Dekan Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia (UPI) Padang, alumni Prodi Psikologi FPSB

Herio Rizki Dewinda, M.Psi., Psikolog merupakan alumni Prodi Psikologi (S1) dan juga lulusan Magister Psikologi Profesi (S2) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang saat ini mendapat kepercayaan/amanah sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia (UPI) Padang. Karirnya pun terbilang cukup cepat. Usai diwisuda dan diambil sumpahnya sebagai seorang Psikolog (S2) awal Juni tahun 2013, dirinya langsung diterima sebagai dosen tetap. Kemudian pada bulan Agustus 2014 atau tepat di usianya yang ke-29 tahun dirinya mendapat kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai Dekan. Usia tersebut 3 tahun lebih muda dari Dekan termuda di Indonesia (FE UI) yang pernah ada.

“Adanya amanah yang diberikan sekarang merupakan kepercayaan dari civitas yang memang berat jika dirasakan namun wajib untuk dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Tentu saja dengan niat ibadah dan bekal keilmuan yang saya peroleh ketika menimba ilmu di UII serta pembelajaran secara berkelanjutan, insya Allah akan memberikan kesanggupan bagi saya dalam menjalankannya”, ungkap suami dari Ummil Khairiyah, M.Psi., Psikolog yang juga ayah dari Shanum Athifa Dekhari itu.

Selain punya hobi travelling, browsing internet dan menyukai makanan tradisional, pemilik sapaan akrab ‘Rio’ yang lahir di Tanjung Pati, 9 Agustus 1985 ini ternyata juga sangat menghargai waktu dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari motto hidupnya yang sederhana namun sarat pesan; ‘Satu inchi waktu sama dengan satu inchi emas, tetapi satu inchi emas tidak bisa menggantikan satu inchi waktu’. Oleh karenanya, Rio mengajak setiap individu agar dapat memanfaatkan setiap kesempatan yang dimiliki dengan sebaik mungkin.

Proposal-s

Isikan sesuai dengan data yg benar

Pendaftaran Formulir Tugas Akhir

Kepada Mhs Tingkat Akhir Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Berikut disediakan formulir online untuk keperluan pendataan, silahkan diisi sesuai dengan formullir yang diajukan:

 

 

Proposal Skripsi

http://form.jotform.me/form/50631614767457

Konferensi Nasional Psikologi Islami Prodi Psikologi FPSB

Dalam rangka meng-gaung-kan konsep Psikologi Islami yang masih sedikit peminatnya, program Studi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar ‘The 1st National Conference on Islamic Psychology (NCIP) dan The 1st Inter-Islamic University Conference on Psychology (IIUCP), 27-28 Februari 2015 di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta. Hadir sebagai pembicara dalam Konferensi Nasional Psikologi Islami tersebut diantaranya adalah Prof. Dr. Anies Baswedan (Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah RI), Prof. Dr. Mahfud MD (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI sekaligus Guru Besar Tata Negara FH UII), Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS (Guru Besar Patologi FK. Univ. Airlangga), Dr. H. Fuad Nashori, M.Si., Psi (Direktur Program Magister Psikologi Profesi FPSB UII), Drs. Subandi, Ph.D (Ketua PP Asosiasi Psikologi Islam-API), dan H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog (dosen Prodi Psikologi FPSB UII yang konsen pada penelitian Profetik Leadership). Secara resmi kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor I UII, Dr. Ing. Ir. Ilya Fajar Maharika, MA, IAI yang sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.

Dalam paparannya, Prof. Anies Baswedan menegaskan perlunya membangun karakter pemimpin yang didasarkan pada sifat kepemimpinan kenabian, seperti sidik, amanah, tabligh dan fathanah. Dari sifat kepemimpinan tersebut, saat ini yang perlu ditekankan untuk didorong adalah sifat amanah. Hal ini penting dalam rangka memunculkan kembali kepercayaan antar masyarakat maupun masyarakat dengan pemimpin (pemerintah).

“Indonesia membutuhkan ikhtiar serius untuk melakukan pengembalian kepercayaan di masyarakat kita. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan berame-rame dan jika ada kepemimpinan yang dipercaya. Maka saat ini yang mendasar untuk dimunculkan di Indonesia dari kita semua adalah AMANAH. Trust (kepercayaan) itu mungkin bisa dimunculkan dan rasanya bisa dibangun”, ungkapnya.

Lebih jauh, inspirator ‘Indonesia Mengajar’ tersebut memberikan rumusan simpel dalam membangun kepercayaan, yakni :

Trust=Competence+Integrity+Intimacy (kedekatan)-Self Interest.

“Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa dipercaya. Seorang pemimpin dia harus mempunyai follower (pengikut) yang hadir karena apa yang dikatakan dan diperbuat oleh pemimpin tersebut dipercaya. Ini hal yang paling penting untuk di dorong. Diantara keduanya haruslah ada trust. Maka seorang leader mendapat kepercayaan dari followernya untuk membuat sebuah keputusan/kebijakan. Akan tetapi jika dalam perjalanannya ada kebijakan yang salah, maka trust itu bisa ditarik dan diberikan kepada orang lain. Mengelola trust itu dibutuhkan leadership dan followership. Leader tidak akan pernah ada tanpa adanya follower. Beri waktu (kepada leader) untuk membuat sebuah kebijakan/langkah. Tidak ada sebuah langkah yang selalu bisa dinilai saat itu juga. Ini sering sekali dalam konteks keseharian kita dimana kita sering menilai seakan-akan menilai hanya dalam frame saat ini saja. Maka saya sering mengatakan bahwa saya dalam banyak hal tidak khawatir dengan opini hari ini, tapi khawatir dengan opini para sejarawan masa depan. Krn mrk akan membaca peristiwa hari ini dalam konteks waktu dan lebih jernih dalam memasukan seluruh faktor”, tambahnya.

Di akhir paparannya, Prof. Anies berharap agar ke depan akan ada proses penumbuhan kedewasaan di Indonesia, baik dalam memunculkan bibit-2 leadershipnya maupun kepemimpinan untuk memunculkan kesadaran followershipnya.

Sementara Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Dr. Mahfud MD dalam kesempatan tersebut mengkritisi kepemimpinan saat ini yang dianggap gagal, khususnya dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Menurutnya, sampai sekarang proses penegakan hukum tersebut ada kemungkinan mundur total, sementara jual beli kasus masih marak terjadi. Hal tersebut tidak terjadi di jaman rasul karena rasul menegakan hukum dengan benar. Indonesia harus belajar untuk ini.

Beliau juga menambahkan tentang kriteria seorang pemimpin yang baik, seperti beriman, berani dan bersih. Ketiganya merupakan paket yang tidak bisa dipisahkan. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki warisan konsep kepemimpinan dari nenek moyang yang sangat baik dan sama dengan yang diajarkan oleh Islam yang disebut sebagai Hasta Brata yakni, ‘surya (matahari-ketegasan), candra (rembulan-lambang empati), kartika (bintang-memberi arah), buwana (bumi-konsisten), angkasa (lapang-terbuka terhadap kritik, masukan, informasi), bayu (angin-selalu menyejukan), banyu (air-menyuburkan/memberi harapan), geni (api-ketegasan dalam mengakan hukum). “intinya adalah itu, tapi yang terpenting adalah memang revolusi mental”, tandasnya.

Materi kepemimpinan kenabian secara lebih detil disampaikan oleh H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog yang menyampaikan hasil penelitiannya yang sudah dirintis sejak tahun 2006 silam. Menurutnya seorang pemimpin harus terlebih dahulu bisa memimpin dirinya sendiri, baru memimpin orang lain untuk mencapai tujuannya di dunia dan di akhirat dengan meneladani kepemimpinan para nabi.

Di sesi kedua, Prof. Suhartono Taat Putra menyampaikan paparan tentang peran Islam terhadap perubahan psikoneuroimunologis yang dimulai dengan bahasan tentang agama (konsepsi, persepsi, emperi), moral-akhlak, kecerdasan otak sehat, perilaku yang berkepribadian dan berkebudayaan, komposisi tubuh manusia, gaya hidup sehat, dan terapi sel panca.

Perkembangan penerapan Psikologi Islami menjadi kajian berikutnya yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Psikologi Islami (API), Drs. Subandi yang disusul kemudian dengan paparan dari Dr. H. Fuad Nashori tentang Intervensi Psikologi Islami.

Pada hari kedua, selain menggelar presentasi ‘call for paper’ bertema ‘Psikologi Islam Menjawab Problematika Integritas, Kepemimpinan dan Kesejahteraan’, Prodi Psikologi juga menggelar workshop ‘Islamic Motivation Training’ yang diampu oleh Dr. Bagus Riyono, MA.

proposal

Loading…

Tasyakuran Akreditasi Prodi Psikologi

Pandailah untuk bersyukur (baca: mudah mensyukuri setiap nikmat yang sudah dimiliki). Dengan bersyukur tersebut insya Allah akan memudahkan kita untuk mendapatkan kenikmatan lainnya. Kita bisa bersyukur dengan cara melakukan kebaikan pada bidang kita masing-masing. Apabila kita senantiasa bersyukur dalam keadaan bahagia, maka Allah akan mengingat kita (baca: memberikan nikmat-Nya) saat kita sedih. Demikian pesan penting yang disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Indonesia, Dr. Harsoyo, M.Sc saat memberikan sambutan di acara Tasyakuran Akreditasi (A) Prodi Ilmu Komunikasi dan Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 2 Februari 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII. Sedangkan Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie dalam sambutannya berharap agar raihan akreditasi A tersebut dapat meningkatkan motivasi dan kontribusi prodi pada masyarakat secara lebih luas lagi.

Ust. Dr. Supriyanto Pasir pun dalam tausiyahnya mengajak civitas akademika FPSB UII untuk pandai bersyukur atas semua karunia Allah. Menurutnya siapa saja yang bersyukur kepada Allah, maka sebenarnya dia bersyukur untuk diirinya sendiri. Siapa yang bersyukur, akibat baiknya adalah untuk dirinya sendiri dan bukan untuk Allah. Demikian juga sebaliknya. Siapa yang pandai bersyukur, maka akan ditambah nikmatnya. Namun untuk yang tidak bersyukur, maka adzab Allah sangatlah pedih. Dengan syukur maka seseorang juga berarti sudah mengikatkan diri dengan rizki yang Allah berikan (rizki akan terus bertambah). Ust. Supriyanto Pasir juga mengajak jamaah untuk berhati-hati agar tidak terjebak dengan riya’ dan syirik dalam beribadah, baik secara langsung ataupun melalui berbagai media yang ada (medsos, sms, dll).

Selain diisi dengan pengajian, tasyakuran juga diisi dengan hiburan Stand Up Comedy yang dibawakan secara apik oleh Raditya Adipramono, S.S., M.Pd bersama bonekanya yang bernama Lola. Acara diakhiri makan bersama dengan menu bakso dan nasi kucing serta rujak es krim.

Prodi Psikologi UII Kembali Meraih Akreditasi A

Pada tanggal 15 januari 2015, Badan Akreditasi Nasional – Pendidikan Tinggi (BAN-PT) merilis hasil penilaian akreditasi untuk Jenjang S1 Program Studi Psikologi UII. Penilaian tersebut menunjukkan nilai A dengan skor 367 bagi akreditasi Prodi Psikologi UII. Penilaian ini diberikan berdasarkan proses desk evaluation yang dilakukan berdasarkan isian borang yang telah dikirimkan sebelumnya dan visitasi (kunjungan langsung) yang dilakukan asesor dari BAN-PT pada tanggal 25-26 September 2014.

Pihak Universitas, Fakultas, maupun Prodi menyambut gembira hasil penilaian yang diberikan oleh BAN-PT. Hal ini menunjukkan, bahwa secara kualitas, berbagai indikator layanan kependidikan yang diberikan Prodi Psikologi lain telah dapat disejajarkan dengan Prodi Psikologi berbagai kampus terbaik yang ada di Indonesia. Indikator ini meliputi tata kelola, kurikulum, sarana-prasarana, bidang kemahasiswaan dan alumni, pendanaan, dan jumlah serta kualitas hasil publikasi, penelitian dan dan pengabdian masyarakat. Dalam hal kerjasama internasional, prodi Psikologi yang telah melakukan joint research antara lain dengan Zhejiang University, China, Leipzig University, Jerman dan University of Applied Science, Zwickau, Jerman.

Hasil evaluasi ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari berbagai program unggulan yang terus dikembangkan oleh pengelola Prodi Psikologi dan Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII. Beberapa program unggulan yang dikembangkan oleh Prodi Psikologi antara lain pengembangan Personal Development Planning System (PDPS) sebagai panduan karir bagi mahasiswa, adanya SAP (System Application and Product in Data Processing) guna memberikan ketrampilan dalam menggunakan software SAP Human Capital Management dalam hal pengelolaan sumber daya manusia melalui sistem informasi, pengembangan keterampilan belajar dan riset bagi mahasiswa, penyediaan dukungan dana penelitian bagi dosen, dan pengabdian masyarakat pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi Merapi berbasis penelitian. Berbagai program ini dipandang memberikan efek bagi peningkatan kualitas Prodi yang tercakup dalam indikator penilaian akreditasi oleh BAN-PT.

Saat ini Prodi Psikologi sedang dalam proses evaluasi kurikulum dimana untuk kedepannya roh atau inti prodi Psikologi adalah Psikologi Islami. Jika sebelumnya psikologi islami hanya muncul dalam satu mata kuliah, kedepannya semua mata kuliah juga akan bernuansa psikologi islami. Selain tertuang dalam kurikulum, psikologi islami ini juga akan mendasari penelitian dosen dan mahasiswa serta kegiatan pendukung lain yaitu NCIP (National Conference Islamic Psychology). NCIP ini adalah konferensi psikologi islami pertama yang diselenggarakan oleh prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia pada tanggal 27-28 Februari 2015 di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta.

Mengacu pada diperolehnya nilai A dalam akreditasi oleh BAN-PT, Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi selaku Ketua Prodi Psikologi menekankan bahwa selain terus menjaga agar akreditasi nasional tetap A, Prodi Psikologi UII juga perlu berkomitmen dan bekerja keras untuk meraih akreditasi di level Internasional. Diperolehnya akreditasi A ini, kiranya dapat menjadi pintu masuk untuk terus mengembangkan diri dengan mengarah pada kriteria pendidikan psikologi yang tersertifikasi di level Internasional.

Peran Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Anak Kolokium Prodi Psikologi FPSB

Selain pola asuh orangtua, kenyamanan lingkungan psikologis (kehangatan dalam rumah tangga) juga sangat berpengaruh pada perkembangan karakter dan kepribarian seorang anak. Hal ini diungkapkan oleh Ery Surayka Puspa Dwi, Psikolog saat menyampaikan materi kolokium tentang ‘Kasus Klinis dalam Praktek Psikologi’ yang diselenggarakan oleh Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu, 31 Desember 2014 di R. Audiovisual .

Lebih jauh pemilik panggilan akrab Ibu Dwi ini berbagi pengalamannya saat melaksanakan tugas sebagai seorang Psikolog. Banyak kasus psikologis yang sudah berhasil ditangani dengan baik, seperti psikosomatis, stress, kecemasan, schizophrenia, psikotik, depresi-trauma, phobia, panic attack, gangguan tingkah laku pada anak (gangguan belajar, gangguan bahasa, slow learner, gangguan emosi, gangguan pervasif, sibling rivalry, dll) , gangguan dalam pergaulan (minder, tidak pede, jomblo, dll), anak berkebutuhan khusus, (gifted, jenius, indigo, autis, retardasi mental, down syndrom, ADHD, dll), obesitas, substance abuse, quit smoking, PSTD, kesurupan, perselingkuhan, drugs abuse, kleptomania, disleksia, dan masih banyak lagi.

Dari gangguan-gangguan atau kasus psikologis tersebut di atas yang terjadi pada usia dewasa awal lebih banyak merupakan implikasi dari pola asuh atau kondisi lingkungan psikologis yang diberikan oleh orangtua. Ibu Dwi juga menambahkan bahwa dalam beberapa kasus tertentu intervensi dilakukan juga dengan menggunakan teknik hypnotherapy.

Profesionalisme Guru PAUD Kolokium Psikologi FPSB

“Jika kita ingin memasukkan anak ke sekolah PAUD, makan kita perlu menghitung proporsional jumlah guru pembimbing dengan kapasitas (jumlah) siswa yang ditawarkan. Hal ini penting untuk menjamin bahwa anak kita mendapatkan bimbingan yang baik”. Demikian ungkap Rieka Apriyani, S.Psi saat memberikan materi kolokium “Profesionalisme Guru PAUD” yang diselenggarakan Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa, 23 Desember 2014. Acara yang berlangsun di GKU. Prof. Dr. Sardjito, M.P.H Kampus Terpadu UII ini dimoderatori oleh Resnia Novitasari, S.Psi., MA.

Direktur ‘Sekolah Primagama’ KB-TK dengan 32 cabang di seluruh Indonesia yang juga alumni Prodi Psikologi FPSB UII mengawali paparannya dengan menyampaikan 4 standar kompetensi yang harus dimiliki guru menurut UU No. 14 tahun 2005, yakni kompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan guru dalam merancang, mengelola dan menilai pembelajaran anak didik serta memberikan motivasi dan penguatan pada anak didik (verbal dan non verbal), kompetensi kepribadian yang berkait erat dengan sikap, akhlak dan keteladanan, kompetensi sosial yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara intensif dan efisien dengan seluruh warga sekolah serta kompetensi profesional yang berhubungan dengan penguasaan pembelajaran secara luas dan terintegrasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Tak jauh berbeda dengan standar kompetensi tersebut, seorang guru PAUD profesional menurut Rieka juga harus mampu merancang, melaksanakan dan menyusun laporan penelitian, mampu berinovasi dalam mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak serta mampu memahami materi ajar sesuai dengan kurikulum PAUD dan mengintegrasikannya dengan materi lain yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Pengasuh rubrik di koran Harjo dan Republika ini juga menambahkan bahwa seorang guru PAUD haruslah memiliki kesukaan dalam mengamati perilaku anak (dengan cermat), suka menjadi pendengar yang baik, suka menjalin hubungan intensif yang baik dengan anak, mampu berempati dan menempatkan diri pada posisi anak, suka memberikan kesempatan pada anak, memiliki ketegasan yang hangat, suka menggunakan bahasa anak, suka menggunakan alat peraga, dan lain sebagainya.

Terkait dengan pendirian lembaga PAUD menurutnya ada beberapa modal yang harus dipersiapkan, yakni membuat tujuan, misi dan misi, mempersiapkan kurikulum, membuat segmentasi peserta didik, menyiapkan sarana dan prasarana, menyiapkan biaya pendidikan, serta menyiapkan sistem evaluasi evaluasi peserta didik.

“Kesabaran, keikhlasan, serta doa merupakan bagian yang tak terpisahkan ketika Anda berkomunikasi dengan anak”, pungkasnya.