Mahasiswa Psikologi bersama Tim Debat UII Juarai ALF 2015

Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Wafa’ bersama rekan satu timnya, Saiful Aziz (Hukum Islam) dan Tiyas Kurnia Sari (Akuntansi IP  dan PBI) kembali mengukir prestasi dengan meraih juara 1 dalam cabang lomba Debat Bahasa Arab pada Festival al Arabiyah lil Funun (ALF) 2015 bertema “Membangkitkan Seribu Kreatifitas Anak Bangsa dengan satu bahasa” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (14-19 September 2015), Ciputat, Jakarta. Menurut sosok yang pernah juga menyumbangkan Juara 1 pada MTQ Nasional ke-14 pada Agustus 2015,  cabang lomba debat Bahasa Arab di ALF 2015 ini diikuti oleh 10 tim yang didominasi oleh Tim dari UIN Syarif Hidayatullah yang mewakili dari beberapa fakultas berbeda.

“Alhamdulillah , secara khusus saya senang dan bahagia, meskipun menyadari bahwasanya saya dan teman2 debat saya sebaiknya melakukan kaderisasi. Saat ini kami mengkader beberapa mahasiswa di lomba lomba selain debat, seperti pidato bahasa arab, menyanyi bahasa arab, essay bahasa arab, kaligrafi , puisi bahasa arab dan dongeng bahasa arab. Untuk persiapan, alhamdulillah kami mulai dari membaca panduan perlombaan yang disebar oleh panitia dan dilanjutkan dengan bimbingan.. dari senior atau alumni uii yang pernah mengikuti lomba seperti ini sebelumnya -meski belum semaksimal yang diharapkan- mengingat waktunya yang “mepet” dengan tahun ajaran baru”, ungkap Wafa’

Menurut Wafa’, ada 4 tim yang berhasil masuk ke babak semi final, yakni tim debat dari UII, INI Dalwa, FDI UIN Syarif Hidayatullah, dan BSA UIN Syarif Hidayatullah. Pada babak perempat final ini, Tim Debat FDI UIN Syarif Hidayatullah bertemu dengan Tim Debat INI Dalwa. Sedangkan Tim Debat UII bertemu dengan BSA UIN Syarif Hidayatullah yang mendebatkan perihal “Sistem Monarki Lebih Baik dari Sistem Demokrasi” . Lomba debat sendiri menurut Wafa’ mengikuti sistem MQK (musabaqah qiroatil kutub) yang cukup berbeda dengan sistem yang dipakai di MTQN UI, FTT UI maupun FKA UGM dan debat ASEANB.

Dalam proses tersebut, Wafa’ mengaku memiliki beberapa catatan terhadap penyelenggara lomba, seperti molornya waktu pelaksanaan, adanya beberapa kesalahan dalam pengumuman hasil juara serta setting penutupan yang kurang kondusif. Tidak adanya babak lanjutan dari hasil debat di perempat final tersebut juga menjadi catatan tambahan yang dinilainya kurang fair.

“Harapan saya secara khusus, mahasiswa uii yang mayoritas berasal dari pesantren sebaiknya bisa menghargai kemampuannya berbahasa arab (baca: dengan mengikuti lomba-2 yang ada kaitannya dengan Bahasa Arab). Kami selalu bisa merasa bangga karena kami dapat mewakili UII, walaupun bukan atas nama ukm tertentu ataupun jurusan Bahasa Arab. Mohon doa suksesnya -amanah besar bagi kami yang sudah mencoba untuk mengembangkan Bahasa Arab melalui perlombaan- untuk bisa membentuk komunitas khusus dalam pengembangan Bahasa Arab yang terbuka luas bagi seluruh mahasiswa UII. Dan semoga untuk beberapa tahun kedepan bisa menyelenggarakan acara yang sama di UII tercinta”, ungkapnya.

Wafa’ juga berpendapat bahwa sebaiknya antara CLI dan AEC (dua komunitas bahasa asing di UII) bisa saling melengkapi dan bekerjasama dalam pengembangan Bahasa Arab dan bahasa asing. “untuk Psikologi saya juga ingin berkontribusi lebih.. masih in progress..”, pungkasnya.