Ibuku sayang, ibuku bahagia. Demikian tema pertemuan rutin Ikatan Keluarga Ibu-Ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang pada periode Juni 2015 ini (tepatnya 12 Juni 2015) difasilitasi oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII dengan menghadirkan Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog sebagai pemateri.
Dalam paparannya, sosok yang akrab disapa sebagai Bu Ratna Syifa’ ini mengajak para peserta untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi masa tua/lansia sebagai seorang ibu. “Meski usia harapan hidup berbeda-beda, masalah yang dihadapi pada umumnya adalah sama. Menginjak usia tertentu lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang biasa dikenal dengan 8b, yakni botak, blereng (mudah silau), budek (pendengaran kurang), bingungan (mudah bingung), bawel (cerewet)/bisu, bungkuk, buyutan (lemah, gemetaran), beseren (sering buang air besar/kecil)”, ungkapnya.
Lebih jauh dalam kesempatan tersebut Bu Ratna Syifa’ mengajak keluarga besar IKI UII untuk mengenali lebih dini sekaligus dalam rangka mencegah demensia/pikun dan juga gangguan persendian. Menurutnya, pikun bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti penyakit Alzheimer, gangguan pembuluh darah otak, parkinson, trauma kepala, kekurangan hormon tiroid, kekurangan vitamin B12 maupun ketidakseimbangan kadar kalsium.
Adapun 10 gejala awal yang perlu diwaspadai adalah (1) gangguan daya ingat (sering lupa janji, lupa nama orang-teman-keluarga, tidak bisa mengingat kejadian-pembicaraan, bertanya berulang-ulang untuk hal yang sama), (2) kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana (aktivitas sehari-hari), (3) bermasalah dengan komunikasi/bahasa (gangguan keterlibatan dalam berbicara, gangguan pengertian, gangguan kelancaran dan gangguan dalam mencari dan menemukan kata yang tepat), (4) disorientasi (gangguan mengenal waktu, tempat, lingkungan bahkan orang lain), (5) penampilan memburuk (tidak memperhatikan penampilan, salah berpakaian), (6) kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, (7) salah/lupa meletakkan barang, curiga sesorang telah mencurinya, (8) perubahan kepribadian (perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa, menyalahkan orang lain, cemas), (9) Hilangnya minat dan inisiatif (berkurangnya aktivitas kesenangan pribadi, meninggalkan hobi yang biasa dinikmati), dan (10) gangguan visuospasial (sulit membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, tidak tepat dalam menuangkan air ke dalam gelas-tumpah, tidak mengenali wajahnya sendiri di depan cermin, dll).
Demensia sendiri memiliki beberapa dampak baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat, seperti frustasi, sedih, mengganggu kelancaran organisasi (jika menjadi anggota organisasi masyarakat, kecelakaan/kebakaran akibat lupa mematikan kompor, dan lain-lain.
Lantas, bagaimana cara untuk mencegah atau setidaknya untuk menundanya ?
Berikut beberapa aktivitas yang menurut Bu Ratna Syifa’ bisa mencegah atau menunda demensia, seperti bernyanyi, menari, membaca koran, membaca majalah, membaca Al Quran, mengerjakan teka-teki silang, senam, berkebun, bermain catur, halma, monopoli, senam pernapasan, dan beberapa aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut hendaknya dilakukan secara rutin. Tubuhpun hendaknya tetap mendapatkan asupan gizi/vitamin yang baik.
Penangan demensia sejak dini dimungkinkan akan membawa banyak dampak positif, seperti tetap dibutuhkan dan terlibat aktif dalam keluarga, mampu berperan aktif di masyarakat, dan juga mampu menolong sesama yang membutuhkan.
Selain demensia atau pikun, Bu Ratna Syifa juga mengajak untuk mengenali gangguan persendian yang biasanya juga dialami oleh mereka yang memasuki masa senja. Gangguan tersebut menurutnya banyak disebabkan karena peradangan akibat kesalahan pola makan, makanan, lingkungan, udara, maupun tanah yang semakin hari semakin terkontaminasi toksin. Gangguan persendian yang umumnya terjadi adalah rhematoid (rematik), osteoporosis (kekeroposan tulang), dan gout arthritis (penumpukan asam urat).
Bagaimana pencegahannya?
Pencegahan permasalahan gangguan persendian bisa diawali dengan pola makan, yakni dengan mengkonsumsi makanan secara pas (tidak berlebihan) dan tidak mengkonsumsi makanan yang kaya akan purin (jeroan, ampela, kikil, usus, dll). Sedangkan untuk mengurangi rasa sakit ataupun pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengkonsumsi satu sendok teh bubuk kulit kayu manis ke dalam 1 sendok makan madu sebelum sarapan pagi selama 1 bulan, menggunakan garam epsom (garam Inggris yang kaya magnesium dalam mengolah makanan, mengkonsumsi minyak ikan cod (1-2) sendok teh setiap hari, melakukan aktivitas peregangan secara lembut, dan juga memenuhi kebutuhan gizi (gizi seimbang) selama lansia.
Dari sisi psikologis maka para lansia perlu berpeilaku yang baik, yakni pandai bersyukur, tidak suka marah-murung-putus asa, suka bergaul-bersilaturrahmi, suka beraktivitas, mendekatkan diri pada Tuhan, mengembangkan hobi, dan makan minum secara teratur. Kiat secara umum dirumuskan dalam 7 B, yakni banyak makan buah, bekerja dengan semangat, berolahraga secara rutin, berisitirahat yang cukup, belajar terus, banyak maunya dan berbahagia.
Art Performace, PBI Tampilkan 10 Kesenian Daerah
/in /by Darzan Hanan MDalam acara ini, setidaknya ada 10 kesenian daerah yang dipagelarkan, yakni Suling Bambu asal Sunda, Tari Makan Sirih dari Riau, Tari Madupa Bosara dari Sulawesi Selatan, Tari Ongkek Manis dari Jawa Tengah, Tari Gandrung Lombok dari pulau Lombok NTB, Tari Topeng dari Cirebon, Tari Manuk Dadali dari Jawa Barat, Kecapi Kitoka dari Sulawesi Selatan, Tari Merak dari Jawa Barat, dan Tari Zapin dri Aceh.
Tidak hanya mendapat apresiasi dari penonton yang didominasi oleh mahasiswa Prodi PBI, ke-10 tari atau kesenian yang ditampikan pun cukup menarik perhatian para mahasiswa, pegawai ataupun warga yang sedang melintas di dekat arena pagelaran.
Menjadi Psikolog yang “Berciri Khas”
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
“Saya berharap para Psikolog baru ini bisa benar-benar menjadi psikolog yang sangat khas yakni menjadi seseorang (psikolog) yang mampu mencapai keimanan dan dapat melakukan amal saleh sesuai dengan apa yang diupayakan. Hindari (dalam bekerja) untuk meraih surganya Allah SWT, tapi meraih kedekatan dengan Allah SWT. Banyak diantara kita yang melakukan kebodohan dengan merasa memiliki Allah hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi. Seharusnya kita adalah milik Allah SWT, sehingga kita menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan Allah SWT pada kita”. Demikian nasehat yang disampaikan oleh ketua HIMPSI Wilayah Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA kepada 6 orang psikolog baru usai diambil sumpahnya.
Sedangkan rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam kesempatan tersebut mengingatkan akan tugas berat para psikolog baru dalam turut serta membenahi mentalitas bangsa Indonesia yang sampai saat ini relatif masih kurang baik, seperti masih adanya pejabat bermental koruptif maupun pejabat-pejabat negara yang membuat keputusan yang aneh-aneh, misalnya impor garam yang sebenarnya tidak perlu dilakukan mengingat kita adalah negara dengan pantai terpanjang di dunia yang secara otomatis seharusnya mampu memproduksi garam/swasembada garam.
“Kondisi negara kita saat ini memerlukan psikolog-psikolog tangguh khususnya berasal dari UII yang tidak hanya mendapatkan keilmuan psikologi, tapi juga keagamaan, etika dan moral. Peran psikolog sangat penting untuk mendidik mental bangsa kita. Mulai dari diri kita, lingkungan kita dan peran kita untuk memperbaiki mentalitas bangsa kita. Mental-mental yang ilahiyah dan mengarah kepada Allah SWT”, pungkasnya.
IKI UII Kaji Kebahagiaan Ibu di Masa Tua
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan MDalam paparannya, sosok yang akrab disapa sebagai Bu Ratna Syifa’ ini mengajak para peserta untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi masa tua/lansia sebagai seorang ibu. “Meski usia harapan hidup berbeda-beda, masalah yang dihadapi pada umumnya adalah sama. Menginjak usia tertentu lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang biasa dikenal dengan 8b, yakni botak, blereng (mudah silau), budek (pendengaran kurang), bingungan (mudah bingung), bawel (cerewet)/bisu, bungkuk, buyutan (lemah, gemetaran), beseren (sering buang air besar/kecil)”, ungkapnya.
Lebih jauh dalam kesempatan tersebut Bu Ratna Syifa’ mengajak keluarga besar IKI UII untuk mengenali lebih dini sekaligus dalam rangka mencegah demensia/pikun dan juga gangguan persendian. Menurutnya, pikun bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti penyakit Alzheimer, gangguan pembuluh darah otak, parkinson, trauma kepala, kekurangan hormon tiroid, kekurangan vitamin B12 maupun ketidakseimbangan kadar kalsium.
Adapun 10 gejala awal yang perlu diwaspadai adalah (1) gangguan daya ingat (sering lupa janji, lupa nama orang-teman-keluarga, tidak bisa mengingat kejadian-pembicaraan, bertanya berulang-ulang untuk hal yang sama), (2) kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana (aktivitas sehari-hari), (3) bermasalah dengan komunikasi/bahasa (gangguan keterlibatan dalam berbicara, gangguan pengertian, gangguan kelancaran dan gangguan dalam mencari dan menemukan kata yang tepat), (4) disorientasi (gangguan mengenal waktu, tempat, lingkungan bahkan orang lain), (5) penampilan memburuk (tidak memperhatikan penampilan, salah berpakaian), (6) kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, (7) salah/lupa meletakkan barang, curiga sesorang telah mencurinya, (8) perubahan kepribadian (perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa, menyalahkan orang lain, cemas), (9) Hilangnya minat dan inisiatif (berkurangnya aktivitas kesenangan pribadi, meninggalkan hobi yang biasa dinikmati), dan (10) gangguan visuospasial (sulit membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, tidak tepat dalam menuangkan air ke dalam gelas-tumpah, tidak mengenali wajahnya sendiri di depan cermin, dll).
Demensia sendiri memiliki beberapa dampak baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat, seperti frustasi, sedih, mengganggu kelancaran organisasi (jika menjadi anggota organisasi masyarakat, kecelakaan/kebakaran akibat lupa mematikan kompor, dan lain-lain.
Lantas, bagaimana cara untuk mencegah atau setidaknya untuk menundanya ?
Berikut beberapa aktivitas yang menurut Bu Ratna Syifa’ bisa mencegah atau menunda demensia, seperti bernyanyi, menari, membaca koran, membaca majalah, membaca Al Quran, mengerjakan teka-teki silang, senam, berkebun, bermain catur, halma, monopoli, senam pernapasan, dan beberapa aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut hendaknya dilakukan secara rutin. Tubuhpun hendaknya tetap mendapatkan asupan gizi/vitamin yang baik.
Penangan demensia sejak dini dimungkinkan akan membawa banyak dampak positif, seperti tetap dibutuhkan dan terlibat aktif dalam keluarga, mampu berperan aktif di masyarakat, dan juga mampu menolong sesama yang membutuhkan.
Selain demensia atau pikun, Bu Ratna Syifa juga mengajak untuk mengenali gangguan persendian yang biasanya juga dialami oleh mereka yang memasuki masa senja. Gangguan tersebut menurutnya banyak disebabkan karena peradangan akibat kesalahan pola makan, makanan, lingkungan, udara, maupun tanah yang semakin hari semakin terkontaminasi toksin. Gangguan persendian yang umumnya terjadi adalah rhematoid (rematik), osteoporosis (kekeroposan tulang), dan gout arthritis (penumpukan asam urat).
Bagaimana pencegahannya?
Pencegahan permasalahan gangguan persendian bisa diawali dengan pola makan, yakni dengan mengkonsumsi makanan secara pas (tidak berlebihan) dan tidak mengkonsumsi makanan yang kaya akan purin (jeroan, ampela, kikil, usus, dll). Sedangkan untuk mengurangi rasa sakit ataupun pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengkonsumsi satu sendok teh bubuk kulit kayu manis ke dalam 1 sendok makan madu sebelum sarapan pagi selama 1 bulan, menggunakan garam epsom (garam Inggris yang kaya magnesium dalam mengolah makanan, mengkonsumsi minyak ikan cod (1-2) sendok teh setiap hari, melakukan aktivitas peregangan secara lembut, dan juga memenuhi kebutuhan gizi (gizi seimbang) selama lansia.
Dari sisi psikologis maka para lansia perlu berpeilaku yang baik, yakni pandai bersyukur, tidak suka marah-murung-putus asa, suka bergaul-bersilaturrahmi, suka beraktivitas, mendekatkan diri pada Tuhan, mengembangkan hobi, dan makan minum secara teratur. Kiat secara umum dirumuskan dalam 7 B, yakni banyak makan buah, bekerja dengan semangat, berolahraga secara rutin, berisitirahat yang cukup, belajar terus, banyak maunya dan berbahagia.
Alumni FPSB dapat Bekal Teknik Komunikasi dan Negosiasi
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Dalam paparannya, pemilik sapaan Walid tersebut banyak menceritakan pengalamannya selama menjadi staf HRD pada sebuah perusahaan bonafit di Pulau Batam. Menurutnya, dibutuhkan teknik-teknik berkomunikasi yang baik dan juga kemampuan negosiasi yang mumpuni untuk memperoleh hasil atau mencapai sebuah tujuan. Jika keduanya bisa dikuasai, maka bisa dipastikan juga akan memperkecil potensi konflik yang bisa terjadi pada sebuah perusahaan atau bahkan di luar perusahaan.
Sedangkan untuk manajemen konflik, Walid lebih mengedepankan proses pencegahan daripada musyawarah atau hukum. Namun demikian, musyawarah juga masih menjadi alternatif terbaik untuk menyelesaikan konflik dibanding dengan menempuh jalur hukum.
Syahrul Badri Gantikan Riananda Putri Kinanti Pimpin FMP-PIO Periode 2015-2016
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan M“Wawasan Anda jangan hanya di Indonesia, tapi ASEAN. Semoga FMP-PIO periode ini bisa memiliki kegiatan ke-ASEAN. Masalah biaya, kalau kita mau mencari (berusaha) maka insya Allah akan ada. Yang penting jangan terkungkung dengan pemikiran kalau biaya itu harus dari orangtua atau dari fakultas. Banyak hibah-hibah besar yang bisa anda gunakan. Namun demikian, Anda juga perlu hati-hati dengan maraknya agen-agen travel yang mengurus pertukaran pelajar”, ungkap Pak Arief.
Sementara ketua FMP-PIO periode 2014-2015, Riri berpesan agar pengurus FMP-PIO yang baru dapat membawa organisasi lebih maju/baik lagi, baik dari sisi program kerja maupun dari struktur organisasi. “Berusahalah semaksimal mungkin dan jangan mudah menyerah. Buatlah program kerja yang tidak terlalu banyak, tapi berkualitas. Temen2 adalah orang-orang yang kami percaya mampu menjalankan tugas kepengurusan dengan baik. Selamat bertugas dan jangan mengeluh. Nikmati setiap prosesnya”, pesannya. Riri sendiri dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan rasa bahagia dan beruntungnya bisa mendapat banyak ilmu serta pengalaman melalui organisasi FMP-PIO.
Harapan Pak Arief dan Riri disambut baik oleh Syahrul Badri yang bertekad akan berusaha semaksimal mungkin memajukan FMP-PIO dengan bantuan (kerjasama) semua pengurus serta lembaga kemahasiswaan FPSB UII (DPM-LEM). Syahrul Badri sendiri tercatat sebagai mahasiswa Prodi Psikologi FPSB UII angkatan 2012 asal Riau.
FUSI UI Silaturrahmi ke Jafana FPSB UII
/in Kemahasiswaan dan Alumni, Kunjungan, Prodi Psikologi/by Darzan Hanan MDalam forum hangat tersebut, masing-masing pengurus lembaga saling memperkenalkan dapur masing-masing, seperti sumber dana atau pendanaan, struktur kepengurusan dengan bidang-bidang atau departemen-departemen yang ada, maupun program kerja bersama dengan implementasinya.
Silaturrahmi ditutup dengan dengan mengunjungi perpustakaan UII, Museum UII dan Candi Kimpulan yang berada di lokasi Gedung Perpustakaan UII.
Laboran Komunikasi Kembali Ukir Prestasi
/in Prestasi/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;}
Menurut pemilik sapaan akrab ‘Mas Gun’ ini waktu pengumpulan karya dimulai pada bulan April-Mei 2015 dengan 2 jenis lomba (foto dan film pendek) dengan 2 kategori (Mahasiswa dan Umum). Lomba film pendek itu sendiri mengambil tema seputar peran pemuda dalam berkarya menciptakan pemukiman berkelanjutan. Adapun film karya ‘Mas Gun’ berkisah tentang kiprah pemuda di Desa Banyusuco Kecamatan Playen Propinsi Gunung Kidul dalam mengupayakan air bersih untuk kebutuhan warga desa setempat.
“Acara penghargaan itu merupakan bagian dari rangkaian acara yang dibuka secara resmi oleh wakil presiden RI Yusuf Kalla dan terdiri dari Forum Water, Sanitation and Cities Conference 2015, Indonesia International Water Week 2015, National Urban Forum, Youth Program, Pameran WSC, dan Seminar Kota Pusaka yang dihadiri oleh sekitar 100 narasumber dan moderator serta 800 peserta. Dalam
acara tersebut turut hadir Gubernur DKI Jakarta, Kepala Basarnas, para mantan Menteri Pekerjaan Umum serta pejabat dan perwakilan dari lembaga nasional maupun internasional. Harapannya dengan adanya pembuatan film ini dapat menjadi media pembelajaran dan pengalaman bagi Staf Asisten Laboratorium dan Mahasiswa”, pungkasnya.
Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA mengapresiasi atas raihan yang membanggakan tersebut. “Selamat atas prestasi yang diraih dan semoga membawa keberkahan”, ungkap Pak Arief Fahmie.
HI Kaji Kebangkitan Islam di Indonesia
/in /by Darzan Hanan MDalam kuliah pakar yang mengkaji kebangkitan Islam dari sisi antropologi sosial budaya tersebut, Prof. Kuipers banyak menyampaikan hasil penelitiannya yang sudah dimulai sejak tahun 2006 sampai sekarang. Penelitiannya berfokus pada argumen Kebangkitan Islam di Indonesia dimana sejak tahun 1980an peneliti berkeyakinan (menyampaikan pernyataan) bahwa Indonesia telah mengalami kebangkitan Islam yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun sayangnya, studi ini tidak menunjukkan indikator atau parameter apa yang dapat mewakili atau membenarkan pernyataan itu. Karena menurut Prof. Kuipers jika hanya melihat pupulasi umat Islam di Indonesia maka pernyatataan tersebut agak kurang akurat karena pada kenyatannya jumlah atau populasi Muslin di Indonesia sejak tahun 1980an sampai sekarang tidak berubah secara signifikan.
Untuk mencari jawaban atas apa yang mendasari kebangkitan Islam itulah kemudian Prof. Kuipers melakukan penelitian dengan memfokuskan pada aspek penggunaan bahasa Arab dalam penggunaan komunikasi masyarakat Indonesia sehari-hari. Selain banyak mnyerap kosa kata atau ekspresi bahasa Arab ke bahasa Indonesia, ternyata masyarakat Muslim Indonesia semakin banyak menggunakan bahasa Arab untuk memberikan nama pada anak-anak yang baru lahir. Temuan ini setidaknya melibatkan sekitar 3 juta sampel data yang diambil dari beberapa kota di Indonesia dimana salah satunya adalah di Bantul. Dari data tersebut ditemukan bahwa penggunaan bahasa Arab dalam nama semakin menunjukkan peningkatan signifikan walaupun nama yang digunakan adalah kombinasi (hybrid) antara bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
Dalam kesimpulan sementara hasil penelitiannya Prof. Kuipers menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Kebangkitan Islam di Indonesia bukan berarti banyaknya masyarakat non-Muslim yang kemudian beralih menjadi Muslim. Namun, Kebangkitan Islam ini dapat diartikan sebagai perubahan yang dinamis misalnya dalam peningkatan penggunaan Bahasa Arab di Indonesia baik untuk berkomunikasi maupun nama.
UNPATTI – Ambon Studi Laboratorium ke Prodi Komunikasi FPSB UII
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan MDalam penyampaiannya, Dekan FISIP Universitas Pattimura Ambon, Drs. Yusuf Madubun, M.Si secara berterus terang menyampaikan maksud dan tujuannya untuk melakukan studi banding laboratorium di Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII. Hal itu dilakukan terkait dengan rencana pembukaan fakultas/prodi/jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pattimura Ambon.
Setelah berdiskusi sesaat, kedua tamu segera diajak untuk melihat-lihat kondisi laboratorium yang ada di prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII, khususnya laboratorium TV, dan laboratorium Radio. Selain melihat kedua laboratorium tersebut, keduanya juga menyempatkan diri untuk melihat lebih dekat Pusat Data dan Media Alternatif (PDMA) NADIM milik Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII. “Kami berharap kelak bisa melakukan kerjasama dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII ini’, ungkap Drs. Yusuf Madubun, M.Si.
HI Kaji Diplomasi Multilateral Indonesia
/in Prodi Psikologi/by Darzan Hanan MDalam sambutannya, Dekan FPSB UII berharap agar usai pelatihan nantinya mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kelak saat menjadi seorang diplomat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai Islam di kancah regional maupun internasional serta dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
Hal tersebut juga senada dengan harapan yang disampaikan oleh Hasan Kleib. Beliau berharap agar kelak para mahasiswa lulusan Prodi HI UII yang mendapat amanah sebagai seorang diplomat mampu memberi warna Islam di kancah pergaulan regional maupun internasional. Dalam kesempatan tersebut, Hasan Kelib juga memberikan gambaran tentang struktur organisasi di tubuh PBB yang dinilainya cukup demokratis maupun kondisi Dewan Keamanan PBB yang dinilainya sangat tidak demokratis. Hasan Kleib juga banyak menyampaikan pengalamannya sebagai seorang diplomat saat menghadiri sidang-sidang penting di tingkat ASEAN maupun dunia (PBB) dengan mengemban kepentingan negara (RI).
Bahkan, Hasan Kleib juga berbagi tips-cara dalam mengambil sebuah pilihan pada ‘voting yang rumit’ (baca: voting yang dipaksanakan karena kondisi tertentu oleh pemimpin sidang sementara kita sebagai perwakilan-diplomat belum mendapat amanat-petunjuk dari kementerian ataupun Presiden). “Dalam kondisi demikian, maka ‘abstain’ menjadi pilihan yang terbaik sembari menunggu mandat atau petunjuk dari kementerian-presiden. Jika mandat sudah didapatkan, maka keputusan ‘abstain’ tersebut bisa disodorkan kembali (baca: revisi). Hal ini lebih elegan dibanding dengan kita memilih pilihan yang ternyata tidak sesuai dengan kepentingan negara kemudian berniat mengganti/membatalkan pilihan tersebut. Jika ini terjadi, maka kita akan dianggap inkonsistensi atau plin-plan”, ungkapnya.
Hasan Kleib juga mengingatkan kepada peserta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat diperhitungkan oleh dunia. Indonesia adalah negara besar yang sangat berpengaruh. “Jadi, jika kelak Anda menjadi diplomat dan harus menghadiri sidang regional-internasional, Anda tidak perlu minder. Anda mewakili negara yang besar”, tambahnya. Terkait dengan isu teorisme, Hasan Kelib menyampaikan bahwa definisi terorisme sampai saat ini belum menemui titik temu-titik sepakat. Contohnya adalah kasus Hamas-Israel. Bagi negara barat, Hamas bisa jadi dianggap sebagai teroris, tapi bagi negara lain maka Hamas adalah pejuang kemerdekaan bagi negaranya.