kegiatan Prodi Hubungan Internasional

Inspiring Fair 2024: Satu Dekade Prodi Hubungan Internasional UII

Para peserta fokus menyimak kegiatan Inspiring Fair 2024 dalam rangka 1 Dekade Prodi HI. Dari Kiri: Karina Utami Dewi, S.I.P., M.A. (Dosen HI), Irawan Jati, S.I.P., M.Hum., M.S.S. (Dosen HI), Hangga Fathana, S.IP., B.Int.St., M.A. (Dosen HI), Gustrieni Putri, S.I.P., M.A. (Dosen HI), Dewi Masitoh, S.Hub.Int., M.Sos. (Dosen HI), Elyana Ade Pertiwi, S.Hub.Int., M.A (Dosen HI). Foto: Surya

Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (HI UII) dengan bangga menggelar kegiatan “Inspiring Fair 2024” dalam rangka memperingati satu dekade perjalanannya. Acara yang mengusung tema “Inspiring Tomorrow’s Leaders” ini diselenggarakan pada Sabtu, 20 Juli 2024 bertempat di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII. Read more

Prodi Hubungan Internasional Wakili UII dalam Kunjungan Kemitraan dari Mathias Corvinus Collegium (MCC), Hungaria

Foto bersama antara perwakilan dan delegasi MCC dengan UII

Dosen dan mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FPSB UII mendapatkan kesempatan sebagai perwakilan dari UII dalam menyambut kunjungan kemitraan dan diskusi riset dengan Mathias Corvinus Collegium (MCC) dari Hungaria. MCC adalah sebuah lembaga pendidikan swasta terbesar di Hungaria yang terletak di Budapest, Hungaria yang bertujuan memberikan program beasiswa, asrama, sekaligus menjadi think thank bagi pemerintah serta lembaga pendidikan yang menawarkan kesempatan ekstrakulikuler bagi mahasiswa baik dalam dan luar negeri. Kegiatan kunjungan ini diadakan pada Kamis (19/10/2023) bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Read more

HI Perbincangkan Hubungan ASEAN & Korea Selatan

ASEAN-Korea Relations: Progress and Opportunities. Demikian tema yang diangkat oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada acara Bincang-bincang Prodi HI (IR UII in Conversation), Selasa, 19 Juli 2022. Kegiatan yang dilaksanakan secara luring ini mengundang Prof. Kim Dong-Yeob (Direktur Korea Institute fos ASEAN Studies, Busan University of Foreign Studies), Assoc. Prof. Dr. Mohammad Zaki bin Ahmad (Direktur Asian Institute of International Affairs & Diplomacy Universitas Utara Malaysia) serta Assist. Prof. Hangga Fathana, S.I.P., B.Int., M.A (Ketua Program Studi Hubungan Internasional FPSB UII). Sedangkan moderator dibawakan oleh Karina Utami Dewi, S.IP., M.A. Read more

HI Diskusikan “Berkarir di Organisasi Internasional”

Persaingan berkarir di organisasi internasional itu sangat berat. Karena peluangnya yang sedikit tapi diperebutkan oleh banyak orang. Otomotis akan banyak yang gagal daripada yang berhasil. Jika mengalami kegagalan dalam bersaing, maka hal yang harus dilakukan tidak lain adalah terus berusaha, berdoa sambil melakukan riset (analisa peluang). Jarang ada orang yang berhasil dalam usaha pertamanya.

Demikian pernyataan dan juga tips tips atau strategi memperebutkan karir di organisasi internasional seperti halnya PBB yang disampaikan oleh Adib Zaidani Abdurrahman, SE. pada acara diskusi bertajuk “NGALIR TALK” yang diselenggarakan oleh Laboratorium Diplomasi Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu, 8 September 2021 secara daring. Diskusi dipandu oleh  asisten laboratorium Diplomasi Prodi HI FPSB UII, Agus Dzuriana Poetra.

Dalam penjelasannya, alumni Prodi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII angkatan 2002 yang saat ini sedang mengemban amanah sebagai Sekretaris Pertama Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York menerangkan bahwa untuk berkarir di organisasi internasional seperti PBB bisa ditempuh melalui 2 jalur. Jalur pertama menurutnya adalah jalur administrative, dimana pada jalur ini banyak yang berusaha bekerja dari level technical yang kemudian secara bertahap (membutuhkan waktu lama untuk menimba pengalaman) bisa mencapai posisi P, P1, P2 dan seterusnya. Sedangkan jalur kedua merupakan jalur khusus yang bisa ditempuh oleh fresh graduate dengan kompetensi tinggi.

Hal tersebut berbeda untuk jalur menjadi seorang diplomat. Khusus untuk diplomat, maka seseorang wajib melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.

Tantangan untuk bisa bekerja di organisasi internasional selain berat akibat banyak peminat, biasanya juga berat akibat kurangnya skill atau kemampuan yang dimiliki hingga kurang memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu usaha keras mengasah skill melalui internet sembari terus mencoba membuat porto folio diri melalui tulisan di banyak media, opini yang konstruktir, membuat analisa-analisa dan masih banyak lagi. “Saat ini lebih sulit lagi karena dituntut berdiploasi secara virtual. Ini sulit sekali tapi kita harus terus berkembang. Porto folio yang bagus akan sangat baik (sebagai modal) untuk para fresh graduate”, ungkapnya.

Sosok yang sudah berkarir di KEMENLU sejak 2008 silam ini pun berpesan agar para mahasiswa mulai mengkalkulasi masa depan dan tidak melupakan untuk berdoa dan meminta doa pada orangtua.

“Dari sekarang temen2 harus sudah melihat dan mengkalkulasikan masa depan. Itu sangat penting. Jika di luar sana nanti temen2 akan ditertawakan karena doa, maka percayalah doa itu sangat berpengaruh besar. Saya bukti hidupnya. Dalam hidup ini saya lebih banyak beruntungnya. Lebih pada doa dari orangtua dan doa dari diri sendiri”, pungkasnya.

HI Kaji Dampak Normalisasi Hubungan Bahrain, UEA, dan Israel untuk Asia Tenggara

Dalam rangka memperbaharui pengetahuan mahasiswa terhadap isu-isu antarkawasan terkini, Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menghadirkan Dr. Mustafa Izzuddin sebagai pemateri webinar bertema  What the UAE-Israel Bahrain Deal Means for Southeast Asia, Sabtu, 17 Oktober 2020. Read more

HI Diskusikan Etnik Tionghoa dalam Pusaran Hubungan Indonesia-Tiongkok

Paparan definisi etnik “Indonesia Tionghoa” serta hubungan antara etnik Tionghoa, Hindia Belanda dan Tiongkok masa Pra-Kemerdekaan RI yang disampaikan oleh Dr. Johanes Herlijanto mengawali diskusi bertema Etnik Tionghoa dalam Pusaran Hubungan Indonesia-Tiongkok yang diselenggarakan Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 17 Februari 2020 di ruang audiovisual FPSB UII.

Read more

Belajar Politik Internasional dari Sang Nabi

Oleh : Hasbi Aswar (Dosen Prodi Hubungan Internasional, FPSB UII)

Salah satu poin menarik dari buku “Towards an Islamic Theory of International Relations: New Directions for Methodology and Thought” karya Abdul Hamid Abu Sulayman (1993) adalah sebagai muslim, selain melihat nabi Muhammad SAW sebagai nabi pembawa pesan dan pemimpin agama, kita juga bisa melihat beliau dari sisi beliau sebagai manusia yang memimpin masyarakat dan negara. Dari situ kita bisa memahami dan belajar cara berpolitik dari sang nabi.

Sebagai muslim, kebanyakan dari kita melihat nabi terbatas kepada sisi kenabian beliau sehingga segala hal yang beliau raih selama hidupnya adalah pertolongan dari Allah SWT. Sebab beliau adalah Rasul Allah dan sosok paling dekat dan dicintai oleh Allah. Pandangan ini benar dan tidak salah. Ini adalah konsep yang harus kita imani, bahwa segala nikmat yang kita dapatkan adalah karunia dari Allah SWT. Namun, yang sering dilupakan adalah aspek syariat dari pencapaian – pencapaian yang nabi dapatkan.  Aspek syariat maksudnya adalah jalan yang ditempuh nabi untuk meraih itu.

Sebagai muslim kita memahami bahwa untuk meraih sesuatu, mendekatkan diri kepada Allah adalah cara mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, namun tidak cukup sampai di situ. Ikhtiar yang maksimal juga disyariatkan agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai secara mudah.  Inilah yang nabi ajarkan kepada kita.

Dalam konteks hubungan internasional, kita pun bisa mengambil pelajaran dari pencapaian politik yang nabi lakukan khususnya pasca negara Madinah berdiri dan pada peristiwa fathul Makkah atau penaklukkan Makkah.

Saat tiba di Madinah, yang pertama kali beliau lakukan adalah stabilisasi politik domestik. Di bawah kepemimpinan nabi, masyarakat disatukan baik yang Muslim, Yahudi dan kalangan Musyrik. Mereka semua tunduk dan patuh serta mengakui kepemimpinan nabi dan aturan-aturan yang ditetapkannya. Hal ini tertuang dalam Piagam Madinah (Qol`ahji, 2011).

Dalam aspek politik luar negeri, nabi menggunakan potensi militer yang dimiliki oleh suku Aus dan Khazraj untuk melakukan ekspedisi militer untuk mengganggu kepentingan geopolitik dan ekonomi kaum Quraish. Wilayah-wilayah tempat operasi militer nabi difokuskan pada jalur – jalur perdagangan Quraish dari Makkah menuju Syam.  Selain itu, nabi melakukan penaklukan suku – suku Yahudi yang beraliansi dengan Quraish, serta mengadakan perjanjian damai dengan suku-suku dan kelompok-kelompok Yahudi di wilayah Jazirah Arab.

Madinah sempat hampir ditaklukkan oleh koalisi Quraish dan Yahudi dalam perang Ahzab atau perang Khandaq, namun koalisi tersebut gagal karena strategi militer Madinah yang canggih dan semangat perang yang gigih oleh umat Islam di Madinah. Hal yang lebih penting lagi adalah kelihaian politik dan negosiasi diplomat nabi yang mampu melemahkan solidaritas di tubuh pasukan koalisi dan akhirnya meruntuhkan semangat perang koalisi Quraish (Ibnu Katsir, 2003).

Perjanjian Hudaibiyah, adalah salah satu momentum politik yang paling signifikan dalam membantu nabi untuk menaklukkan Makkah. Perjanjian untuk tidak saling berperang satu sama lain selama sepuluh tahun, membuat Madinah lebih leluasa menaklukkan semua mitra koalisi Quraish Makkah, khususnya kalangan Yahudi. Ini berdampak besar dalam mereduksi aliansi Quraish dan sekaligus melemahkan kekuatan dari kalangan Quraish.

Selain itu, perjanjian untuk mengembalikan ke Makkah orang – orang yang sudah hijrah ke Madinah tetapi tidak direstui oleh keluarganya, berdampak pada semakin banyaknya Muslim yang tinggal di Makkah dan  menyebarkan Islam serta segala kebaikan-kebaikan nabi di Madinah. Efeknya adalah semakin banyak masyarakat Makkah termasuk petinggi Quraish serta para panglima militer yang bergabung ke Madinah dan menjadi Muslim,  seperti panglima perang Khalid bin Al-Walid, diplomat ulung Quraish, Amr bin al-Ash.

Dikuasainya jalur perdagangan menuju Syam oleh negara Madinah, ditaklukkannya suku-suku di wilayah jazirah Arab, masuknya petinggi-petinggi Quraish dalam Islam dan narasi Islam yang semakin dominan di Makkah akhirnya semakin melemahkan semua variabel kekuatan Quraish di Makkah. Sebaliknya, semakin memperkuat posisi politik internasional negara Madinah.

Dampak dari berbagai manuver politik nabi yang terjadi inilah yang menjadi alasan mengapa fathul Makkah berlangsung dengan damai tanpa peperangan, Bahkan perintah nabi kepada masyarakat Makkah diikuti dengan patuh seperti jaminan keamanan bagi masyarakat Makkah yang menutup pintu rumahnya, yang masuk rumah Abu Sufyan, dan masuk Masjidil Haram.

Sejarah politik nabi yang singkat ini menggambarkan dan mengajarkan pentingnya usaha maksimal agar segala tujuan tercapai. Nabi adalah orang yang paling sholeh dan paling dekat pada Allah. Di samping beliau meyakini pertolongan Allah pada beliau, namun beliau juga meyakini dan memahami bahwa pertolongan hanya akan datang ketika ikhtiar dilaksanakan dengan sebaik dan semaksimal mungkin.

Meskipun beliau adalah Rasul Allah namun beliau tidak selamanya menang dan sukses dalam semua aktifitas politiknya.  Buktinya adalah kekalahan beliau pada perang Uhud melawan Quraish. Awalnya nabi menang perang, namun karena kelalaian pasukan pemanahnya, akhirnya nabi kalah. Bahkan pamannya, Hamzah, meninggal serta nabi sendiri luka-luka karenanya.  Fakta ini semakin menegaskan bahwa, dalam konteks politik, kemenangan beliau terhadap Quraish Makkah karena ikhtiar beliau dalam aspek kepemimpinan, strategi perang, pemahaman geopolitik, dan kemampuan diplomasi.

Bagi umat Islam saat ini, mempelajari politik nabi tidak boleh hanya sebatas dalam aspek normatif teologis semata namun juga perlu memahami aspek syariatnya yaitu, ikhtiar yang maksimal melalui penguasaan ilmu dan teknologi agar mampu memenangkan pertarungan politik. Dengan itu, umat Islam bisa mendapatkan kesuksesan politik di kancah internasional seperti yang pernah diraih oleh nabi di zamannya.

 

Referensi:

Ibnu Katsir, Al-Hafidz. (2010). Sirah Nabi Muhammad. Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi`i

Qol`ahji, Muh. Rawwas. (2011) Sirah Nabawiyah: Sisi Politis Perjuangan Rasulullah saw. Bogor: Al-Azhar Press

Abu Sulayman, Abdul Hamid A. (1993). Towards an Islamic Theory of International Relations: New Directions for Methodology and Thought. Virginia: The International Institute of Islamic Thought.

HI Selenggarakan Kuliah Umum : Krisis Kemanusian dalam Politik Internasional

Setiap negara memiliki potensi konflik. Baik konflik dengan pihak eksternal/negara lain maupun konflik internal. Yang terpenting adalah bagaimana mencegah dan mengelola potensi konflik tersebut. Suatu negara tidak akan bisa berkembang dengan baik apabila berada dalam kondisi konflik. Kondisi konflik tersebut banyak terjadi sebelum ASEAN dibentuk. Setelah ASEAN terbentuk, konflik relatif jauh berkurang.  Demikian  disampaikan oleh Deputi II Bidang Koordinasi Politik Lua Negeri RI, Dr. (HC) Lutfi Rauf, M.A pada kuliah umum yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 23 September 2019 di auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII. Read more

HI Diskusikan Sejarah dan Pasang Surut Hubungan RI-Tingkok

Bersama Prof. Abdullah Dahana (Guru Besar Emeritus Studi Politik China, UI), Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas PSikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi terkait sejarah dan pasang surut hubungan Indonesia dengan Tiongkok,  Jumat, 30 Agustus 2019 di ruang audiovisual FPSB UII. Kegiatan ini diikuti oleh dosen dan juga mahasiswa Prodi HI. Read more

HI Kembali Gelar Diplomatic Course dan Table Manner

Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia  (UII) kembali menggelar kegiatan Diplomatic Course (DC) & Table Manner bagi mahasiswa angkatan 2018, Sabtu-Minggu, 22-23 Juni 2019 di Auditorium FPSB UII dan Hotel Shantika Yogyakarta. Kegiatan yang dibuka secara langsung oleh Dekan FPSB UII, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog menghadirkan Benny Yan Pieter Siahaan (Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN di Kementerian Luar Negeri RI), Foster Gultom (Diplomat Ahli Utama, Direktorat Kerja Sama Eksternal ASEAN, Ditjen Kerja Sama ASEAN-Kemenlu RI), dan Danang Waskito (Wakil Direktur untuk Amerika, Eropa dan Wilayah Lain, Ditjen Kerjasama Kemenlu RI) sebagai pemateri. Read more