Pengejar Dunia: Akhirat Terlupakan?

Oleh : Suparyati —Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menjadikan manusia yang hidup di era modern ini semakin bebas untuk berekspresi. Media sosial menjadi salah satu sarana yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan ekspresi. Pengguna media sosial belakangan ini tidak segan-segan untuk mengungkapkan aspirasinya untuk mencapai kebahagiaan duniawi, baik kebahagiaan berupa kekayaan, kekuasaan maupun kepopuleran. Kehidupan yang seharusnya bersifat privasi namun dipertontonkan untuk khalayak umum, sebagai contoh ada orang yang menceritakan masalah pribadinya ke media sosial agar orang-orang memberinya nasihat atau perhatian kepadanya, padahal hal tersebut secara tidak langsung sudah mengumbar aibnya. Bagi sebagian orang media sosial merupakan segalanya, mereka berpikir hanya media sosial yang dapat mengerti dirinya. Padahal segala perbuatan yang ada di dunia ini suatu saat akan dimintai pertanggungjawaban sesuai QS. Al-Mudatstsir: 38 “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”

Allah SWT menginginkan agar kita menjadi orang-orang yang taat akan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dunia hanyalah kumpulan tawa dan permainan maka berperilakulah secara proporsional, jika tidak bisa berbuat baik setidaknya jangan berbuat maksiat yang dapat merugikan diri sendiri di akhirat kelak. Penting bagi diri sendiri untuk melakukan introspeksi dengan mempertanyakan kepada diri sendiri, “mengapa kita terlalu sibuk dengan kesenangan dunia padahal dunia hanyalah sementara?”. Terkadang beberapa orang tidak peduli dengan berapa banyak harta, kekuasaan, dan kesuksesan yang telah dicapai, dikarenakan sudah menjadi sifat bahwa mereka tidak pernah puas akan pencapaian nya. Mereka berambisi bahwa hidup hanya sekali maka setiap peluang harus digunakan sebaik mungkin, sedangkan kehidupan akhirat belum pasti ada. 

Manusia terkadang tidak puas dengan nikmat yang sudah diberikan, sehingga menginginkan lebih banyak padahal umur nikmat dunia hanya sebentar dibandingkan dengan akhirat. Kesenangan di dunia hanyalah sedikit jika dibandingkan dengan akhirat sesuai firman Allah SWT dalam Q.S. At-Taubah : 38, yang artinya “Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”. Dalam ayat tersebut Allah berfirman “…….apakah kalian puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?…….”. maksudnya adalah mengapa mereka melakukan hal itu, apakah puas dengan kehidupan di dunia dan menjadikannya ganti kehidupan akhirat (pahala akhirat)?. Padahal sebenarnya kenikmatan hidup di dunia ini jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit, sangat sedikit seperti halnya ketika memasukan jari ke dalam laut kemudian diangkatnya jari itu, dan coba lihat apa yang jari itu dapatkan? Hanya sedikit yang ia dapatkan.  

Salah satu tanda bahwa seseorang itu benar beriman adalah dengan ia rela mengorbankan harta ataupun jiwanya untuk jihad di jalan Allah. Sedangkan pada saat ini banyak orang yang lebih mengutamakan kesenangan hidup di dunia, padahal sehebat apapun kesenangan dunia tidaklah berarti apa-apa jika di bandingkan dengan kebahagiaan di akhirat. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita menunda untuk melaksanakan sholat dikarenakan sedang mengerjakan deadline pekerjaan padahal urusan dunia hanyalah sebentar namun kita menyia-nyiakan akhirat demi kesenangan dunia saja.

Dalam kehidupan, ketika manusia berhasil menjaga dan melestarikan apa yang ada di bumi, termasuk menjaga diri dan meraih kesuksesan, maka bisa dikatakan ia telah mendapatkan kebahagiaan dunia. Akan tetapi, jika kebahagiaan dunia tidak diimbangi dengan usaha meraih kebaikan serta kebahagiaan di akhirat, maka manusia tersebut bisa dikatakan gagal menjalankan tugas-tugasnya yang paripurna dan gagal mencapai tujuan hidup. Dihidupkannya manusia dibumi dimaksudkan sebagai proses mencari kebahagiaan dikehidupan yang abadi kelak, dunia ini bukanlah tujuan akhir manusia, melainkan awal dari perjalanan mencari kebahagiaan yang abadi dikehidupan yang abadi. 

Jangan terlalu mengejar dan mencintai dunia, dalam islam kita memang dianjurkan untuk mencari harta benda, sebab kefakiran bisa saja menjerumuskan seorang muslim kedalam kekafiran dan kemaksiatan. Apalagi jika sampai meminta-minta, mencuri, merampok, serta menggadaikan iman dan agama demi harta benda atau hal duniawi lainnya yang tidak seberapa, semua dilakukan semata hanya untuk mencukupi hidup. Namun jika hanya terus menerus mencari harta dunia, maka kita juga bisa menjadi celaka. Ada istilah Hubb Ad-Dunya yang berarti cinta dunia, yang mana menganggap harta benda adalah segalanya atau sebut saja dengan menganggap bahwa dunia merupakan prioritas pertama dalam kehidupan. Cinta dunia inilah yang menyebabkan celaka, sebab cinta dunia merupakan penyakit hati yang merambah kedalam kehidupan manusia. Seseorang bahkan rela bunuh diri, mencuri dan lain sebagainya hanya untuk urusan harta benda duniawi. Padahal dunia hanya lantaran atau wasilah untuk menuju akhirat. 

Firman Allah SWT dalam penggalan QS. Luqman ayat 33 yang artinya “maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu”. Dalam penggalan ayat tersebut Allah SWT melarang kita untuk terpedaya dengan kehidupan dunia. Jangan sampai tertipu dengan dunia sehingga menyia-nyiakan waktu dan luput dari berbagai amal shalih, karana dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Sepatutnya manusia memanfaatkan apa yang ada di dunia ini untuk memperbaiki amalannya, sehingga bermanfaat untuk dirinya, baik untuk kehidupan saat ini, atau kehidupan di masa mendatang. Jangan sampai mati-matian mengejar dunia sampai lupa mempersiapkan kematian. Naudzubillah, semoga kita dijauhkan dari kufur nikmat dunia ini.