam suatu forum yang bertujuan untuk mengembangkan jejaring dan kajian Psikologi berbasis Islam ini dibuka secara langsung oleh Wakil Rektor III Universitas Islam Indonesia, Dr-Ing. Ir. IlyaFadjarMaharika, MA, IAI.
Tampil sebagai pemateri adalah Prof. Dr. Malik Badri (IIIT sekaligus penemu psikologi Islam Modern), Dr.phil. Qurrotul Uyun, Psikolog (Dosen FPSB, Peneliti dan Praktisi Psikologi Islam), Dr. Ahmad Suharto (Pengasuh Ponpes Putri Gontor), dan Dr. Bagus Riyono, M.A (Dosen UGM, Peneliti dan Praktisi Psikolog Islam). Sedangkan Dr.Phil. Emi Zulaifah, M.Sc tampil sebagai moderator.
Dr. Malik Badri, MA sebagai pemateri pertama memberikan apresiasi tinggi atas diselenggarakannya NCIP 2017 tersebut. Dalam paparannya beliau menceritakan perkembangan keilmuan psikologi usai beliau melakukan kritikan pada tahun 1950 terhadap psikologi barat. Banyak ilmuan muslim yang saat itu marah dan tetap mempertahankan Freud. Dan beliau tidak menyangka bahwa apa yang beliau sampaikan telah berhasil membuat para ilmuan muslim gencar (baca: mencintai) mengkaji psikologi Islam. Saat ini pun para psikolog barat merasa ada sesuatu yang kurang dengan pendekatan psikologi yang mereka dilakukan. Mereka mencoba mencari pelengkap berupa psikologi spiritual ke arah Timur yang kemudian banyak dipengaruhi oleh agama Budha. Hal ini yang membuat Dr. Malik Badri cukup prihatin.
Beliau juga menegaskan bahwa akhlak mulia sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan meski banyak mukjizat yang sudah Allah SWT tunjukan melalui rasulnya, karakter Nabi Muhammad SAW tetap menjadi mukjizat yang paling bagus yang ditunjukan Allah SWT pada manusia. Beliau juga menambahkan peran penting seorang ibu dalam memberikan sentuhan karakter pada anaknya.
Paparan kedua yang disampaikan oleh Dr. Bagus Riyono, M.A. banyak mengupas tentang konsep lapisan-lapisan jiwa. Pak Bagus mengawali dengan melihat pola pengutusan seorang rasul yang biasanya untuk memperbaiki kondisi sebuah peradaban (baca: peradaban yang hancur). “Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ketika suatu bangsa terjebak dalam materialisme maka dipastikan akan jatuh. Ini kemudian akan diambil oleh kelompok lain yang dilandasi spiritual. Nabi diutus saat peradaban hancur, hingga peradaban tersebut bisa bangkit kembali. Begitu seterusnya dan ini sudah dimulai sejak Nabi Adam as. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW itu diutus sebagai nabi terakhir. Sekarang sudah masuk jaman materialistik. Maka kita harus khawatir karena ini merupakan tanda-tanda kehancuran dunia”, ungkapnya.
Pak bagus juga menambahkan bahwa untuk bisa mengembangkan akhlak mulia diperlukan pengembangan 4 lapisan penting dari diri seseorang, seperti sensiing, reasoning, empathy, dan juga spiritual. Pada anak2 pun perlu dilatih faham empati, spirtual dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Kekuatan spiritual itu yang paling luar biasa.
Sedangkan materi ketiga yang disampaikan Dr. Ahmad Suharto banyak mengupas manajemen pembentukan karakter atau akhlak mulia di pondok Pesantren Putri Gontor. “Kami tidak punya banyak teori. Tapi kami berusaha melakukan hal-hal yang baik”, ungkapnya. Beliau juga menegaskan bahwa pola pendidikan pesantren sudah dilakukan oleh para pejuang muslim sejak jaman dulu bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Para pejuang juga ingin menjadikannya model pendidikan nasional.
“Metode terbaik adalah keteladanan. Santri itu 24 jam di kampusbersama ustadzah-ustadzahnya, sehingga mereka melihat keteladanan yang ada. Keteladagan lebih baik daripada ngomong seribu kali. Pembentukan akhlak/mentalitas tidak cukup dengan ngomong/teori, tapi juga harus dengan keteladanan”, tegasnya.
Sementara paparan terakhir disampaikan oleh Dr.phil. Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog melalui presentasinya yang berjudul Pengembangan Intervensi Psikologis Berbasis Psikologi Akhlak Mulia. Menurutnya sosok yang akrab disapa bu Uyun ini, sebenarnya ciri-ciri akhlak mulia yang sudah tersirat dalam Al Quran surat Al Mu’minun ayat 1-10, dimana seorang yang berakhlak mulia akan memiliki ciri-ciri seperti khusuk dalam sholat, menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna, mau menunaikan zakat, senaniasa menjaga kemaluannya, memelihara amanah dan janjinya serta senantiasa memelihara shalatnya (tepat waktu, tidak melakukan hal-hal yang keji dan munkar, berjamaah, dll).
“Akhlak mulia itu bukan sekedar perbuatan yang dapat dilihat. Ini menyangkut hubungan mnusia pada Allah yang menjadi akar pendidikan akhlak mulia. Semua ibadah/pendidikan itu bertujuan untuk membersihkan hati (tazkiyatun nafs), sehingga akan lebih dekat/taat pada Allah SWT”, ungkapnya.
Usai penyelenggaraan konferensi, panitia NCIP juga menyelenggarakan workshop dengan menghadirkan pemateri Dr. Shukran untuk mengupas tentang Akhlak Mulia dalam Psikologi Industri dan Organisasi, Dr. Ahmad Rusydi & Irwan Nuryana Kurniawan, M.Si tentang Pengembangan Konstruk dan Alat Ukur Psikologi Akhlak Mulia, Drs. Adriano Rusfi, Psikolog yang membahas Pendidikan Berbasis Psikologi Akhlak Mulia, dan Sus Budiharto, M.Si., Psikolog yang menyampaikan tentang konseling Qurani.
Psikologi Kaji Neurosains : Prospek dan Tantangan
/in Berita Sorotan/by Darzan Hanan MDalam rangka mengetahui perkembangan kajian neurosains terkait sejauh kemampuannya dalam menguask misteri otak yang berpengaruh pada perilaku manusia serta prospek studi neurosains di Indonesia (peluang dan tantangannya), Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar kolokium bertema “Tren Neurosains dalam Psikologi: Prospek dan Tantangan” pada hari Rabu, 7 Juni 2017 di Auditorium FPSB UII Yogyakarta dengan menghadirkan Galang Lufityanto, S.Psi., M.Psi., Ph.D (Dosen UGM) sebagai pemateri. Adapun moderator dibawakan oleh Hariz Enggar Wijaya, S.Psi., M.Psi.
Dalam paparannya, Galang Lufityanto banyak menceritakan perkembangan penelitian/kajian-kajian bidang neurosains khususnya di luar negeri. Menurutnya keilmuan Psikologi memiliki hubungan yang sangat erat (dekat) dengan neurosains, karena keduanya sama-sama mempelajari perilaku manusia, namun dengan pendekatan atau metode yang berbeda. Neurosains mempelajri perilaku manusia melalui susunan syaraf-syaraf yang ada otak.
“Motivasi mempelajari neurosains didasari pada keinginan yang kuat untuk menemukan mekanisme paling mendasar dalam menjelaskan fenomena psikologis pada manusia. Dengan mempelajari neurosains ini Kita semakin tahu bahwa kita sangat kecil sekali dibanding misteri alam semesta yang luar biasa dan ada kekuatan besar/luar biasa di alam ini”, ungkapnya.
Sementara Kepala Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si., Psikolog menjelaskan bahwa secara spesifik dalam ranah Psikologi, studi neurosains mengambil porsi sebesar 13,4%. Terlihat kecil sepintas, namun jika dibandingkan dengan bidang sosial, riset neurosains dalam psikologi lebih tinggi hampir dua kalinya. Studi awal kajian neurosains dalam psikologi tercatat muncul pertama kali dalam Scopus pada tahun 1961 dan mencapai titik puncak pada tahun 2012. Mulai pada tahun 2016, studi neurosains terlihat menurun tajam. Meskipun demikian, gelombang neurosains di Indonesia justru terasa tengah dilirik, baik dalam ranah medis maupun psikologi. Topik neurosains mengemuka dalam beberapa tahun ini.
Mahasiswa FPSB Inovasikan Cemilan Sayuran
/in Program Kreativitas Mahasiswa/by Darzan Hanan MBerawal dari kegemarannya mengonsumi kudapan (campuran sayur) yang lebih sehat (baca: tanpa MSG, tanpa pewarna, tanpa pengawet) namun belum banyak anak-anak atau bahkan orang dewas yang menyukainya, membuat mahasiswa Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia, Dyah Titi Delinda (angkatan 2014) tergerak hatinya menciptakan atau mengkreasikan sebuah kudapan yang lebih menarik namun tetap sehat dan bisa dinikmati siapa saja. Dengan dibantu oleh Fawwaz Ahmad Fauzan (mhs Psikologi) dan Putri Zakia Salsabilla (mhs. Ilmu Komunikasi), akhirnya mereka berhasil menciptakan produk cemilan berupa keripik kudapan yang diberi nama Vegie O’ Chips. Bahan-bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan yaitu buncis, brokoli, wortel, timun, dan labu. Read more
Psikologi Adakan Workshop AUN-QA
/in Berita Sorotan/by Darzan Hanan M“Banyak hal yang musti dipersiapakn untuk sertifikasi ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA). Saat ini prodi psikologi dapat hibah PHK PS menuju ke sertifikasi AUN QA tahun 2020. Self Report Assessment (SAR) harus sudahs mulai disiapkan sejak awal. Salah satunya adalah kurikulum baru. Karena fokus AUN QA adalah outcome based sehingga kurikulum pun harus mengikuti ketentuan dari AUN QA. Harapannya adalah perlu adanya dukungan dari semua pihak terutama adalah dari fakultas dan universitas”. Demikian ungkap Ka. Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikoologi dan Ilmu Sosial Budaya (FSB) Universitas Islam Indonesia (UII) usai penyelenggaraan workshop sosialisasi hasil studi banding Tim PHK PS Internasionalisasi Program Psikologi, Senin, 29 Mei 2017 di Indolux hotel dengan menghadirkan Leni Sophia Heliani, ST., M.Sc., Ph.D dari Kantor Jaminan Mutu (KJM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Prodi Psikologi sudah merencanakan beberapa program dalam rangka memperoleh akreditasi AUN-QA tersebut, seperti (a) penyusunan kurikulum dan capaian pembelajaran yang memuat kekhasan psikologi Islam dan berstandar internasional, (b) peningkatan kompetensi dosen, (c) peningkatan kuantitas jumlah penelitian, pengabdian masyarakat dan publikasi ilmiah internasional, (d) peningkatan wawasan dan kompetensi mahasiswa, (e) pengembangan sistem pembelajaran dan manajemen mutu berbasis teknologi, (f) inisiasi laboratorium psikologi standar internasional serta (g) penyusunan AUN-QA SAR.
Namun demikian, untuk tahun pertama program yang akan dilakukan fokus pada penyusunan kurikulum dan capaian pembelajaran yang memuat kekhasan psikologi Islam dan berstandar internasional (a), peningkatan kompetensi dosen (b) dan penyusunan AUN-QA SAR. Prodi juga akan melibatkan beberapa tenaga ahli dari universitas luar negeri seperti UWA Australia dan UM Malaysia.
Mahasiswa Psikologi UNISS Lakukan KKL di FPSB UII
/in Berita Sorotan, Kunjungan/by Darzan Hanan M“Fakultas Psikologi (Psi) Universitas Selamat Sri (UNISS)merupakan fakultas yang baru saja berdiri. Oleh karena itu kami ingin sekali belajar banyak ke Prodi Psikologi (psi) Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) ini, karena kami juga alumni Psikologi UII”. Demikian ungkap Prapti Leguminosa, S.Psi., M.Psi, Dekan Fakultas Psikologi UNISS-Kendal yang juga alumni Prodi Psikologi FPSB UII saat mendampingi mahasiswanya melakukan Kunjungan Kuliah Lapangan (KKL) ke FPSB UII, Rabu, 10 Mei 2017. Rombongan sendiri diterima hangat oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog beserta perwakilan PSC, perwakilan Jafana dan juga tim Marcoms FPSB UII di ruang audiovisual lt.2.
Dalam KKL tersebut, mahasiswa Fak. Psikologi UINISS mendapatkan materi Konseling Qurani yang disampaikan oleh Susu Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog. Menurut Pak Sus (Sapaan akrab Sus Budiharto) agama memang diturunkan untuk membimbing manusia agar hidup lebih bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jadi misi agama memang untuk membuat hidup manusia bahagia. Beliau juga menegaskan bahwasannya konseling Qur’ani merupakan salah satu aplikasi dari konseling Islami. Sedangkan konseling Islami sendiri diartikan sebagai aktifitas bimbingan untuk mengembangkan akal pikiran, kejiwaan, keimanan, keyakinan agar dapat mengatasi problematika kehidupan dengan baik dan benar secara mandiri dengan berpedoman pada Al Quran dan Al Hadist.
Dalam kuliah tersebut, para mahasiswa diminta langsung praktek konseling Qur’ani. Masing-masing diminta untuk menulis/menceritakan masalah atau peristiwa/pengalaman mengesankan yang dialami beberapa waktu terakhir. Peserta kemudian diajak menghayati (berdiskusi) tentang eksistensi manusia dalam Al Quran, fungsi Al Quran sebagai petunjuk, penyembuh, rahmat, dan juga pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Setelah bisa memahami hal itu, peserta diminta mengucapkan ayat Al Quran yang dihafal atau membuka Al Quran secara spontan dengan terlebih dahulu membaca ta’awudz, membaca salah satu atau beberapa ayat dengan terjemahannya. Dari apa yang dihafal/dibaca tersebut peserta difasilitasi untuk mengetahui makna dari terjemah ayat tersebut dan diberi tanggapan bahwa ayat yang telah dibaca/dihafal adalah media memahami masalah/makna hidupnya.
Mahasiswa pun sangat antusias untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi sekaligus mereka ingin mengetahui jalan keluar / jawaban permasalahan yang dihadapi melalui makna Al Quran.
Usai mengikuti kuliah lapangan, mahasiswa mendapat kesempatan berkunjung ke Laboratorium Psikologi dan juga berdiskusi dengan komunitas Psychology Study Club (PSC).
NCIP 2017 Kaji Psikologi Akhlak Mulia
/in Berita Sorotan/by Darzan Hanan MThe 3rd National Conference on Islamic Psychology (NCIP) 2017 yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) di Shantika Premier Hotel Yogyakarta pada tgl 16-17 Mei 2017 mengangkat Psikologi Akhlak Mulia sebagai tema besar. Menurut panitia penyelenggara, tema tersebut diangkat dengan semangat untuk mengembangkan kajian-kajian mengenai karakter unggul yang bersumber dari ajaran Islam dalam rangka menciptakan pribadi yang rahmatan lil ‘alamin, pribadi yang membawa kebermanfaatan bagi diri sendiri, masyarakat dan seluruh dunia.
Kegiatan yang diharapkan mampu mempertemukan para pakar, praktisi, akademisi, peminat dan pengamat Psikologi Islam maupun masyarakat umum dalam suatu forum yang bertujuan untuk mengembangkan jejaring dan kajian Psikologi berbasis Islam ini dibuka secara langsung oleh Wakil Rektor III Universitas Islam Indonesia, Dr-Ing. Ir. IlyaFadjarMaharika, MA, IAI.
Tampil sebagai pemateri adalah Prof. Dr. Malik Badri (IIIT sekaligus penemu psikologi Islam Modern), Dr.phil. Qurrotul Uyun, Psikolog (Dosen FPSB, Peneliti dan Praktisi Psikologi Islam), Dr. Ahmad Suharto (Pengasuh Ponpes Putri Gontor), dan Dr. Bagus Riyono, M.A (Dosen UGM, Peneliti dan Praktisi Psikolog Islam). Sedangkan Dr.Phil. Emi Zulaifah, M.Sc tampil sebagai moderator.
Dr. Malik Badri, MA sebagai pemateri pertama memberikan apresiasi tinggi atas diselenggarakannya NCIP 2017 tersebut. Dalam paparannya beliau menceritakan perkembangan keilmuan psikologi usai beliau melakukan kritikan pada tahun 1950 terhadap psikologi barat. Banyak ilmuan muslim yang saat itu marah dan tetap mempertahankan Freud. Dan beliau tidak menyangka bahwa apa yang beliau sampaikan telah berhasil membuat para ilmuan muslim gencar (baca: mencintai) mengkaji psikologi Islam. Saat ini pun para psikolog barat merasa ada sesuatu yang kurang dengan pendekatan psikologi yang mereka dilakukan. Mereka mencoba mencari pelengkap berupa psikologi spiritual ke arah Timur yang kemudian banyak dipengaruhi oleh agama Budha. Hal ini yang membuat Dr. Malik Badri cukup prihatin.
Beliau juga menegaskan bahwa akhlak mulia sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan meski banyak mukjizat yang sudah Allah SWT tunjukan melalui rasulnya, karakter Nabi Muhammad SAW tetap menjadi mukjizat yang paling bagus yang ditunjukan Allah SWT pada manusia. Beliau juga menambahkan peran penting seorang ibu dalam memberikan sentuhan karakter pada anaknya.
Paparan kedua yang disampaikan oleh Dr. Bagus Riyono, M.A. banyak mengupas tentang konsep lapisan-lapisan jiwa. Pak Bagus mengawali dengan melihat pola pengutusan seorang rasul yang biasanya untuk memperbaiki kondisi sebuah peradaban (baca: peradaban yang hancur). “Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ketika suatu bangsa terjebak dalam materialisme maka dipastikan akan jatuh. Ini kemudian akan diambil oleh kelompok lain yang dilandasi spiritual. Nabi diutus saat peradaban hancur, hingga peradaban tersebut bisa bangkit kembali. Begitu seterusnya dan ini sudah dimulai sejak Nabi Adam as. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW itu diutus sebagai nabi terakhir. Sekarang sudah masuk jaman materialistik. Maka kita harus khawatir karena ini merupakan tanda-tanda kehancuran dunia”, ungkapnya.
Pak bagus juga menambahkan bahwa untuk bisa mengembangkan akhlak mulia diperlukan pengembangan 4 lapisan penting dari diri seseorang, seperti sensiing, reasoning, empathy, dan juga spiritual. Pada anak2 pun perlu dilatih faham empati, spirtual dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Kekuatan spiritual itu yang paling luar biasa.
Sedangkan materi ketiga yang disampaikan Dr. Ahmad Suharto banyak mengupas manajemen pembentukan karakter atau akhlak mulia di pondok Pesantren Putri Gontor. “Kami tidak punya banyak teori. Tapi kami berusaha melakukan hal-hal yang baik”, ungkapnya. Beliau juga menegaskan bahwa pola pendidikan pesantren sudah dilakukan oleh para pejuang muslim sejak jaman dulu bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Para pejuang juga ingin menjadikannya model pendidikan nasional.
“Metode terbaik adalah keteladanan. Santri itu 24 jam di kampusbersama ustadzah-ustadzahnya, sehingga mereka melihat keteladanan yang ada. Keteladagan lebih baik daripada ngomong seribu kali. Pembentukan akhlak/mentalitas tidak cukup dengan ngomong/teori, tapi juga harus dengan keteladanan”, tegasnya.
Sementara paparan terakhir disampaikan oleh Dr.phil. Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog melalui presentasinya yang berjudul Pengembangan Intervensi Psikologis Berbasis Psikologi Akhlak Mulia. Menurutnya sosok yang akrab disapa bu Uyun ini, sebenarnya ciri-ciri akhlak mulia yang sudah tersirat dalam Al Quran surat Al Mu’minun ayat 1-10, dimana seorang yang berakhlak mulia akan memiliki ciri-ciri seperti khusuk dalam sholat, menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna, mau menunaikan zakat, senaniasa menjaga kemaluannya, memelihara amanah dan janjinya serta senantiasa memelihara shalatnya (tepat waktu, tidak melakukan hal-hal yang keji dan munkar, berjamaah, dll).
“Akhlak mulia itu bukan sekedar perbuatan yang dapat dilihat. Ini menyangkut hubungan mnusia pada Allah yang menjadi akar pendidikan akhlak mulia. Semua ibadah/pendidikan itu bertujuan untuk membersihkan hati (tazkiyatun nafs), sehingga akan lebih dekat/taat pada Allah SWT”, ungkapnya.
Usai penyelenggaraan konferensi, panitia NCIP juga menyelenggarakan workshop dengan menghadirkan pemateri Dr. Shukran untuk mengupas tentang Akhlak Mulia dalam Psikologi Industri dan Organisasi, Dr. Ahmad Rusydi & Irwan Nuryana Kurniawan, M.Si tentang Pengembangan Konstruk dan Alat Ukur Psikologi Akhlak Mulia, Drs. Adriano Rusfi, Psikolog yang membahas Pendidikan Berbasis Psikologi Akhlak Mulia, dan Sus Budiharto, M.Si., Psikolog yang menyampaikan tentang konseling Qurani.
HI Gelar Diplomatic Course
/in /by Darzan Hanan MProgram Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Diplomatic Course (DC) bagi mahasiswa angkatan 2016 di Gedung Moh. Hatta Kampus Terpadu UII, Kamis, 18 Mei 2017. Hadir sebagai pemateri adalah Ashariyadi (Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN), Annie Yuliyanti dan Thalita Hindarto (Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN) Kementerian Luar Negeri (KEMENLU) Republik Indonesia (RI).
Dalam sambutannya, Dekan FPSB UII (Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog) berharap agar kerjasama antara Prodi HI dengan KEMENLU RI bisa lebih diintensifkan lagi. Selain itu, Pak Arief juga memberikan motivasi untuk menjadi diplomat yang baik pada peserta DC. “Ada kaidah-kadiah yang harus anda pegang saat anda menjadi seorang diplomat. Apa yang Anda lakukan dalam proses diplomasi hendaknya bisa dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat”, ungkap Pak Arief.
Pada materi pertama peserta mendapat materi tentang ASEAN dari yang disampaikan oleh Bapak Ashariyadi. Di awal materi beliau banyak mengungkap pengalamannya saat mendampingi duta besar RI untuk Thailand, Ali Alatas. Menurutnya, Pak Ali Alatas memang sosok seorang diplomat yang handal yang mampu mendamaikan pertikain 4 fraksi yang ada di negara itu. Beberapa pengalaman lain juga diceritakan oleh Bapak Ashariyadi, seperti saat bertugas di Yaman dan juga Prancis.
Lebih jauh Ashariyadi menyampaikan tentang seluk beluk ASEAN, baik dari sisi kebijakan maupun proses pengambilan kebijakan itu sendiri yang melalui persidangan. Beliau menambahkan bahwa di ASEAN terdapat ASEAN Way, yakni pengambilan keputusan yang didasarkan pada musyawarah mufakat, meski juga terkadang menerapkan voting sebagai jalan memutuskan sebuah kebijakan. .
Pemaparan materi kedua tentang simulasi sidang disampaikan oleh Annie Yuliyanti. Di sini peserta benar-benar diminta praktik sidang ASEAN layaknya sidang sungguhan. Sementara materi etika berpenampilan (berpakaian, kerapian) dan selintas tentang cara jamuan makan disampaikan oleh Thalita Hindarto. Kegiatan DC diakhir dengan praktik Table Manner di Alana Hotel Yogyakarta.
FPSB Tasyakuran Milad ke 22
/in /by Darzan Hanan MSemaan Al Quran di beberapa lokasi seputar Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) mengawali acara tasyakuran milad ke-22 tahun FPSB UII, Jumat, 19 Mei 2017. Semaan diikuti oleh para mahasiswa, dosen dan juga pimpinan FPSB UII sejak pagi hingga jelang sholat Jumat.
Usai semaan, civitas akademika FPSB UII menggelar makan bersama dengan aneka menu, seperti bakso, soto, batagor, rujak es krim, cendol dan juga nasi kucing. Usai makan bareng acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Dekan FPSB UII dan doa bersama yang dibacakan oleh Zainal Mu’arif (purna tugas FPSB UII). Sejurus kemudian dilakukan penyerahan penghargaan bagi mahasiswa berprestasi, karyawan berprestasi, dan juga dosen berprestasi. Pembagian doorporize menjadi penutup ceremony Milad XX FPSB UII. Pada malam hari, FPSB UII mengundang seluruh warga sekitar kampus terpadu uii untuk Sinau Bareng Cak Nun (Emha Ainun Najib).
HI Gelar Pameran Karya CDIC
/in /by Darzan Hanan MBertemu dan Berubah. Demikian tema yang diangkat dalam pameran Community Development and International Cooperation (CDIC) yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa, 23 Mei 2017 di selasar gedung FPSB UII sayap selatan.
CDIC sendiri merupakan program pengembangan kurikulum yang telah dirintis sejak 2-3 tahun silam berkat kerjasama antara Universitas Islam Indonesia-Sung Kong Hoe University-KOICA dan NGO Satu Nama. Opening ceremony dilakukan oleh Ibu Dr. Hepi Wahyuninguh, S.Psi., M.Si selaku Wakil Dekan FPSB UII dengan dihadiri Irawan Jati, S.IP., M.Hum., MSS, (Ka.Prodi HI), Siwi Kristianto (LSM Swadaya), dan juga perwakilan dari desa binaan (Dusun Nglepen-Sumberharjo, Dusun Kepil-Gunung Kidul dan Dusun Ngelosari-Piyungan).
Dalam sambutanya, baik Ibu Dr. Hepi Wahyuningsih maupun Bapak Siwi Kristianto berpendapat pentingnya mahasiswa mengambil mata kuliah CDIC, karena melalui mata kuliah ini mahasiswa akan bisa belajar banyakhal terkait pemberdayaan masyarakat ataupun interaksi langsung dengan masyarakat desa dengan segala dinamika.
Selain memamerkan hasil karya (produk) warga dusun binaan (tempat para mahasiswa praktek pemberdayaan masyarakat), para pengunjung juga disuguhi foto-foto yang menggambarkan proses pembuatan produk warga tersebut.
NILAI NILAI RAMADHAN MEMBENTUK INSAN ULUL ALBAB”
/in /by Darzan Hanan MIslam merupakan agama rahmatan lil ‘alamiin, yang menyampaikan pesan keselamatan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraan bagi seluruh alam. Ajaran Islam mencakup semua dimensi kehidupan mulai dari nilai-nilai ketuhanan, peribadahan serta akhlak manusia. Banyak cara ataupun media yang bisa digunakan untuk menyebarkan kemuliaan ajaran Islam, seperti melalui media cetak, media televisi, media sosial, radio, maupun majelis/taklim atau pengajian dalam skala besar maupun skala kecil.
Sebagai bagian dari institusi Islam yang juga memiliki tanggung jawab mensyiarkan ajaran Islam, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan pihak fakultas dan beberapa pihak lainnya menyelenggarakan pengajian/tabligh akbar ‘Sinau Bareng Cak Nun dan Kyai Kanjeng’ dengan mengangkat tema “Nilai-nilai Ramadhan Membentuk Kepemimpinan Islami yang berinsan Ulil Albab’, Jumat, 19 Mei 2017 di halaman parkir FPSB UII (belakang Masjid Ulil Albab UII). Pengajian juga diselenggarakan dalam rangka milad FPSB UII ke-22, milad UII ke-74 dan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1438 H.
Dalam ceramahnya Cak Nun mengingatkan pentingnya peran perguruan tinggi dalam mencetak calon-calon pemimpin yang ulul albab. Pemimpin yang mampu melihat suatu peristiwa di negeri ini secara presisi menggunakan kemampuan intelektualnya. Cak Nun juga mengkritisi kondisi negeri kita saat ini dimana banyak sekali orang-orang yang merasa memiliki kebenaran mutlak dibanding orang lain. Hal inilah yang disinyalir memicu terjadinya banyak konflik.
“Tema dipilih agar dapat membangkitkan semangat kepemimpinan yang diajarkan oleh imam kita, panutan kita sekaligus inspirasi kita dalam berkehidupan yang dinamis, kritis dan humanis seperti baginda Rasulullah SAW. Momentum ini bertepatan dengan Bulan suci Ramadhan. Sehingga diharapkan dengan tersampaikanya pesan nilai-nilai kepemimpinan tersebut dapat menjadi titik balik melatih kepemimpinan sehingga semangat kepemimpinan yang kita dapat dari Sinau Bareng ini dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Ramadhan yang akan kita lalui juga membawa banyak keberkahan sehingga semangat kepemimpinan tersebut dapat benar-benar teramalkan secara baik”, ungkap ketua panitia pengajian/tabligh akbar, Nurul Diva Kautsar.
Selain tersampaikannya dakwah islamiyah kepada jamaah, dari pengajian tersebut juga diharapkan mampu membangkitkan lagi semangat kepemimpinan yang islami, aspiratif dan humanis seperti yang diajarkan Rasulullah, terjunjungnya nilai kehidupan Islam serta mampu menghindari perpecahan antar umat beragama maupun umat Islam itu sendiri. Selain itu masyarakat pun diharapkan bisa menjadikan nilai-nilai ramadhan membentuk karakter insan yang ulul albab, yakni manusia yang senantiasa ingat kepada Allah dalam keadaan apapun, baik berdiri, duduk ataupun berbaring (3 : 190-191).
Secara harfiyah, ulul albab terdiri dari kata ul dan lub. Ul (ulul) yang diartikan sesuatu yang ditempatkan dan lub (albab) artinya yang paling dalam. Ulul albab atau sering diistilahkan ulil albab adalah seseorang menjadikan Allah swt (Tuhan-Nya) serta mengisi hatinya dilubuk hati yang paling dalam.
Semoga insan Ulul Albab bagian dari hidup keluarga besar Universitas Islam Indonesia dan Umat Islam seluruh alam. Wallahu a’lam Bisshowab
Telisik Peran Psikolog di Puskesmas dan Rumah Sakit
/in /by Darzan Hanan MDari waktu ke waktu kebutuhan jasa psikolog di puskesmas/rumah sakit semakin meningkat seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang ada di masyarakat. Langkah pemda Sleman membuat pilot project pelibatan psikolog di Puskesmas dalam penanganan kasus kesehatan jiwa di Puskesmas tahun 2006 silam , ternyata juga sudah diadopsi atau diikuti oleh pemerintah kota Yogyakarta sejak tahun 2010 dan pemda Bantul mulai tahun 2017 ini. Ini menunjukan peran penting seorang psikolog di Puskesmas. Namun demikian, meskipun sudah banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa psikolog di puskesmas, tidak sedikit juga masyarakat yang belum bisa atau belum mau memanfaatkannya. Anggapan bahwa jasa psikolog hanya untuk orang gila menjadikan mereka enggan untuk berhubungan atau memanfaatkan jasa psikolog yang sudah ada. Sehingga untuk bisa melakukan intervensi yang baik kepada masyarakat diperlukan pelibatan kader-kader dusun/kampung. Demikian disampaikan oleh Ika Pratiwi Wibawanti, S.Psi., M.Psi dalam kolokium (kuliah pakar) Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu, 8 Rajab 1438 H/5 April 2017 di ruang Auditorium Lt.3.
Ika menambahkan bahwa tugas seorang psikolog di puskesmas adalah melakukan kegiatan promotif-preventif, dan kuratif-rehabilitatif. Untuk kegiatan promotif-preventif bisa dilakukan dalam bentuk sosialisasi melalui pembuatan media promosi (leaflet, poster, lembar balik), penyuluhan, pelatihan/update knowledge bagi kader dan pendidik di sebuah wilayah, melaksanakan tugas terpadu (psikoedukasi dan konseling bagi calon pengantin, skrining kesehatan mental dan inteligensi siswa, antenatal care, PKPR dan konselor sebaya), pembentukan dan pemberdayaan kader (kader kesehatan jiwa, kader posyandu, kader lansia), serta melakukan kegiatan inovatif seperti halnya mobile counseling (lintas profesi).
Sedangkan kegiatan kuratif-rehabilitatif dilakukan melalui konseling dan psikoterapi terhadap kasus yang ada, baik kasus individual maupun kelompok. Dalam proses ini, apabila ada kasus dianggap cukup komplek (memerlukan penanganan medis, dikhawatirkan memiliki efek negatif yang bersifat masal seperti halnya ajakan bunuh diri secara bersama-sama) maka Psikolog Puskesmas akan memberikan rujukan ke Rumah Sakit atau bahkan melakukan koordinasi lintas sektoral. “Beberapa kasus yang banyak terjadi di Puskesmas diantaranya adalah psikosomatis, depresi, kekerasan (KDRT, KDP, bullying), gangguan cemas, serta masalah pengasuhan dan tumbuh kembang anak”, pungkas alumni Prodi Psikologi FPSB UII yang saat ini bertugas sebagai Psikolog di Puskesmas Umbulharjo II dan juga Rumah Sakit Condong Catur (RSCC) Yogyakarta tersebut.