Mendidik Anak Layaknya Tarik Ulur Layang-Layang

Muslimah, 21/02/2024 08:00 WIB

Oleh: Muslimah – Di tahun 80-an, dapat kita lihat banyak anak bermain-main di sungai dengan asyiknya, begitu juga di sawah anak-anak main sepakbola begitu seru sampai kotor baju dan badannya, yang semua itu tanpa diawasi oleh orang tua. Anak-anak menemukan karakter dirinya dan juga belajar menyelesaikan masalah sosial bersama disitu. Tetapi pada masa sekarang ini kita tidak temukan lagi. Jika anak-anak keluar rumah harus selalu ditemani oleh orang yang lebih tua. Semua itu dikarenakan kekhawatiran orang tua pada saat ini begitu besar kepada anak. Makanya sekolah-sekolah saat ini mengadakan acara outbound karena memang sebagai manusia kita harus belajar dekat dengan alam, yang pada saat ini tidak didapatkan dari kehidupan sehari-hari.

Mendidik anak gampang-gampang susah, seperti main layang-layang harus tarik ulur. Tidak bisa dilepaskan begitu saja, tetapi juga tidak bisa dikekang. Anak jika kita biarkan tetap akan bertumbuh dengan sendirinya itu alamiah, tetapi mendidik anak adalah wajib hukumnya bagi orang tua, dan mendidik anak bukanlah tugas seorang Ibu saja melainkan juga tugas ayah, karena ayah yang akan bertanggung jawab di hari akhir kelak. Bahkan jika perbuatan anak negatif maka menjadi tanggungjawab orang tuanya baik itu di dunia maupun di akhirat kelak. Mendidikan anak tidaklah mudah, meskipun kehidupan akan mengalir dengan sendirinya tetapi pengaruh dari lingkungan baik keluarga maupun tempat tinggal sangatlah besar. Jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan kehidupan anak-anak kita, dan sebagai orang tua adalah panutan bagi anak, maka kita harus bisa memberikan contoh yang baik.

MONOPOBIA atau No Mobile Phone Phobia, pada masa sekarang ini sulit menemukan anak yang tidak bermain gadget, begitu seringnya bermain gadget sehingga tidak bisa hidup tanpa gadget dalam sehari. Begitu besar pengaruh media sosial bagi perkembangan anak-anak, seperti pisau bermata dua, sampai kita sebagai orangtua mempunyai kekhawatiran yang besar. Hal ini menjadi tantangan yang sangat berat sebagai orang tua, bagaimana caranya gadget bisa digunakan secara positif.

Dari surat An Nisa’ ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۝٩

yang artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya

Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar. Kita harus mengajarkan anak-anak supaya bisa menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah terpengaruh hal yang negatif.

Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 35 dan 40 sebagai berikut:

وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهِيۡمُ رَبِّ اجۡعَلۡ هٰذَا الۡبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجۡنُبۡنِىۡ وَبَنِىَّ اَنۡ نَّـعۡبُدَ الۡاَصۡنَامَؕ‏ ٣٥

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala (ayat 35)

رَبِّ اجۡعَلۡنِىۡ مُقِيۡمَ الصَّلٰوةِ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ​​ ۖ  رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ‏

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku (ayat 40)

Nabi Ibrahim Alaihissalam pun sampai memiliki kekhawatiran tentang kehidupan anaknya kelak saat ditinggal orang tuanya, begitupun dengan kita. Tetapi kekhawatiran kita jangan hanya pada materi saja melainkan Iman seseorang yang harus dijaga sampai kapanpun.

Kita harus mendidik anak menjadi disiplin, mandiri, tidak mudah terpengaruh sesuatu yang negatif, berempati kepada lingkungan sekitarnya, sopan santun, dan menjadi orang yang mempunyai nilai juang tinggi dan terpenting jangan sampai meninggalkan shalatnya. Mungkin di masa kita kecil hal tersebut tidak sesulit sekarang, tetapi sekarang media sosial mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Anak-anak asyik dengan gadget nya sampai tidak peduli dengan waktu dan lingkungan disekitarnya.

Anak-anak hanya menginginkan sesuatu yang mudah dan menyenangkan, padahal kita juga harus mengajarkan sesuatu yang bisa digunakan untuk bekal hidupnya kelak. Harus diajarkan kepada anak-anak jika menginginkan sesuatu harus ada usahanya. Kita harus menjadi orang tua yang bisa dijadikan teladan atau contoh, sebagai teman yang bisa diajak diskusi, makanya kita harus bisa menjadi orang tua yang asyik.

Di jaman sekarang ini sudah banyak artikel yang bisa kita baca tentang cara mendidik anak, tergantung dari kemauan kita saja, meskipun kadang pengalaman hidup juga berpengaruh pada cara kita mendidik anak. Apakah kita mampu mengalihkan perhatian anak-anak kita dari gadget? Apakah kita bisa memberikan kegiatan yang menarik perhatian anak-anak melebihi gadget? 

Marilah kita terus belajar supaya dapat mendidik anak dengan lebih baik lagi, supaya pada akhir nanti kita memanen hasil yang baik, yang bermanfaat untuk kita dan orang lain. Menjadikan anak kita anak yang sholeh, selalu menjalankan perintah Allah SWT dan selalu mendoakan kita. Menjadi amal yang tidak ada putusnya untuk orang tua. Amiin ya rabbal ‘alamin.