Mengingat Kematian
Oleh: Surya Utama
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
Firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 185 di atas mengingatkan bahwa setiap makhluk bernyawa akan mengalami kematian, dan sebagai seorang Muslim yang beriman, kita diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi akhirat dan mampu mengaplikasikan pesan ini menjadikan seseorang sebagai mukmin cerdas.
Mukmin yang cerdas senantiasa mencermati amalan apa yang mereka siapkan untuk hari kiamat (Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram). Mereka memikirkan akibat baik dan buruk apa yang akan mereka dapatkan, serta apa yang mereka dapatkan dari amal perbuatan mereka yang bisa membawakan manfaat atau malapetaka bagi mereka di akhirat (An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi). Memperhatikan apa yang dapat memberi mereka manfaat dan membuat mereka celaka serta memperhatikan hasil dari amal yang baik dan amal yang buruk pada hari Kiamat.
Mukmin yang cerdas menjadikan akhirat di hadapan matanya dan di depan hatinya, sehingga mereka akan bersungguh-sungguh memperbanyak amal yang dapat membuat mereka berbahagia di sana, menyingkirkan penghalang yang dapat memberhentikan mereka dari melakukan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darnya. Mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, dimana amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka yang demikian dapat membuat mereka semakin semangat beramal saleh (Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di).
Dalam kesempatan sekarang ini, ada sebuah kisah yang mencerminkan pemahaman akan kematian. Seorang kakek yang akrab disapa Mbah Bono, dengan kekuatan dan kesehatannya yang luar biasa, mengingat masa kecilnya yang penuh latihan beladiri. Mbah Bono pernah menghadapi lawan-lawan tangguh dalam pertandingan beladiri, di antaranya lawan yang paling berkesan baginya, yaitu si Boni. Meskipun pada usia 90 tahun, Mbah Bono masih memiliki kenangan kuat akan pertandingan beladiri melawan Boni. Namun, saat ditanya tentang kondisi terkini Boni, terungkap bahwa Boni telah meninggal 30 tahun yang lalu. Mbah Bono merasakan kehilangan teman sejawatnya satu per satu, dan di usia senjanya, ia merasakan kejenuhan hidup yang sulit dihadapi.
Kisah dan data tersebut menjadi pengingat untuk selalu bersyukur atas setiap detik kehidupan yang kita nikmati. Seiring dengan itu, kita diingatkan untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian yang pasti akan menjemput. Hidup ini penuh makna jika dijalani dengan kebaikan dan keingatan akan akhirat. Sebelum tiba waktunya, mari refleksikan perbuatan baik dan dosa yang kita lakukan, dan bertujuan untuk memasuki surga, bukan neraka. Setiap detik hidup sangat berharga, marilah kita jalani dengan penuh kesadaran akan kematian. Wallahu A’lam Bishawab.