Apa sih yang di maksud dengan Peradaban Islam? Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab “alhadlarah al-Islamiah”. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan antara kata kebudayaan (Arab, al-tsaqafah; Inggris, culture) dan kata peradaban (Arab, al-hadlarah; Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah tersebut dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Faktor kemunduran Peradaban Islam Nuraini A. Manan dalam jurnalnya Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam di Eropa (711 Masehi – 1492 Masehi), menuliskan beberapa faktor penyebab kemunduran peradaban Islam, yaitu:
- Tidak adanya ideologi pemersatu
Saat itu kelompok etnis non-Arab sering merusak perdamaian karena salah dalam pemberian dan penggunaan istilah kepada para mukalaf.
- Permasalahan ekonomi
Saat itu ilmu pengetahuan lebih gencar dikembangkan dibandingkan bidang perekonomian. Sehingga saat itu terjadilah kesulitan ekonomi yang akhirnya berpengaruh pada bidang politik dan militer.
- Sistem peralihan kekuasaan tidak jelas
Salah satu alasannya karena ada perebutan kekuasaan oleh para ahli waris. Sehingga kepemimpinan menjadi tidak jelas. Adanya Perang Salib dan serangan dari Mongolia sebagai faktor eksternal Perang Salib yang terjadi sekitar 1096 hingga 1270 dan serangan Mongolia pada 1220 hingga 1300-an juga menjadi salah satu penyebab kemunduran peradaban Islam.
- Faktor ekologis di negara Islam yang cenderung gersang
Hal ini menyebabkan penduduk negara tersebut tidak hanya terfokus di satu kawasan saja.
- Perdagangan Islam internasional mengalami kemunduran, Saat perdagangan Islam internasional sedang tidak berlangsung dengan baik, kekuatan barat mulai Sehingga pos perdagangan di negara Islam mayoritas dikuasai oleh negara barat.
Yang harus dilakukan untuk membangkitkan peradaban Islam masa depan yaitu Pertama: Membangun ilmu yang mapan, Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) pada QS. Al-Alaq [96]: 1 :
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq [96]: 1). Ayat yang turun pertama kali ini menjadi pondasi dasar bagi orang beriman.
Membaca merupakan syarat utama memperoleh ilmu. Untuk memahami dan melaksanakan syariat Islam dibutuhkan ilmu yang benar dan memadai. Sebab tak sedikit manusia yang niatnya berbuat baik tapi terjerumus ke dalam kesalahan bahkan kesesatan. Dengan ilmu, adab seorang Muslim juga bisa terjaga. Ia makin mengenal siapa dirinya dan mengetahui hak dan kewajibannya. Mulai dari peran sebagai seorang hamba di hadapan Tuhan Pencipta dan menjadi khalifah yang bertugas mengurus kemasalahatan di muka bumi. Disebutkan, fungsi ilmu selain membenarkan amalan dan menguatkan keimanan, ilmu juga bisa menaikkan derajat orang tersebut di hadapan Allah.
Kedua: Membangun iman yang mendalam
Bagi orang beriman, apapun itu pastinya tak cukup jika tak dibarengi dengan keimanan kepada Allah. Mengilmui syariat Islam secara rinci bahkan menghafal dalil-dalil yang ada hanya menjadi sia-sia jika tak didasari dengan pondasi iman atau hidayah. Tanpa iman, kebahagiaan yang diakui manusia berubah menjadi semu dan palsu. Materi yang dipunyai dan seluruh kenikmatan dunia nyaris menjadi hampa sekiranya orang tersebut abai mengurus imannya. Sebab memburu kesenangan dunia tanpa berbekal keimanan hanya mengantar seseorang kepada frustasi dan kecewa berkepanjangan. Lihatlah, orang-orang kaya yang miskin iman. Meski hidup glamour, namun mereka adalah kumpulan orang gelisah yang tak mampu menikmati harta kekayaannya sedikitpun.
Ketiga: Membangun ukhuwah yang kokoh
Longgarnya ukhuwah (persaudaraan) di tengah umat Islam menyuburkan krisis yang menimpa saat ini. Hal ini menjadi peluang besar bagi musuh-musuh Islam untuk memberaikan rajutan ukhuwah yang terjalin, mendinginkan dekapan ukhuwah, dan menjadikan cinta sesama saudara Muslim berubah tawar dan hampa. Inilah fenomena umat Islam saat ini. Sebagian mereka masih sibuk bertikai sesama Muslim sedang di luar sana musuh-musuh Islam bertepuk riuh dengan pemandangan tersebut.
Berjama’ah adalah pola hidup yang menjadi kebutuhan setiap makhluk hidup. Ia bersifat fitrah dan berjalan secara sunnatullah. Dengan pemahaman demikian maka tak pantas seorang manusia berlaku sombong kepada lainnya. Semuanya adalah lemah dan tak berdaya di hadapan Allah. Semuanya hanya bisa kuat ketika mengikatkan diri dalam satu simpul ukhwat berbalut keimanan kepada Allah.
Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran Ayat 103 :
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah.”