OLeh : Fenny Sri Rahayu, S.Psi. ———
Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia termasuk Indonesia, merupakan kondisi yang sangat tidak diharapkan, bukan hanya dari segi kesehatan, namun juga perekonomian, pariwisata, pendidikan, dan bidang kehidupan lainnya. Semua terjadi secara tiba-tiba, dari yang awalnya bebas melakukan aktivitas di luar rumah, saat ini menjadi terbatas, diharuskan menggunakan masker, wajib menjaga jarak, dan mematuhi protokol kesehatan lainnya yang menjadi upaya pencegahan dari penyebaran virus Covid-19. Bahkan saat ini, protokol kesehatan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari terutama saat kita harus beraktivitas di luar rumah.
Banyaknya hal yang membatasi dalam segala aktivitas, sering membuat manusia menyalahkan orang lain, keadaan, dan celakanya lagi, berprasangka tidak baik kepada Yang Maha Pencipta Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillahi mindzalik.
Sebagai seorang muslim, ketika mendapatkan hal buruk, ujian, ataupun masalah, seharusnya instropeksi kepada diri sendiri terlebih dahulu. Hal-hal apa saja yang perlu dibenahi dan diperbaiki. Setiap muslim juga mestinya menyadari dan mempercayai setiap hal yang terjadi di dunia ini, hal baik maupun hal buruk adalah takdir dari Yang Maha Kuasa Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Husnudzan (حسن ظن) yang artinya berprasangka baik kepada Allah Subhanahu Wata’ala merupakan kewajiban setiap seorang hamba kepada pencipta-Nya Allah Subhanahu Wata’ala. Terutama di masa pandemi yang tengah kita hadapi saat ini berhusnudzan ketika sedang menjalankan ujian, secara manusiawi tentu tidak mudah dan tidak kita sukai, ingin rasanya segera mengakhiri ujian ini, merasa tidak nyaman, dan tidak terima dengan keadaan, padahal sebenarnya menurut Allah Subhanahu Wata’ala ujian tersebut baik untuk hamba yang mengalaminya. Oleh karena itu, saat ujian datang, bersabarlah dan berbaik sangkalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Apapun yang dialami dalam kehidupan manusia, pasti memiliki hikmah yang besar di masa mendatang.
Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda yang artinya:
“Allah Subhanahu Wata’ala berfirman sebagai berikut: ”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (Hadis Riwayat Tabrani dan Ibnu Hibban).
Berhusnudzan kepada Sang Khalik merupakan salah satu cara penghambaan kita pada Allah Subhanahu Wata’ala. Menyadari betapa kecil dan lemahnya kita sebagai makhluk yang tidak mungkin bisa bertahan hingga hari ini, di masa pandemi dalam keadaan sehat dan berkecukupan tanpa kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala. Prasangka baik kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu akan memberikan kebaikan untuk hidup kita, bukan hanya di dunia namun juga di akhirat nanti. Berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu bukan hanya saat pandemi ini, tapi juga setiap waktu hingga kita meninggal dunia.
Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala terbagi menjadi empat, yaitu:
Pertama, husnudzan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Husnudzan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala harus menjadi hal utama yang tertanam pada perasaan dan pikiran seorang hamba. Meskipun hati seorang hamba belum bisa merasakan kebenaran peraturan atau ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala, dan pikiran manusia terkadang melihat ada hal lain yang lebih baik menurut pendapat manusia, sebagai muslim yang baik tidak ada sikap yang akan diambil selain sami’na waata’na, yang artinya “Kami dengar perintah-Mu ya Allah, dan kami taat”.
Kedua, husnudzan dalam pemberian nikmat Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan nikmat kepada siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya. Nikmat dapat berupa harta, kesehatan, kesempatan, dan masih banyak lagi. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat kepada hamba dengan maksud dan tujuan tertentu.
Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang telah diberikan, dapat diwujudkan dengan memperbanyak syukur dan merenungkan apa sebenarnya maksud Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat tersebut kepada hamba-Nya.
Ketiga, husnudzan dalam menghadapi ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Seperti yang disampaikan penulis dan menjadi inti dari pembahasan penulis, tentang husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala ketika menghadapi ujian.
Keempat, husnudzan dalam melihat ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.
Setiap makhluk yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala pasti memiliki maksud dan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini. Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam hal ini ditunjukkan dengan meyakini bahwa tidak ada satu pun yang menjadi sia-sia dalam ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.
Adapun beberapa hal yang perlu kita yakini agar kita dapat selalu berprasangka kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu sebagai berikut:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang berbuat kebaikan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa: 110).
Kedua, meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 277:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.”
Ketiga, membangun keyakinan bahwa siapa yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wata’ala akan diberi kecukupan oleh-Nya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya.” (Q.S. At-Thalaq: 3).
Keempat, membangun keyakinan bahwa setiap takdir dan keputusan Allah Subhanahu Wata’ala memiliki hikmah dan kebaikan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Hijr ayat 21:
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
“Tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Adapun hikmah yang akan kita dapatkan ketika kita mampu berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala diantaranya sebagai berikut:
Pertama, senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Mulai dari hal yang kecil apalagi hal yang besar, karena percaya Allah Subhanahu Wata’ala selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kedua, memiliki rasa khauf (takut) dan raja’ (berharap) kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Ketiga, bersikap optimis, tidak berkeluh kesah serta berputus asa terhadap segala ketentuan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Keempat, berpikiran lebih positif terhadap segala sesuatu yang terjadi, sehingga dapat mengambil kebaikan dari masalah yang dialami.
Kelima, terhindar dari sifat yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Keenam, paling utama hal yang diinginkan setiap hamba yaitu dicintai dan disayangi Yang Maha Cinta Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga kita dapat meyakini juga mengamalkan segala kebaikan dari kalam Allah Subhanahu Wata’ala tersebut, sehingga kita menjadi hamba Allah yang selalu berhusnudzan kepada Yang Maha Baik Allah Subhanahu Wata’ala, dalam kondisi apapun dan kapanpun. Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin
Husnudzan Kepada Allah Subhanahu Wata’ala
/in Prodi Psikologi, Syiar Islam/by Widodo Hesti PurwantoroOLeh : Fenny Sri Rahayu, S.Psi. ———
Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia termasuk Indonesia, merupakan kondisi yang sangat tidak diharapkan, bukan hanya dari segi kesehatan, namun juga perekonomian, pariwisata, pendidikan, dan bidang kehidupan lainnya. Semua terjadi secara tiba-tiba, dari yang awalnya bebas melakukan aktivitas di luar rumah, saat ini menjadi terbatas, diharuskan menggunakan masker, wajib menjaga jarak, dan mematuhi protokol kesehatan lainnya yang menjadi upaya pencegahan dari penyebaran virus Covid-19. Bahkan saat ini, protokol kesehatan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari terutama saat kita harus beraktivitas di luar rumah.
Banyaknya hal yang membatasi dalam segala aktivitas, sering membuat manusia menyalahkan orang lain, keadaan, dan celakanya lagi, berprasangka tidak baik kepada Yang Maha Pencipta Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillahi mindzalik.
Sebagai seorang muslim, ketika mendapatkan hal buruk, ujian, ataupun masalah, seharusnya instropeksi kepada diri sendiri terlebih dahulu. Hal-hal apa saja yang perlu dibenahi dan diperbaiki. Setiap muslim juga mestinya menyadari dan mempercayai setiap hal yang terjadi di dunia ini, hal baik maupun hal buruk adalah takdir dari Yang Maha Kuasa Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Husnudzan (حسن ظن) yang artinya berprasangka baik kepada Allah Subhanahu Wata’ala merupakan kewajiban setiap seorang hamba kepada pencipta-Nya Allah Subhanahu Wata’ala. Terutama di masa pandemi yang tengah kita hadapi saat ini berhusnudzan ketika sedang menjalankan ujian, secara manusiawi tentu tidak mudah dan tidak kita sukai, ingin rasanya segera mengakhiri ujian ini, merasa tidak nyaman, dan tidak terima dengan keadaan, padahal sebenarnya menurut Allah Subhanahu Wata’ala ujian tersebut baik untuk hamba yang mengalaminya. Oleh karena itu, saat ujian datang, bersabarlah dan berbaik sangkalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Apapun yang dialami dalam kehidupan manusia, pasti memiliki hikmah yang besar di masa mendatang.
Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda yang artinya:
“Allah Subhanahu Wata’ala berfirman sebagai berikut: ”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (Hadis Riwayat Tabrani dan Ibnu Hibban).
Berhusnudzan kepada Sang Khalik merupakan salah satu cara penghambaan kita pada Allah Subhanahu Wata’ala. Menyadari betapa kecil dan lemahnya kita sebagai makhluk yang tidak mungkin bisa bertahan hingga hari ini, di masa pandemi dalam keadaan sehat dan berkecukupan tanpa kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala. Prasangka baik kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu akan memberikan kebaikan untuk hidup kita, bukan hanya di dunia namun juga di akhirat nanti. Berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu bukan hanya saat pandemi ini, tapi juga setiap waktu hingga kita meninggal dunia.
Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala terbagi menjadi empat, yaitu:
Pertama, husnudzan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Husnudzan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala harus menjadi hal utama yang tertanam pada perasaan dan pikiran seorang hamba. Meskipun hati seorang hamba belum bisa merasakan kebenaran peraturan atau ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala, dan pikiran manusia terkadang melihat ada hal lain yang lebih baik menurut pendapat manusia, sebagai muslim yang baik tidak ada sikap yang akan diambil selain sami’na waata’na, yang artinya “Kami dengar perintah-Mu ya Allah, dan kami taat”.
Kedua, husnudzan dalam pemberian nikmat Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan nikmat kepada siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya. Nikmat dapat berupa harta, kesehatan, kesempatan, dan masih banyak lagi. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat kepada hamba dengan maksud dan tujuan tertentu.
Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang telah diberikan, dapat diwujudkan dengan memperbanyak syukur dan merenungkan apa sebenarnya maksud Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat tersebut kepada hamba-Nya.
Ketiga, husnudzan dalam menghadapi ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Seperti yang disampaikan penulis dan menjadi inti dari pembahasan penulis, tentang husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala ketika menghadapi ujian.
Keempat, husnudzan dalam melihat ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.
Setiap makhluk yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala pasti memiliki maksud dan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini. Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam hal ini ditunjukkan dengan meyakini bahwa tidak ada satu pun yang menjadi sia-sia dalam ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.
Adapun beberapa hal yang perlu kita yakini agar kita dapat selalu berprasangka kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu sebagai berikut:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang berbuat kebaikan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa: 110).
Kedua, meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 277:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.”
Ketiga, membangun keyakinan bahwa siapa yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wata’ala akan diberi kecukupan oleh-Nya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya.” (Q.S. At-Thalaq: 3).
Keempat, membangun keyakinan bahwa setiap takdir dan keputusan Allah Subhanahu Wata’ala memiliki hikmah dan kebaikan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Hijr ayat 21:
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
“Tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Adapun hikmah yang akan kita dapatkan ketika kita mampu berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala diantaranya sebagai berikut:
Pertama, senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Mulai dari hal yang kecil apalagi hal yang besar, karena percaya Allah Subhanahu Wata’ala selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kedua, memiliki rasa khauf (takut) dan raja’ (berharap) kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Ketiga, bersikap optimis, tidak berkeluh kesah serta berputus asa terhadap segala ketentuan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Keempat, berpikiran lebih positif terhadap segala sesuatu yang terjadi, sehingga dapat mengambil kebaikan dari masalah yang dialami.
Kelima, terhindar dari sifat yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Keenam, paling utama hal yang diinginkan setiap hamba yaitu dicintai dan disayangi Yang Maha Cinta Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga kita dapat meyakini juga mengamalkan segala kebaikan dari kalam Allah Subhanahu Wata’ala tersebut, sehingga kita menjadi hamba Allah yang selalu berhusnudzan kepada Yang Maha Baik Allah Subhanahu Wata’ala, dalam kondisi apapun dan kapanpun. Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin
TAFAKKUR NIKMAT
/in Syiar Islam/by Widodo Hesti PurwantoroOLeh: Kartono —–
Bersyukur adalah bentuk terima kasih kita kepada Allah SWT. Marilah kita senantiasa menunjukkan rasa syukur kita atas segala karunia yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Karunia yang sangat banyak yang sampai-sampai Allah SWT sendiri mengatakan dalam Al-Quran, jikalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Read more
FPSB Bedah Buku “Regret Theory: Perspektif Barat dan Islam”
/in Berita Sorotan, Prodi Psikologi/by Widodo Hesti PurwantoroRegret Theory: Perspektif Barat dan Islam. Demikian judul buku karya Dr. Faraz, S.IP., MM, salah satu dosen Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang dibedah secara apik oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D, Sabtu, 23 April 2022. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka Milad ke-27 FPSB UII ini dimoderatori oleh Wanadya Ayu Krishna Dewi, S.Psi., M.A. dan dibuka langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., MSi., M.Ag., Psikolog. Read more
Merdeka Belajar dan Resiliensi SIstem Pendidikan
/in Berita Sorotan, Prodi Psikologi/by Widodo Hesti PurwantoroMerdeka Belajar bukan sekedar program, melainkan adalah cita-cita yang mendasar untuk mewujudkan pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada kualitas, ada aspek keadilan atau menyeluruh. Kualitas bukan hanya meningkatkan fasilitas ataupun akses/partisipasi tetapi juga memastikan bahwa setelah mereka mendapatkan akses, akses itu diterjemahkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna, yang relevan dan berguna untuk masa depan mereka. Read more
Milad ke-27, FPSB Gelar Rangkaian Bedah Buku Menarik
/in Berita Sorotan, Prodi Psikologi/by Widodo Hesti PurwantoroSalah satu agenda menarik dari Milad ke-27 Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) adalah diagendakannya rangkaian 7 bedah buku bertajuk Integrasi Ilmu dan Islam dan 1 bedah buku buku berisi pengalaman dosen FPSB UII dalam menyelesaikan studi S3. Read more
SERTIFIKAT WEBINAR
/in Arsip Pengumuman Agenda Kegiatan-out off date/by Widodo Hesti PurwantoroAssalamu’alaikum wr wb
Terima kasih atas partisipasi Anda mengikuti PBI UII Webinar “Mapping Out and Planning the Future”. Semoga bermanfaat.
Untuk Sertifikat bisa KLIK DISINI..
Wassalamu’alaikum wrwb
SERTIFIKAT ENGLISH LANGUAGE FIESTA 2022
/in Arsip Pengumuman Agenda Kegiatan-out off date/by Widodo Hesti PurwantoroAssalamu’alaikum warrahamtullahi wabarakaatuh.
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i pada kegiatal English Lngauage Fiesta Tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia.
Selamat untuk para pemenang dan tetap semangat untuk para peserta semua. Dan untuk keperluan Sertifikat, berikut kami berikan link untuk mendownload sertifikat tersebut.
Sertifikat KEJUARAN ELF Klik DISINI
Sertifikat ELF Bidang Essay Klik DISINI.
Sertifikat ELF Bidang Speech Klik DISINI.
Sertifikat ELF Bidang Story Telling Klik DISINI.
Sertifikat Guru Pendamping ELF 2022 Klik DISINI.
Belajar Menjadi Sabar
/in Syiar Islam/by Widodo Hesti PurwantoroOleh : Muslimah ——
Makna sabar
Mari kita lihat arti dari kata “sabar”, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sabar adalah tahan dalam menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, dan tabah. Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu as-Shabru, yang berarti menahan diri dari keluh kesah.
Kalau melihat dari maknanya berarti orang yang sabar dalam menjalani kehidupan tidak boleh berkeluh kesah atau ngomel dalam bahasa Jawa. Misalnya ibu-ibu yang sering ngomel sendiri sambil mengerjakan pekerjaan rumahnya, meskipun pekerjaan itu tetap bisa selesai tetapi rasanya kurang berkah. Terkadang kita sampai berkata masak orang berkeluh kesah tidak boleh, atau curhat (curahan hati) misalnya yang dianggap bisa mengurangi tekanan dalam diri kita menjadi merasa ringan. Tetapi kita memang dianjurkan untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT di tengah malam saat menghadap Nya dalam shalat malam. Dalam menjalan shalat malam itu adalah kesempatan bagi kita mencurahkan isi hati kita, memohon yang kita inginkan untuk keluarga kita di dunia dan akhirat, Insya Allah, Allah SWT akan mendengar permohonan kita. Jangan sampai kita berprasangka buruk kepada Allah SWT hanya karena permohonan kita belum dikabulkan, karena hanya Allah SWT yang tahu yang terbaik untuk kita.
Tidak ada suatu kebaikan ketika curhat ditujukan semata kepada Allah. Sebab hanya Allah SWT yang bisa menyimpan rahasia kita. Bandingkan jika kita curhat kepada teman atau siapapun, mungkin saat hubungan kita tidak baik curhatan kita bisa bocor atau disampaikan kepada orang lain. Akan tetapi bila curhat kepada Allah SWT, sudah jelas hanya Allah SWT yang akan memberikan jalan keluar untuk masalah kita.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 155-156:
Artinya : “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Sebagai umat manusia, kita tidak akan meningkat imannya jika tidak melewati ujian dari Allah SWT. Ibarat orang sekolah, agar bisa naik ke level yang di atasnya harus melewati pembelajaran dan ujian. Allah SWT juga akan memberikan pembelajaran dan ujian berupa cobaan dalam kehidupan sesuai dengan kemampuan umatnya. Ujian itu bisa berupa kesenangan atau kesusahan dan biasanya ujian yang berupa kesusahan lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT. Bahkan kadang kita menganggap kesenangan bukanlah ujian melainkan seperti rezeki, yang selalu dianggap ujian adalah apabila kita mendapatkan kesusahan dan tertimpa musibah.
Bahkan jika ada yang terkena musibah kecil kita jarang mengucapkan Inna lillaahi wa Innaa ilaihi raaji’uun. Ucapan tersebut lebih sering kita dengar saat kita mendengar ada yang tertimpa musibah besar seperti bencana dan ada orang yang meninggal dunia. Orang yang menerima cobaan berupa kesenangan dan rezeki berlimpah kadang juga tidak dengan mudah bisa melewatinya, karena kadang kesenangan atau kesuksesan bisa menjadikan orang sombong dan kadang salah dalam menafkahkan rezekinya, lupa jika dalam harta kita terdapat harta orang lain.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 153
Misalkan kita diberi ujian sakit oleh Allah SWT. Kita pasti akan merasa sedih, tidak bersemangat, apalagi jika sakitnya parah yang untuk menuju kesembuhan membutuhkan waktu yang lama bahkan kadang yang disampaikan belum ada obatnya. Akan tetapi yang terpenting bagi kita adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT karena Allah SWT yang memberikan sakit dan Allah pulalah yang akan memberikan kesembuhan tentunya dengan memohon kesembuhan dan bersabar dalam menghadapinya serta ikhtiar. Sedangkan obat, dokter, terapi semua itu hanyalah perantara dari Allah SWT untuk menjadi jalan menuju kesembuhan. Jangan sampai kita mendewakan obat atau dokter, yang kita anggap karena itulah kita sembuh, karena yang bisa memberikan kesembuhan hanyalah Allah SWT semata.
Sabar dalam kehidupan sehari-hari
Kita bisa bersabar menerima cobaan dengan melihat kondisi d ilingkungan kita, baik di tempat kerja maupun di tempat kita tinggal, atau dengan melihat berita. Di mana ada tetangga atau teman kerja kita yang sakit atau kondisi kesehatannya tidak lebih baik dari kita, semua itu akan membuat kita lebih iklhas menerima cobaan dan bersabar. Sebagai orang yang beriman jika kita mendapatkan kesusahan atau cobaan dari Allah SWT sebaiknya berdoalah dengan sholat memohon keridhaan-Nya supaya digugurkan dosa-dosa kita dan bersabarlah karena Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
Mari kita lihat dari kehidupan sehari-hari sebagai contoh dalam menjalani kesabaran dan berserah diri kepada Allah SWT:
Dari beberapa contoh kejadian dalam kehidupan kita sehari-hari di atas dan masih banyak lagi yang lain akan dapat kita jadikan pelajaran untuk melatih kesabaran kita. Tinggal bagaimana niat kita untuk menjadi pribadi yang sabar dan berserah diri kepada Allah SWT. Sabar tidak ada batasnya dan belajar menjadi orang yang sabar pastilah tidak ada batasnya juga, jalannya sangatlah panjang yang harus kita lalui untuk menjadi orang yang sabar. Belajar menjadi orang yang sabar dimulai sejak kecil sampai remaja (yang masa ini sangat emosional dan sulit dikendalikan), kemudian sampai dewasa, bahwa sampai kita tua pun kadang belum bisa menjadi pribadi yang sabar. Tetapi dengan niat dan mencoba perilaku yang mencerminkan sifat sabar setidaknya melatih diri dan pikiran kita untuk menjadi orang yang bersabar.
Marilah kita bersama-sama belajar menjadi orang yang sabar, di manapun kita berada. Meskipun sangat sulit, tetapi dengan niat yang kuat Insya Allah akan bisa dengan sedikit demi sedikit dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan akan meluas ke lingkungan kita. Karena perilaku tidak sabar bisa merusak persatuan, kerukunan, bahkan bisa menghancurkan kehidupan. Semoga artikel singkat ini bisa menjadikan pelajaran bagi penulis dan pembaca yang akan belajar menjadi orang yang sabar dan mendapatkan ridha Allah SWT.
FPSCS MAGAZINE APRIL 2022
/in Arsip Pengumuman Agenda Kegiatan-out off date, Prodi Psikologi/by Widodo Hesti PurwantoroInfo lengkap: https://drive.google.com/file/d/1ut1geB56jJobennAQR9nidRET2hRnmPa/view
TIPS MENJADI 100 ILMUWAN SOSIAL NASIONAL DARI DEKAN
/in FPSCS Magazine, Prodi Psikologi/by Widodo Hesti PurwantoroDekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag masuk ke dalam jajaran top 100 ilmuwan sosial Indonesia berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh AD Scientific Index (Alper-Doger Scientific Index) pada bulan Januari 2022. Meskipun penghargaan ini baru pertama kali digelar, baginya ajang ini cukup bergengsi bergengsi karena poin penilaian ditekankan pada produktivitas seorang ilmuwan. Read more