Dalam rangka meng-gaung-kan konsep Psikologi Islami yang masih sedikit peminatnya, program Studi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar ‘The 1st National Conference on Islamic Psychology (NCIP) dan The 1st Inter-Islamic University Conference on Psychology (IIUCP), 27-28 Februari 2015 di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta. Hadir sebagai pembicara dalam Konferensi Nasional Psikologi Islami tersebut diantaranya adalah Prof. Dr. Anies Baswedan (Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah RI), Prof. Dr. Mahfud MD (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI sekaligus Guru Besar Tata Negara FH UII), Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS (Guru Besar Patologi FK. Univ. Airlangga), Dr. H. Fuad Nashori, M.Si., Psi (Direktur Program Magister Psikologi Profesi FPSB UII), Drs. Subandi, Ph.D (Ketua PP Asosiasi Psikologi Islam-API), dan H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog (dosen Prodi Psikologi FPSB UII yang konsen pada penelitian Profetik Leadership). Secara resmi kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor I UII, Dr. Ing. Ir. Ilya Fajar Maharika, MA, IAI yang sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.
Dalam paparannya, Prof. Anies Baswedan menegaskan perlunya membangun karakter pemimpin yang didasarkan pada sifat kepemimpinan kenabian, seperti sidik, amanah, tabligh dan fathanah. Dari sifat kepemimpinan tersebut, saat ini yang perlu ditekankan untuk didorong adalah sifat amanah. Hal ini penting dalam rangka memunculkan kembali kepercayaan antar masyarakat maupun masyarakat dengan pemimpin (pemerintah).
“Indonesia membutuhkan ikhtiar serius untuk melakukan pengembalian kepercayaan di masyarakat kita. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan berame-rame dan jika ada kepemimpinan yang dipercaya. Maka saat ini yang mendasar untuk dimunculkan di Indonesia dari kita semua adalah AMANAH. Trust (kepercayaan) itu mungkin bisa dimunculkan dan rasanya bisa dibangun”, ungkapnya.
Lebih jauh, inspirator ‘Indonesia Mengajar’ tersebut memberikan rumusan simpel dalam membangun kepercayaan, yakni :
Trust=Competence+Integrity+Intimacy (kedekatan)-Self Interest.
“Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa dipercaya. Seorang pemimpin dia harus mempunyai follower (pengikut) yang hadir karena apa yang dikatakan dan diperbuat oleh pemimpin tersebut dipercaya. Ini hal yang paling penting untuk di dorong. Diantara keduanya haruslah ada trust. Maka seorang leader mendapat kepercayaan dari followernya untuk membuat sebuah keputusan/kebijakan. Akan tetapi jika dalam perjalanannya ada kebijakan yang salah, maka trust itu bisa ditarik dan diberikan kepada orang lain. Mengelola trust itu dibutuhkan leadership dan followership. Leader tidak akan pernah ada tanpa adanya follower. Beri waktu (kepada leader) untuk membuat sebuah kebijakan/langkah. Tidak ada sebuah langkah yang selalu bisa dinilai saat itu juga. Ini sering sekali dalam konteks keseharian kita dimana kita sering menilai seakan-akan menilai hanya dalam frame saat ini saja. Maka saya sering mengatakan bahwa saya dalam banyak hal tidak khawatir dengan opini hari ini, tapi khawatir dengan opini para sejarawan masa depan. Krn mrk akan membaca peristiwa hari ini dalam konteks waktu dan lebih jernih dalam memasukan seluruh faktor”, tambahnya.
Di akhir paparannya, Prof. Anies berharap agar ke depan akan ada proses penumbuhan kedewasaan di Indonesia, baik dalam memunculkan bibit-2 leadershipnya maupun kepemimpinan untuk memunculkan kesadaran followershipnya.
Sementara Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Dr. Mahfud MD dalam kesempatan tersebut mengkritisi kepemimpinan saat ini yang dianggap gagal, khususnya dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Menurutnya, sampai sekarang proses penegakan hukum tersebut ada kemungkinan mundur total, sementara jual beli kasus masih marak terjadi. Hal tersebut tidak terjadi di jaman rasul karena rasul menegakan hukum dengan benar. Indonesia harus belajar untuk ini.
Beliau juga menambahkan tentang kriteria seorang pemimpin yang baik, seperti beriman, berani dan bersih. Ketiganya merupakan paket yang tidak bisa dipisahkan. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki warisan konsep kepemimpinan dari nenek moyang yang sangat baik dan sama dengan yang diajarkan oleh Islam yang disebut sebagai Hasta Brata yakni, ‘surya (matahari-ketegasan), candra (rembulan-lambang empati), kartika (bintang-memberi arah), buwana (bumi-konsisten), angkasa (lapang-terbuka terhadap kritik, masukan, informasi), bayu (angin-selalu menyejukan), banyu (air-menyuburkan/memberi harapan), geni (api-ketegasan dalam mengakan hukum). “intinya adalah itu, tapi yang terpenting adalah memang revolusi mental”, tandasnya.
Materi kepemimpinan kenabian secara lebih detil disampaikan oleh H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog yang menyampaikan hasil penelitiannya yang sudah dirintis sejak tahun 2006 silam. Menurutnya seorang pemimpin harus terlebih dahulu bisa memimpin dirinya sendiri, baru memimpin orang lain untuk mencapai tujuannya di dunia dan di akhirat dengan meneladani kepemimpinan para nabi.
Di sesi kedua, Prof. Suhartono Taat Putra menyampaikan paparan tentang peran Islam terhadap perubahan psikoneuroimunologis yang dimulai dengan bahasan tentang agama (konsepsi, persepsi, emperi), moral-akhlak, kecerdasan otak sehat, perilaku yang berkepribadian dan berkebudayaan, komposisi tubuh manusia, gaya hidup sehat, dan terapi sel panca.
Perkembangan penerapan Psikologi Islami menjadi kajian berikutnya yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Psikologi Islami (API), Drs. Subandi yang disusul kemudian dengan paparan dari Dr. H. Fuad Nashori tentang Intervensi Psikologi Islami.
Pada hari kedua, selain menggelar presentasi ‘call for paper’ bertema ‘Psikologi Islam Menjawab Problematika Integritas, Kepemimpinan dan Kesejahteraan’, Prodi Psikologi juga menggelar workshop ‘Islamic Motivation Training’ yang diampu oleh Dr. Bagus Riyono, MA.
Prodi Hubungan Internasional FPSB UII Kaji Kebijakan Luar Negeri
/in Prodi Hubungan Internasional/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;}
Dalam paparan lengkapnya, pemilik sapaan akrab ‘Bu Titik’ ini mencoba membandingkan rangkaian kebijakan dari para pemimpin bangsa Indonesia yang pertama kali (Presiden Soekarno) hingga pemimpin bangsa Indonesia saat ini yang diemban oleh Joko Widodo. Sejarah mencatat berbagai upaya para pemimpin terdahulu dalam membuat kebijakan politik luar negeri yang menyejahterakan rakyat (umum), melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan turut serta melaksanakan ketertiban dunia dan berjuang menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas dunia. Namun demikian, para pemimpin terdahulu memang belum ada yang secara serius mengelola sumberdaya laut yang ada.
“Kebijakan pemerintahan Jokowi yang ingin menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim dengan 5 pilarnya itu sangat baik. Karena memang negara kita 2/3 nya terdiri atas lautan. Tinggal bagaimana pelaksanaannya nanti. Akan memberi keuntungan bagi Negara kita (baca: jika benar dalam pengelolaannya) atau justeru malah merugikan (baca: jika salah dalam pengelolaan). Kelima pilar itu antara lain adalah 1) komitmen membangun budaya maritim Indonesia, 2) komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, 3) komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim, 4) komitmen melakukan diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerjasama pada bidang kelautan, 5) sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim. Kalian (baca: peserta kuliah pakar) adalah para penerus yang akan turut mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut”, ungkap Bu Titik.
Lebih jauh Bu Titik juga mengatakan pentingnya setiap warga negara (khususnya para nelayan) untuk dapat memahami dan mematuhi aturan internasional terkait dengan perbatasan maritim. “Terkait kebijakan menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Puji Astuti sebenarnya saya sangat miris. Saya khawatir kalau nanti ada balas dendam. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak nelayan kita yang melanggar batas-batas maritim negara lain dalam mencari ikan hanya dikarenakan ketidaktahuan mereka terhadap batas maritim”, pungkasnya.
Herio Rizki Dewinda, Dekan Termuda Asal FPSB UII
/in /by Darzan Hanan M“Adanya amanah yang diberikan sekarang merupakan kepercayaan dari civitas yang memang berat jika dirasakan namun wajib untuk dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Tentu saja dengan niat ibadah dan bekal keilmuan yang saya peroleh ketika menimba ilmu di UII serta pembelajaran secara berkelanjutan, insya Allah akan memberikan kesanggupan bagi saya dalam menjalankannya”, ungkap suami dari Ummil Khairiyah, M.Psi., Psikolog yang juga ayah dari Shanum Athifa Dekhari itu.
Selain punya hobi travelling, browsing internet dan menyukai makanan tradisional, pemilik sapaan akrab ‘Rio’ yang lahir di Tanjung Pati, 9 Agustus 1985 ini ternyata juga sangat menghargai waktu dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari motto hidupnya yang sederhana namun sarat pesan; ‘Satu inchi waktu sama dengan satu inchi emas, tetapi satu inchi emas tidak bisa menggantikan satu inchi waktu’. Oleh karenanya, Rio mengajak setiap individu agar dapat memanfaatkan setiap kesempatan yang dimiliki dengan sebaik mungkin.
FPSB Sukseskan Audit PYBW UII
/in /by Darzan Hanan MDalam sambutan di acara pembukaan audit tersebut, Pak Syamsul menyampaikan bahwa fokus audit adalah pada keuangan dan kegiatan. Pak syamsul juga menambahkan bahwa audit tahun ini berbeda dengan audit tahun lalu. Jika audit tahun lalu tidak diberi skor, maka untuk audit tahun ini hasilnya akan diberi skor. Bahkan, pihak Yayasan Badan Wakaf sudah mempersiapkan penghargaan bagi yang memperoleh skor tinggi.
Adapun aspek audit yang terkait dengan kegiatan antara lain adalah perencanaan kegiatan, pelaksanaan, capain dan juga evaluasi kegiatan yang dilakukan. Sedangkan di bidang keuangan, audit fokus pada keterserapan dana yang disesuaikan dengan realisasi RKAT ataupun capaian kegiatan.
“Hasil audit ini kita harapkan bisa untuk dijadikan sebagai dasar memperbaiki kegiatan dan evaluasi RKAT”, ungkap Pak Syamsul. Sejurus kemudian, tim segera terbagi dalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan audit di Div. Keuangan, pengelola Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), pengelola Prodi Ilmu Komunikasi, dan pengelola Prodi Psikologi.
FPSB Gelar Pelatihan Pengembangan Kemampuan Manajerial dan Kepemimpinan
/in /by Darzan Hanan M“Kegiatan itu (baca: Pelatihan Pengembangan Kemampuan Manajerial dan Kepemimpina) dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kekompakan, kerjasama dan sinergisitas antara pimpinan, sehingga nantinya dapat melaksanakan program kerja Fakultas dengan baik”. Demikian ungkap Wakil Dekan FPSB UII, Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Si saat ditanya terkait dengan penyelenggaraan ‘Pelatihan Pengembangan Kemampuan Manajerial dan Kepemimpinan’ yang diperuntukan bagi para kepala urusan (ka.ur), kepala divisi (ka.div), dan juga ketua & sekretaris program studi (ka/sek.prodi) , pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 lalu di Sungai Elo Magelang.
Konsep pelatihan sendiri diwujudkan dalam bentuk fun games usai rafting bersama menyusuri Sungai Elo Magelang selama lebih kurang 2,5 jam. “Secara keseluruhan acara kemarin berlangsung dengan baik. Mereka sudah tampak kompak dan akrab. Itu sudah cukup menjadi awal yang baik. Ke depan rencananya memang akan ada pelatihan khusus (materi)”, pungkas bu Hepi.
Tanggapan positif juga disampaikan oleh salah satu peserta, yakni Bapak Zumaroh. Menurutnya kegiatan tersebut bisa menjadi sarana membangun kerbersamaan dan kekompakan diantara peserta. “Kalau bisa rutin ya tentu lebih baik”, ungkap sosok yang saat ini mendapat amanah sebagai kepala urusan SDM FPSB UII.
DPFA Hochschule Sachen University of Applied Sciences Kembali Gandeng FPSB UII
/in Kerjasama/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Adapun konsentrasi yang akan dijadikan sebagai obyek kerjasama diantaranya adalah koordinasi kolaborasi riset (riset bersama), publikasi ilmiah, informasi maupun materi akademik, konferensi dan seminar, mengimplementasikan pertukaran mahasiswa dan tenaga kependidikan, serta kolaborasi program pengembangan akademik lainnya melalui program double degree antara kedua institusi.
Sehari sebelumnya penandatangan naskah kerjasama tersebut atau tepatnya pada hari Kamis, 5 Maret 2015, profesor yang konsen dalam bidang empati, pendidikan, pedagogi dan juga biodanza itu sempat memberikan workshop singkat tentang penggunaan alat tes Biopsikologi. Alat tes itu sendiri berguna untuk mengukur kondisi stres yang dilihat dari kondisi tubuh.
Prof . Marcus Stueck Tawarknan Kerjasama Penelitian Internasional
/in Kerjasama/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Stueck menawarkan rencana kerjasama dalam proyek/penelitian internasional bertema “Strong Roots-Teacher Health and Quality of Life” yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah konsep dalam melakukan diagnosis terhadap kesehatan dan kepuasan hidup guru, diagnosis berbasis intervensi dan juga penerapan metode untuk meningkatkan kesehatan guru dan kepuasan hidup melalui berbagai pelatihan, seperti school of empathy for teacher, children and parents, EMYK, STRAIMY, dan beberapa pelatihan lainnya.
Setidaknya, Prof. Stueck juga sudah menyiapkan 5 skema penelitian, yakni terjun langsung menggali pengalaman di sekolah-sekolah, wawancara, studi lapangan, penelitian laboratorium, dan juga intervensi. Prof. Stueck juga memperkenalkan BIOne, yakni para ilmuwan yang mengekpresikan dirinya dalam sebuah seni yang lengkap (integration of information, knowledge dan wisdom) yang memiliki 3 area, yakni psikologi, psikologi-kedokteran, dan pendidikan-etologi-antropologi-sosiologi.
Paparan yang disampaikan langsung mendapat tanggapan serius dari pengelola Prodi Psikologi dengan menyampaikan Rencana Induk Penelitian Orientasi Program Studi pesikologi UII pada Peningkatan Kualitas Hidup (Quality of Life) Masyarakat Indonesia Berbasis Nilai-nilai Ke-Islam-an. Paparan singkat disampaikan oleh Wandya Ayu Khrisna Dewi, S.Psi., MA.
Psikologi Gelar Konferensi Nasional Psikologi Islami
/in /by Darzan Hanan MDalam paparannya, Prof. Anies Baswedan menegaskan perlunya membangun karakter pemimpin yang didasarkan pada sifat kepemimpinan kenabian, seperti sidik, amanah, tabligh dan fathanah. Dari sifat kepemimpinan tersebut, saat ini yang perlu ditekankan untuk didorong adalah sifat amanah. Hal ini penting dalam rangka memunculkan kembali kepercayaan antar masyarakat maupun masyarakat dengan pemimpin (pemerintah).
“Indonesia membutuhkan ikhtiar serius untuk melakukan pengembalian kepercayaan di masyarakat kita. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan berame-rame dan jika ada kepemimpinan yang dipercaya. Maka saat ini yang mendasar untuk dimunculkan di Indonesia dari kita semua adalah AMANAH. Trust (kepercayaan) itu mungkin bisa dimunculkan dan rasanya bisa dibangun”, ungkapnya.
Lebih jauh, inspirator ‘Indonesia Mengajar’ tersebut memberikan rumusan simpel dalam membangun kepercayaan, yakni :
Trust=Competence+Integrity+Intimacy (kedekatan)-Self Interest.
“Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa dipercaya. Seorang pemimpin dia harus mempunyai follower (pengikut) yang hadir karena apa yang dikatakan dan diperbuat oleh pemimpin tersebut dipercaya. Ini hal yang paling penting untuk di dorong. Diantara keduanya haruslah ada trust. Maka seorang leader mendapat kepercayaan dari followernya untuk membuat sebuah keputusan/kebijakan. Akan tetapi jika dalam perjalanannya ada kebijakan yang salah, maka trust itu bisa ditarik dan diberikan kepada orang lain. Mengelola trust itu dibutuhkan leadership dan followership. Leader tidak akan pernah ada tanpa adanya follower. Beri waktu (kepada leader) untuk membuat sebuah kebijakan/langkah. Tidak ada sebuah langkah yang selalu bisa dinilai saat itu juga. Ini sering sekali dalam konteks keseharian kita dimana kita sering menilai seakan-akan menilai hanya dalam frame saat ini saja. Maka saya sering mengatakan bahwa saya dalam banyak hal tidak khawatir dengan opini hari ini, tapi khawatir dengan opini para sejarawan masa depan. Krn mrk akan membaca peristiwa hari ini dalam konteks waktu dan lebih jernih dalam memasukan seluruh faktor”, tambahnya.
Di akhir paparannya, Prof. Anies berharap agar ke depan akan ada proses penumbuhan kedewasaan di Indonesia, baik dalam memunculkan bibit-2 leadershipnya maupun kepemimpinan untuk memunculkan kesadaran followershipnya.
Sementara Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Dr. Mahfud MD dalam kesempatan tersebut mengkritisi kepemimpinan saat ini yang dianggap gagal, khususnya dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Menurutnya, sampai sekarang proses penegakan hukum tersebut ada kemungkinan mundur total, sementara jual beli kasus masih marak terjadi. Hal tersebut tidak terjadi di jaman rasul karena rasul menegakan hukum dengan benar. Indonesia harus belajar untuk ini.
Beliau juga menambahkan tentang kriteria seorang pemimpin yang baik, seperti beriman, berani dan bersih. Ketiganya merupakan paket yang tidak bisa dipisahkan. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki warisan konsep kepemimpinan dari nenek moyang yang sangat baik dan sama dengan yang diajarkan oleh Islam yang disebut sebagai Hasta Brata yakni, ‘surya (matahari-ketegasan), candra (rembulan-lambang empati), kartika (bintang-memberi arah), buwana (bumi-konsisten), angkasa (lapang-terbuka terhadap kritik, masukan, informasi), bayu (angin-selalu menyejukan), banyu (air-menyuburkan/memberi harapan), geni (api-ketegasan dalam mengakan hukum). “intinya adalah itu, tapi yang terpenting adalah memang revolusi mental”, tandasnya.
Materi kepemimpinan kenabian secara lebih detil disampaikan oleh H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog yang menyampaikan hasil penelitiannya yang sudah dirintis sejak tahun 2006 silam. Menurutnya seorang pemimpin harus terlebih dahulu bisa memimpin dirinya sendiri, baru memimpin orang lain untuk mencapai tujuannya di dunia dan di akhirat dengan meneladani kepemimpinan para nabi.
Di sesi kedua, Prof. Suhartono Taat Putra menyampaikan paparan tentang peran Islam terhadap perubahan psikoneuroimunologis yang dimulai dengan bahasan tentang agama (konsepsi, persepsi, emperi), moral-akhlak, kecerdasan otak sehat, perilaku yang berkepribadian dan berkebudayaan, komposisi tubuh manusia, gaya hidup sehat, dan terapi sel panca.
Perkembangan penerapan Psikologi Islami menjadi kajian berikutnya yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Psikologi Islami (API), Drs. Subandi yang disusul kemudian dengan paparan dari Dr. H. Fuad Nashori tentang Intervensi Psikologi Islami.
Pada hari kedua, selain menggelar presentasi ‘call for paper’ bertema ‘Psikologi Islam Menjawab Problematika Integritas, Kepemimpinan dan Kesejahteraan’, Prodi Psikologi juga menggelar workshop ‘Islamic Motivation Training’ yang diampu oleh Dr. Bagus Riyono, MA.
FPSB Gelar Workshop Penulisan Proposal Penelitian Bagi Dosen Muda
/in /by Darzan Hanan MSelain itu, Pak Jaka juga menambahkan pentingnya seorang peneliti untuk menguasai lapangan atau latar belakang masalah. Hal ini disinyalir akan mampu meningkatkan kuantitias maupun kualitas penelitian. “Kalau anda tahu betul masalah yang terjadi, maka anda akan dapat membuat penelitian yang berguna. Mulailah membangun roadmap penelitian sendiri sesuai bidang keahlian yang spesifik. Spesialisasi itu penting!”, tandasnya. Sebuah penelitian yang baik agar layak dipublikasikan secara berkala menurutnya juga harus memiliki kebaruan, metode maupun publikasi paper.
Secara teknis Pak Jaka juga menyampaikan beberapa hal penting dalam membuat judul penelitian, membuat pendahuluan (latar belakang-rumusan masalah-tujuan penelitian), kajian pustaka, metode penelitian, daftar pustaka hingga jadwal dan anggaran penelitian. Disesi akhir, Pak Jaka menyampaikan materi Etika Penulisan Karya Ilmiah yang membahas plagiasi/plagiarisme dengan disertai beberapa kasus yang terjadi, seperti kasus Presiden Hongaria maupun Menteri Pendidikan Nasional Jerman. Bahkan dalam rentang tahun 2012-2013 ada sekitar 100 dosen setingkat lektor, lektor kepala, maupun guru besar di Indonesia yang tertangkap melakukan plagiarisme. Untuk mengantisipasi hal tersebut, materi penanggulangan plagiasi pun turut disampaikan kepada peserta.
Mappro FPSB Gelar Sumpah Periode XXII
/in /by Darzan Hanan MDalam kesempatan tersebut Pak Helly sempat juga menyampaikan adanya kasus hukum yang pernah melibatkan kesaksian seorang Psikolog dengan tidak mengindahkan asas praduga tak bersalah. Beliau juga mengkritisi adanya proses praperadilan yang saat ini lebih terkait dengan proses teknis dan bukan materinya.
Sementara Rektor Universitas Islam Indonesia, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam sambutannya menegaskan semakin banyaknya stressor yang saat ini melanda Indonesia, tak terkecuali yang berkait erat dengan dunia perpolitikan. “Disini peran psikolog yang sangat penting dalam memberi rasa nyaman di sekitar kita”, ungkapnya. Rektor juga menegaskan kembali agar para alumni dalam kiprahnya senantiasa melandasinya dengan niatan sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT.
Nilai Lebih Lulusan FPSB UII
/in /by Darzan Hanan MMenurut alumni Prodi Psikologi FPSB UII angkatan 2008 itu, usai studi S1 para alumni memiliki beberapa alternatif rencana lanjutan yang semuanya secara prinsip adalah baik, seperti studi lanjut S2, bekerja dilembaga/institusi atau pun berwirausaha. “Kalian harus bisa mengejar mimpi kalian yang juga menjadi passion kalian”, tambahnya.
Kepada mereka yang berencana untuk studi lanjut S2, pemiliki sapaan Anisia tersebut berbagai informasi seputar program beasiswa yang bisa diraih, seperti Beasiswa LPDP, AMINEF (Amerika), AUS AID (Australia), Visit Japan Foundation (Jepang), Erasmus Mundus (eropa), Chevening (inggris) dan beberapa beasiswa lainnya.
Sedang bagi mereka yang ingin melanjutkan dengan bekerja di sebuah perusahaan, lembaga, atau instansi, staf HRD Coorporate PT. Tempo Scan Pacific. Tbk, Jakarta ini memberikan beberapa tip dalam memenangkan persaingan, seperti pembuatan CV (Curriculum Vitae) yang ‘menjual’, cara berpenampilan saat mengikuti atau menghadiri seleksi, mempersiapkan pengetahuan tentang perusahaan yang akan dituju (dilamar), ataupun cara menjawab pertanyaan saat seleksi wawancara.
Acara diakhiri dengan sambutan dari ketua IKAPSI (Ikatan Keluarga Alumni Psikologi) FPSB UII, Rocky Valentino, S.Psi., M.Psi.