Sejarah Baru, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Raih Gelar Profesor Pertama di FPSB UII
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya mencatatkan sejarah baru sepanjang 28 tahun berdiri. FPSB UII kini resmi memiliki Guru Besar sekaligus Profesor pertama yaitu Prof. Dr. rer. .soc., Masduki, S.Ag., M.Si., M.A. , Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Media dan Jurnalisme, Setelah menerima surat keputusan (SK) kenaikan jabatan akademik Profesor yang berlangsung pada Senin (27/11/2023) bertempat di Ruang Sidang Datar Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito Lantai 2 Kampus Terpadu UII.
Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an dan menyanyikan lagu kebangsaan serta Himne UII, Selanjutnya adalah pembacaan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) tentang Kenaikan Jabatan Akademik Profesor. Kemudian sesi selanjutnya adalah serah terima Surat Keputusan Kemendikbudristek tentang kenaikan Jabatan Akademik Profesor, dari Taufiqurrahman, S.E. Selaku Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Dikti (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta dan diteruskan dari Rektor UII kepada Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si.
Acara selanjutnya adalah Sambutan oleh Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Indonesia, Sambutan oleh Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII serta Sambutan oleh Taufiqurrahman, S.E. selaku Plt. Kepala Bagian Umum LLDikti Wilayah V DIY.
Dalam sambutanya, Prof Fathul Wahid menyampaikan bahwa pencapaian gelar Profesor yang diraih oleh Dosen UII ini adalah hasil investasi panen dari bibit yang ditanam puluhan tahun yang lalu serta berkat diadakanya program percepatan profesor dan lektor kepala. Beliau juga berharap program seperti ini dapat dikawal secara konsisten namun dengan tetap menjaga etika akademik tertinggi bukan sekedar ingin memperbanyak profesor dengan melanggar aturan.
Dalam sambutan ini beliau juga mengajak kepada para hadirin termasuk Dosen peraih gelar profesor baru untuk merespon dan mematangkan ide dalam refleksi lanjutan yaitu Scientific Freedom atau Freedom of Scientific, karena selama ini kita masih sangat kekurangan waktu dalam melakukan refleksi, hal ini berbeda dengan kebebasan akademik karena akademik lebih luas sedangkan scientific merupakan bagian dari kebebasan akademik, hal ini sangat penting karena dapat menjadi pondasi bagi para peneliti untuk menjelajahi Ide, mencari kebenaran dan berinovasi tanpa hambatan yang tidak perlu. Beliau menambahkan alasan mengapa perlu menjaga dan merawat scientific freedom antara lain karena dapat melahirkan ide-ide inovatif dan penemuan yang membawa kemajuan besar bagi manusia, selain itu juga dapat mendukung pertukaran ide dan pengetahuan antar ilmuwan dan ini dapat menghasilkan kerja kolaboratif untuk penemuan-penemuan bersama. Scientific freedom juga dapat mendorong pemikiran kritis karena ilmuwan memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi ide dan tidak takut terhadap represi dan ancaman apapun.
Dalam Islam sendiri, mengembangkan ilmu pengetahuan adalah perintah agama terutama ilmu yang mencerahkan dan dapat digunakan untuk meraih kesejahteraan seluruh manusia namun sebaliknya tidak boleh digunakan untuk mengeksploitasi sesama manusia. Dalam Scientific Freedom atau kebebasan scientific juga tetap ada batasan dan etika sehingga dapat terhindar dari potensi penyalahgunaan kebebasan, contohnya adalah ada ilmuwan yang menganggap dirinya bebas/otonom dan bermartabat dan terlalu bahagian dengan terkooptasi akhirnya hanya menjadi ilmuwan stempel sehingga Scientific Freedom ilmuwan tersebut sudah tergadai pada kepentingan dan kuasa tertentu. Scientific Freedom ini juga perlu dibingkai dengan nilai untuk kepentingan publik, bukan hanya kepentingan personal saja, sehingga apapun itu ketika bertentangan dengan kepentingan publik maka perlu hati hati karena akan berpotensi melanggar koridor etika. Diakhir sambutan, Prof Fathul Wahid juga mengucapkan selamat kepada Prof Masduki dan keluarga, semoga tidak hanya dapat bermanfaat bagi diri sendiri namun juga khalayak luas dan tidak hanya terbatas dalam ruang lingkup universitas saja. Beliau turut mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu proses pengusulan jabatan akademik mulai dari dosen, Tendik, Program Studi, Fakultas, Direktorat Sumber Daya Manusia, Tim Penilai Angka Kredit, Majelis Guru Besar, Senat Universitas, Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, dan apresiasi yang tinggi bagi Kepala LLDikti Wilayah 5 dan semua jajaran, Dirjen Diktiristek serta Menteri Kemdikbudristek.
Sementara Prof. Allwar, dalam sambutanya menyampaikan bahwa perlu strategi yang khusus terutama bagi Fakultas, baik Ketua Jurusan maupun Prodi agar dapat memacu dosen agar lebih aktif untuk mencapai jabatan akademik tertinggi. Beliau manambahkan bahwa gelar profesor ini dapat menjadi hal yang positif bagi UII didalam menjalin kerjasama terutama dengan mitra dari luar negeri yang selalu melihat jumlah profesor yang ada pada suatu perguruan tinggi sehingga ini adalah momen yang tepat untuk menjaring kerjasama dengan mitra Luar negeri yang lebih luas jangkauanya. Selain itu beliau juga berharap agar research atau penelitian tidak hanya berhenti pada Jurnal, jadi bagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh profesor yang akan datang tersebut dapat diimplementasikan untuk mensejahterakan masyarakat. Terakhir dalam sambutanya beliau juga mengharapkan Dewan Profesor dapat kita ajak untuk bersama-sama memfokuskan bagaimana untuk memajukan hasil-hasil riset yang sudah ada.