KALA HUJAN

Sianani Nurjannah, 01/03/2024 10:00 WIB

Oleh: Sianani Nurjannah – “Ya Allah malah udan..” kalimat yang kerap saya dengar di jam-jam pulang kantor ketika hujan mulai turun. Ya, hujan sedang kerap turun dan bulan-bulan ini memang dirasakan memiliki curah hujan yang tinggi dan tidak jarang disertai angin kencang, serta petir yang menyambar. Bagi sebagian orang sangat mengharapkan datangnya musim ini termasuk para petani dan orang-orang yang bergelut dengan profesi bercocok tanam. Namun, lain halnya dengan karyawan seprofesi seperti saya yang mulai bergumam, berkeluh saat hujan turun. Keluhan yang terkadang cukup menginterupsi pikiran saya, “Kenapa? Ada apa? Apa salahnya dengan hujan?”. Bagi saya hujan adalah nikmat yang diturunkan oleh Allah yang bisa memberikan ketenangan. Tapi saya bukan semua orang, semua orang juga bukan saya. Tentu persepsi orang tentang hujan tentu berbeda-beda, tergantung bagaimana masing-masing orang mengambil sikap. Mensyukurinya? Atau malah ngomel dan mengeluhkannya? Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi datangnya hujan? 

Datangnya Hujan

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam apabila melihat hujan turun beliau berdoa:

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

[Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat].” (HR Bukhari)

Membaca doa merupakan salah satu amalan sunnah ketika hujan. Membaca doa juga merupakan bentuk permohonan pertolongan kita kepada Allah. Memperbanyak doa juga dianjurkan untuk dilakukan ketika hujan turun. Berdoa agar diberikan keberkahan dari Allah, berdoa dengan mengharapkan ridho dan pahala dari-Nya. Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”

Amalan sunnah lainnya yaitu bersyukur. Bersyukur atas nikmat diturunkannya hujan adalah salah satu amalan sunnah. Alih-alih mengeluh dan mengomel, mengungkapkan rasa syukur akan terasa lebih baik. Ucapan kalimat hamdallah yang disertai doa ketika hujan akan lebih menyenangkan untuk didengar, pun dapat menambah pahala kita. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Allah akan menambah nikmat jika kita bersyukur, tentunya syukur yang tidak diikuti dengan celaan atau omelan setelahnya. Mencela hujan adalah tindakan yang tidak dibenarkan. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa hujan merupakan berkah dan rahmat dari Allah, yang selayaknya kita syukuri kedatangannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” Bagaimana mungkin kita mencela rahmat yang diberikan Allah? Bukankah hujan juga ciptaan-Nya? Mencela hujan secara tidak langsung berarti kita juga mencela yang menciptakan hujan. Agaknya kita perlu mengingat kembali bahwa setiap yang kita ucapkan itu akan dicatat oleh malaikat.

Bagaimana Jika Hujan Reda?

Tak hanya berdoa ketika turun hujan, membaca doa setelah hujan reda juga menjadi amalan yang dianjurkan. Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71).

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kita dihujani dengan anugerah dan rahmat Allah.”

Adalah doa yang dipanjatkan ketika hujan telah reda. Doa ini merupakan ungkapan rasa syukur kita terhadap Allah atas hujan yang sudah diturunkan. Doa ini juga menjadi cara kita untuk memohon keberkahan bagi manusia dan alam semesta setelah hujan reda.

Pada akhirnya, hujan tetaplah rahmat Allah yang bisa turun sewaktu-waktu sesuai kehendak-Nya. Tanpa bisa kita hindari, tak juga bisa kita tolak. Turunnya hujan juga bukan tanpa alasan, hujan membawa manfaat bagi makhluk hidup. Turunnya hujan dapat menyuburkan tanaman, menumbuhkan biji-bijian, memperbaiki kualitas udara, menjaga persediaan air bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain. Walaupun tak jarang hujan juga membuat kewalahan ketika datang tiba-tiba. Seperti kejadian di suatu siang yang cukup terik untuk mengeringkan jemuran yang sedang banyak-banyaknya. Hujan deras turun tanpa peringatan, seketika orang rumah berlarian menyelamatkan jemuran yang sudah sedikit basah. Setiap yang terjadi pasti ada hikmah yang bisa kita ambil, termasuk peristiwa hujan. Dimulai dengan menyadari, mensyukuri, serta memetik hikmah dari setiap hujan yang turun. Semoga Allah jadikan hujan sebagai berkah bagi kita dengan amalan-amalan sunnah yang kita kerjakan di kala hujan.