Tokoh Psikologi Islam Silaturrahmi ke FPSB UII

Tokoh pendobrak pemikiran Psikologi Islami dunia asal Sudan dan tercatat sebagai guru besar di International Islamic University of Malaysia, Prof. Malik Badri, Ph.D bersama direktur International Istitute of Islamic Tought (IIIT), Professor Habib Chirzin melakukan kunjungan silaturrahmi sekaligus penjajakan kerjasama ke Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa, 13 Oktober 2015. Keduanya diterima hangat oleh Rektor UII, Dr. Harsoyo, M.Sc., Wakil Rektor III, Dr. Abdul Jamil, SH., MH, Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, MA bersama para ka.prodi dan staf pengajar FPSB UII di R. Sidang VIP Lt. III Gedung rektorat UII.Dalam pertemuan yang cukup singkat tersebut, Prof. Malik Badri berharap agar Islamisasi pengetahuan bisa dilakukan di UII, khususnya bidang Psikologi. Hal ini penting karena ilmu psikologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang jiwa/nafs yang secara otomatis akan sangat berkait erat dengan ajaran agama Islam.

Prof. Malik Badri juga sempat mengenang salah satu tokoh pendiri UII, Moh. Natsir. Diceritakan olehnya bahwa pertemuannya dengan Moh. Natsir terjadi pada tahun 50-an saat ada konferensi tokoh Islam dunia di Lebanon, dimana saat itu Prof. Malik Badri mendapat tugas meng “care” Pak Moh. Natsir. Beberapa tahun kemudian pertemuan tersebut berlanjut dengan diundangnya Prof. Malik Badri ke Jakarta. Dan ketika berkunjung ke Masjidnya Pak Natsir, Pak Natsir meminta Prof Malik Badri muda untuk ceramah di masjidnya. Prof. Malik Badri mengagumi Moh Natsir sebagai tokoh pergerakan Islam yang jernih dan tulus.

Dan ketika di UII beliau menyaksikan salah satu perwujudan cita-cita Moh Natsir dan mendoakan dengan sangat tulus dan mengharukan. ” May Allah bless him and all people who graduate from this university”.

Sementara itu, Dr. Harsoyo, M.Sc dalam sambutannya menyampaikan adanya upaya-upaya UII dalam melakukan Islamisasi pengetahuan dalam rangka mencetak lulusan yang cerdas dan islami.

The Wisdom of Islam

The Wisdon of Islam. Demikian tema seminar series dari International Conference on Islamic Psychology (ICONIPSY) yang digelar di R. Auditorium Lt. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 15 Oktober 2015. Hadir sebagai pemapar materi adalah Prof. Robert Frager, Ph.D, Chairman of The Spiritual Guidence M.A, Program at The Institue of Transpersonal pshology (ITP), Sofia University, Palo Alto, California, USA.  Sedangkan bu Emi Zulaifah, M.Sc tampil sebagai moderator.Dalam paparannya, tokoh Psikologi Sufi tersebut banyak mengungkap tentang nafs atau keinginan kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu kebaikan ataupun keburukan. Nafs adalah proses yang diciptakan oleh interaksi pikiran / jiwa dan tubuh. Beliau menerangkan beberapa kategori nafs yang ada pada diri seseorang, seperti nafs Ammaaratum bis-Suu (Nafsu Amarah) yang cenderung membawa pada sifat kejelekan yang diakibatkan oleh tunduknya hati seseorang untuk mengikuti nafsu syahwat dan panggilan syetan, nafs lawwamma (nafsu lawwamah) atau pun nafsu yang belum sempurna ketenangannya sehingga seseorang kadang melakukan kebaikan dan juga kadang keburukan, nafs Mulhima (nafsu yang menginspirasi), nafs Muthmainnah (nafu yang pada kebaikan), nafs radiyya, nafs mardiyya, dan juga nafs safiyya.

“Dalam tataran sufi, seseorang akan tetap senang dalam menjalani/menerima ujian dari Allah SWT”, ungkapnya.

Psikologi Uhamka Lakukan Studi Laboratorium ke Prodi Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Muh

SUASANA PENYAMBUTAN UTUSAN STUDI LABORATORIUM DARI FAK. PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

ammadiyah Prof. DR. HAMKA atau sering disingkat UHAMKA mengirimkan dua (2) orang utusannya untuk melakukan studi laboratorium di Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 12 Oktober 2015. Kedua utusan,  yakni Dewi Tri Handayani, S.Psi., M.Si (pengelola lab. Psikologi Uhamka ) dan Puti Archianti, S.Psi., M.Psi (staf pengajar Psikologi Industri dan Organiasi) disambut hangat oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., Psikolog , Kepala Laboratorium Prodi Psikologi FPSB UII, Libbie Annatagia, S.Psi., M.Psi beserta staf laboran di ruang sidang Prodi Psikologi FPSB UII.Setelah beramah tamah sekaligus menyampaikan maksud dan tujuannya, kedua utusan kemudian diajak untuk melihat langsung kondisi lab milik Prodi Psikologi FPSB UII yang menempati lantai IV Gedung Soekiman Wirjosandjojo. Usai melihat-lihat ruang pengelola laboratorium, keduanya segera menuju lab psikoterapi dan berkesempatan mencoba alat biopsikologi, yakni ‘Stress Pilot’ dan ‘Smard Watch’.

Sejurus kemudian, keduanya segera beranjak ke lab. Klasikal, lab individual, lab anak, lab eksperimen dan terakhir berkunjung ke lab. Observasi dan wawancara atau sering disebut lab. OW.

Mahasiswa Psikologi bersama Tim Debat UII Juarai ALF 2015

Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Wafa’ bersama rekan satu timnya, Saiful Aziz (Hukum Islam) dan Tiyas Kurnia Sari (Akuntansi IP  dan PBI) kembali mengukir prestasi dengan meraih juara 1 dalam cabang lomba Debat Bahasa Arab pada Festival al Arabiyah lil Funun (ALF) 2015 bertema “Membangkitkan Seribu Kreatifitas Anak Bangsa dengan satu bahasa” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (14-19 September 2015), Ciputat, Jakarta. Menurut sosok yang pernah juga menyumbangkan Juara 1 pada MTQ Nasional ke-14 pada Agustus 2015,  cabang lomba debat Bahasa Arab di ALF 2015 ini diikuti oleh 10 tim yang didominasi oleh Tim dari UIN Syarif Hidayatullah yang mewakili dari beberapa fakultas berbeda.

“Alhamdulillah , secara khusus saya senang dan bahagia, meskipun menyadari bahwasanya saya dan teman2 debat saya sebaiknya melakukan kaderisasi. Saat ini kami mengkader beberapa mahasiswa di lomba lomba selain debat, seperti pidato bahasa arab, menyanyi bahasa arab, essay bahasa arab, kaligrafi , puisi bahasa arab dan dongeng bahasa arab. Untuk persiapan, alhamdulillah kami mulai dari membaca panduan perlombaan yang disebar oleh panitia dan dilanjutkan dengan bimbingan.. dari senior atau alumni uii yang pernah mengikuti lomba seperti ini sebelumnya -meski belum semaksimal yang diharapkan- mengingat waktunya yang “mepet” dengan tahun ajaran baru”, ungkap Wafa’

Menurut Wafa’, ada 4 tim yang berhasil masuk ke babak semi final, yakni tim debat dari UII, INI Dalwa, FDI UIN Syarif Hidayatullah, dan BSA UIN Syarif Hidayatullah. Pada babak perempat final ini, Tim Debat FDI UIN Syarif Hidayatullah bertemu dengan Tim Debat INI Dalwa. Sedangkan Tim Debat UII bertemu dengan BSA UIN Syarif Hidayatullah yang mendebatkan perihal “Sistem Monarki Lebih Baik dari Sistem Demokrasi” . Lomba debat sendiri menurut Wafa’ mengikuti sistem MQK (musabaqah qiroatil kutub) yang cukup berbeda dengan sistem yang dipakai di MTQN UI, FTT UI maupun FKA UGM dan debat ASEANB.

Dalam proses tersebut, Wafa’ mengaku memiliki beberapa catatan terhadap penyelenggara lomba, seperti molornya waktu pelaksanaan, adanya beberapa kesalahan dalam pengumuman hasil juara serta setting penutupan yang kurang kondusif. Tidak adanya babak lanjutan dari hasil debat di perempat final tersebut juga menjadi catatan tambahan yang dinilainya kurang fair.

“Harapan saya secara khusus, mahasiswa uii yang mayoritas berasal dari pesantren sebaiknya bisa menghargai kemampuannya berbahasa arab (baca: dengan mengikuti lomba-2 yang ada kaitannya dengan Bahasa Arab). Kami selalu bisa merasa bangga karena kami dapat mewakili UII, walaupun bukan atas nama ukm tertentu ataupun jurusan Bahasa Arab. Mohon doa suksesnya -amanah besar bagi kami yang sudah mencoba untuk mengembangkan Bahasa Arab melalui perlombaan- untuk bisa membentuk komunitas khusus dalam pengembangan Bahasa Arab yang terbuka luas bagi seluruh mahasiswa UII. Dan semoga untuk beberapa tahun kedepan bisa menyelenggarakan acara yang sama di UII tercinta”, ungkapnya.

Wafa’ juga berpendapat bahwa sebaiknya antara CLI dan AEC (dua komunitas bahasa asing di UII) bisa saling melengkapi dan bekerjasama dalam pengembangan Bahasa Arab dan bahasa asing. “untuk Psikologi saya juga ingin berkontribusi lebih.. masih in progress..”, pungkasnya.

PPT UII Dominasi ICEF 2015

Pusat Psikologi Terapan (PPT) yang merupakan inkubator bisnis milik Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mendominasi gelaran pameran pendidikan International Culture and Education Fair (ICEF) 2015 yang digelar SMA 1 Teladan Yogyakarata di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, 12-13 September 2015 lalu. ICF sendiri merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan dalam rangka untuk memberikan informasi dan memperkenalkan perguruan tinggi terkemuka baik dalam dan luar negeri kepada para siswa SMA ataupun pada masyarakat umum.  

 

 

“PPT bekerjasama dengan Prodi Psikologi dan Laboratorium Prodi Psikologi UII memperkenalkan berbagai terapan ilmu psikologi di dalam kehidupan nyata. PPT UII merupakan salah satu stand dengan peserta terbanyak, hampir separuh lebih peserta pameran mampir di STAND PPT UII. Stand PPT UII menjadi salah satu stand yang paling menarik dan komplit dibanding stand yang lain, karena PPT UII menawarkan layanan informasi kuliah atau terkait Psikologi UII, Tes Minat Gratis, Coba Alat Eksperimen, dan TV Edukasi. Program Tes Minat merupakan pilihan terbanyak yang diminati oleh hampir semua pengunjung stand yang rata-rata usia SMA. Tes minat tersebut hanya berlangsung selama 15 menit, kemudian 15 menit selanjutnya hasilnya dapat diambil. Adanya tes minat membuat pengunjung stand merasa terbantu untuk menelusuri minat mereka dan merencanakan kelanjutan studi di jenjang kuliah. Selain itu PPT UII juga menawarkan pengunjung stand untuk mencoba alat eksperimen, ada Pin Board, Fun Paint Sliding Ball, Ilusi Muler-Lyer dan Steadiness Tester. Selanjutnya juga ada TV Edukasi yang menampilkan sistem kerja otak, jam biologis manusia, ilusi mata, dan seputar ilmu psikologi”, ungkap salah satu staf PPT, Isna Syamsi Arief, S.Psi. .

Selain PPT UII, beberapa perguruan tinggi yang cukup memiliki pamor pun turut hadir di acara tersebut, seperti Universitas Malaysia, Cambrige, Tokyo, UGM, ITB, dll. ICF juga menggelar pertunjukan seni budaya dan juga festival kuliner.

Kuliah Umum Mahasiswa Baru Angkatan 2015 Prodi Psikologi FPSB

Respect and Care (Menghargai & Peduli). Demikian tema yang diangkat dalam kuliah umum Mahasiswa Baru Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Universitas Islam Indonesia (UII) yang digelar pada hari Sabtu, 12 September 2015 di GKU Prof. Dr. Sardjito, M.Ph Kampus Terpadu UII. Hadir sebagai pemateri adalah Rr. Cahya Wulandari, S.Psi.

 

Pembicara mengawali paparan materinya dengan berbagi pengalaman terkait kiprah pedulinya terhadap sesama di dunia pendidikan melalui program Indonesia Mengajar sebagai guru bantu di SD INPRES, Fak-Fak Papua Barat serta pemberdayaam masyarakat marginal terkait dengan kesehatan reproduksi, pendidikan anak jalanan, serta membangun kapasitas dan ketangguhan penyandang disabilitas.

Lebih jauh, sosok yang punya segudang pengalaman dalam berorganisasi serta tercatat sebagai bagian dari Pusat Studi Pembangunan Hukum Lokal “CLDS” Fakultas Hukum UII tersebut banyak menerangkan tentang konsep ‘manusia utuh’ dengan 5 aspek penting yang harus dimiliki, diasah dan atau dikembangkan, yakni vision (visi), human relation (hubungan), knowledge ans skill (pengetahuan dan ketrampilan), Religiousity (keagamaan) dan juga Personal Value (harga diri/nilai diri).

“Sesuai temanya respect and care mudah-mudaham mahasiswa baru (Prodi Psikologi) angkatan 2015 bisa menjadi pribadi yang menghargai orang lain, terutama adalah guru, dosen, orangtua, orang yang dituakan, temen maupun adik-adiknya. Ketika seseorang bisa menghargai orang lain, maka dia harus bisa menghargai dirinya sendiri terlebih dahulu. Selain itu, mereka juga harus peduli kepada sekitarnya bahwa ternyata masih banyak orang-orang di sekitarnya yang kurang beruntung dan membutuhkan kepedulian dari kita. Respect dan peduli dapat dilakukan dalah kehidupan di kampus juga. Selain itu kedua hal tersebut merupakan kompetensi yang dibutuhkan oleh mahasiswa psikologi”, ungkap Ka. Prodi Psikologi FPSB UII, Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi.

Kolokium Departemen Psikologi Klinis FPSB

Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan dari konsep Desa Siaga yang pernah digulirkan ataupun ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/MENKES/SK/IV/2000. Desa Siaga sendiri merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat pada umumnya seperti kurang gizi, bencana alam, termasuk didalamnnya gangguan jiwa, dengan menafaatkan potensi masyarakat setempat secara bergotong royong. Sedangkan Desa Siagam Sehat Jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Demikian diungkapkan oleh Herlini Utari, S.Psi., M.Psi (Psikolog Puskesmas Kalasan, Sleman, Yogyakarta) saat menyampaikan materi kolokium bidang Psikologi Klinis bertema ‘Peran Psikologi dalam Program DSSJ yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 26 Juni 2015.Lebih lanjut Herlina Utari menjelaskan tentang keterlibatan dan juga peran dari setiap komponen pendukung pelaksana program DSSJ, seperti keterlibatan dan peran Kader Kesehatan Jiwa (KKJ), keterlibatan dan peran tokoh masyarakat serta keterlibatan dan peran Tim Pemegang Program Jiwa Puskesmas (perawat, psikolog, dokter, bidang desa) termasuk pola rekrutmen seorang kader kesehatan jiwa. Khusus untuk Kader Kesehatan Jiwa (sifatnya sukarela) menurut Herlini Utari yang diutamakan adalah mereka yang mau. “Kadang banyak yang mampu, tapi mereka tidak mau”, ungkapnya.

Adapun ciri-ciri/perilaku seseorang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan diantaranya ditandai dengan sedih berkepanjangan dalam waktu lama, berkurangnya kemampuan dalam berkatifitas sehari-hari (makan, minum, bersih-bersih), malas, marah-marah tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, mengamuk, menyendiri, tidak mau bergaul, atau bahkan sampai dengan mencoba untuk bunuh diri.

Oleh karenanya, untuk menekan atau mencegah timbulnya penyakit ganggan kejiwaan tersebut, DSSJ melakukan serangkaian aktifitas/pelatihan pada kelompok-kelompok beresiko, seperti pada kelompok prolanis, kelompok Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular-POSBINDU PTM, kelompok masyarakat dengan kejadian bunuh diri, konseling kelompok korban KDRT, dan juga konseling pada kelompok remaja beresiko.

Sesi tanya jawab seputar DSSJ menjadi penutup kolokium.

Kolokium Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan FPSB

Sebagai salah satu disiplin bidang ilmu yang memiliki kedekatan dengan dinamika pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan kuliah pakar (MK. Seminar Psikologi Pendidikan) bertema Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus pada akhir April 2015 lalu di Auditorium FPSB UII. Kuliah pakar yang menghadirkan pemateri seorang ahli pendidikan siswa berkebutuhan khusus, H. Sudardjo, M.Pd tersebut setidaknya diharapkan mampu menambah pengetahuan para mahasiswa Psikologi (konsentrasi Psikologi Pendidikan) tentang layanan ataupun intervensi yang tepat terkait pendidikan bagi ABK.Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang lebih luas dibandingkan dengan anak luar biasa menjadi pembuka paparan H. Sudardjo. Menurutnya, ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut. ABK sendiri menurut para ahli (Heward) bisa dibagi dalam 2 kategori, yakni ABK yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan ABK bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.
Adapun beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain adalah faktor lingkungan, faktor dari dalam diri anak dan faktor kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak. Sementara dari sisi gangguan atau kelainan ABK dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain, aspek gangguan kognitif seperti retardasi mental, ataupun anak unggul (berbakat), aspek bahasa dan bicara, aspek pendengaran, aspek penglihatan dan juga aspek sosial-emosi.
Masih menurut H. Sudardjo bahwa untuk mencapai perkembangan yang optimal, ABK membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan khusus terkait dengan perbedaan dari masing-masing anak, baik dalam kecepatan belajar (memahami pelajaran) maupun cara belajar (cara memahami pelajaran). “Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus. Sebagian orang istilah ABK masih dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi”, ungkapnya.
H. Sudardjo juga menambahkan bahwa saat ini sedang terjadi proses tranformasi pemikiran dari konsep Pendidikan Luar Biasa/PLB (special education) ke konsep pendidikan kebutuhan khusus (special needs education). “Terdapat perbedaan orientasi antara Pendidikan Luar Biasa/PLB dengan pendidikan kebutuhan khusus. Konsep pendidikan kebutuhan khusus saat ini dipandang sebagai sebuah pemikiran yang bersifat holistik, anak dipandang sebagai individu yang utuh, setiap anak memiliki hambatan untuk berkembang dan hambatan dalam belajar yang bervaraiasi. Menurut paham ini pembelajaran seharusnya perpusat pada anak untuk membantu menghilangkan hambatan belajar dan hambatan perkembangan, sehingga kebutuhan belajar setiap anak dapat dipenuhi. Diperlukan pemahaman yang baik dan benar mengenai Anak kebutuhan khusus (ABK) dan Pendidikan Kebutuhan Khusus”, imbuhnya.
Dari uraian tersebut diharapkan setiap orang memiliki sikap positif dan pendirian tentang keragaman yang dimiliki oleh seiap anak dan merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima dengan penuh lapang dada dan mengakomodasi pembelajaran mereka melalui sekolah.

Nuzsep Almigo, S.Psi., M.Si hadir sebagai pembicara dalam Kolokium Prodi Psikologi FPSB

Berpikir kreatif merupakan modal penting dalam melakukan konseling. Berpikir kreatif identik dengan berpikir ‘di luar kotak’ atau berpikir di luar kebiasaan atau terkenal juga dengan istilah berpikir out of the box. Hal ini disampaikan oleh salah satu alumni Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 1995 yang juga dosen Fakulti Pendidikan dan Pembangunan Manusia Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, Nuzsep Almigo, S.Psi., M.Si, dalam acara kolokium yang digelar Prodi Psikologi, Senin, 6 April 2015 di R. Auditorium Fakultas.

Dalam kolokium tersebut, selain menyampaikan materi ‘Adventure Based Counseling’ yang merupakan hasil penelitiannya dan sudah masuk dalam jurnal internasional, peserta juga diajak untuk melakukan beberapa simulasi yang bisa dilakukan sebagai media konseling.

Dr. Norbert Vajda, Hungaria hadir sebagai pembicara dalam Kolokium Prodi Psikologi FPSB

Bidang keilmuan Psikologi memang bisa diterapkan atau berperan dimana saja serta dalam bidang apa saja selama ada aktivitas manusia di dalamnya, termasuk dalam rehabilitasi masyarakat/korban bencana alam. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran tentang peran Psikolog dalam rehabilitasi masyarakat pasca bencana tersebut Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kuliah pakar (kolokium), Kamis, 26 Maret 2015 dengan menghadirkan Dr. Norbert Vajda asal University of Pecs, Faculty of Illyes Gyula Institute of Social Work and Welfare, Hungary.

Menurut Dr. Norbert Vajda, agar seorang Psikolog dapat diterima dengan baik oleh masyarakat (baca: dalam proses intervensi-rehabilitasi) perlu memahami nilai-nilai internal di masyarakat tersebut, berpenampilan menarik dan memiliki/menyampaikan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selebihnya Dr. Norbert Vajda banyak mamaparkan hasil penelitiannya terkait dengan kondisi masyarakat korban eruspi Merapi 2010 lalu, termasuk di dalamnya kondisi kelekatan/kohesivitas masing-masing komunitas (baca: masing-masing dusun) dalam satu lingkungan ‘hunian tetap’ yang sudah diberikan oleh negara tersebut. Meski dalam satu lingkungan, mereka tetap menginginkan adanya pemisahanan sesuai dengan asal dusun/daerah masing-masing