Sebagai salah satu disiplin bidang ilmu yang memiliki kedekatan dengan dinamika pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan kuliah pakar (MK. Seminar Psikologi Pendidikan) bertema Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus pada akhir April 2015 lalu di Auditorium FPSB UII. Kuliah pakar yang menghadirkan pemateri seorang ahli pendidikan siswa berkebutuhan khusus, H. Sudardjo, M.Pd tersebut setidaknya diharapkan mampu menambah pengetahuan para mahasiswa Psikologi (konsentrasi Psikologi Pendidikan) tentang layanan ataupun intervensi yang tepat terkait pendidikan bagi ABK.
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang lebih luas dibandingkan dengan anak luar biasa menjadi pembuka paparan H. Sudardjo. Menurutnya, ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut. ABK sendiri menurut para ahli (Heward) bisa dibagi dalam 2 kategori, yakni ABK yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan ABK bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.
Adapun beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain adalah faktor lingkungan, faktor dari dalam diri anak dan faktor kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak. Sementara dari sisi gangguan atau kelainan ABK dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain, aspek gangguan kognitif seperti retardasi mental, ataupun anak unggul (berbakat), aspek bahasa dan bicara, aspek pendengaran, aspek penglihatan dan juga aspek sosial-emosi.
Masih menurut H. Sudardjo bahwa untuk mencapai perkembangan yang optimal, ABK membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan khusus terkait dengan perbedaan dari masing-masing anak, baik dalam kecepatan belajar (memahami pelajaran) maupun cara belajar (cara memahami pelajaran). “Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus. Sebagian orang istilah ABK masih dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi”, ungkapnya.
H. Sudardjo juga menambahkan bahwa saat ini sedang terjadi proses tranformasi pemikiran dari konsep Pendidikan Luar Biasa/PLB (special education) ke konsep pendidikan kebutuhan khusus (special needs education). “Terdapat perbedaan orientasi antara Pendidikan Luar Biasa/PLB dengan pendidikan kebutuhan khusus. Konsep pendidikan kebutuhan khusus saat ini dipandang sebagai sebuah pemikiran yang bersifat holistik, anak dipandang sebagai individu yang utuh, setiap anak memiliki hambatan untuk berkembang dan hambatan dalam belajar yang bervaraiasi. Menurut paham ini pembelajaran seharusnya perpusat pada anak untuk membantu menghilangkan hambatan belajar dan hambatan perkembangan, sehingga kebutuhan belajar setiap anak dapat dipenuhi. Diperlukan pemahaman yang baik dan benar mengenai Anak kebutuhan khusus (ABK) dan Pendidikan Kebutuhan Khusus”, imbuhnya.
Dari uraian tersebut diharapkan setiap orang memiliki sikap positif dan pendirian tentang keragaman yang dimiliki oleh seiap anak dan merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima dengan penuh lapang dada dan mengakomodasi pembelajaran mereka melalui sekolah.
HI Kaji Diplomasi Multilateral Indonesia
/in /by Darzan Hanan MDalam sambutannya, Dekan FPSB UII berharap agar usai pelatihan nantinya mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kelak saat menjadi seorang diplomat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai Islam di kancah regional maupun internasional serta dalam setiap aktivitas yang dilakukan.
Hal tersebut juga senada dengan harapan yang disampaikan oleh Hasan Kleib. Beliau berharap agar kelak para mahasiswa lulusan Prodi HI UII yang mendapat amanah sebagai seorang diplomat mampu memberi warna Islam di kancah pergaulan regional maupun internasional. Dalam kesempatan tersebut, Hasan Kelib juga memberikan gambaran tentang struktur organisasi di tubuh PBB yang dinilainya cukup demokratis maupun kondisi Dewan Keamanan PBB yang dinilainya sangat tidak demokratis. Hasan Kleib juga banyak menyampaikan pengalamannya sebagai seorang diplomat saat menghadiri sidang-sidang penting di tingkat ASEAN maupun dunia (PBB) dengan mengemban kepentingan negara (RI).
Bahkan, Hasan Kleib juga berbagi tips-cara dalam mengambil sebuah pilihan pada ‘voting yang rumit’ (baca: voting yang dipaksanakan karena kondisi tertentu oleh pemimpin sidang sementara kita sebagai perwakilan-diplomat belum mendapat amanat-petunjuk dari kementerian ataupun Presiden). “Dalam kondisi demikian, maka ‘abstain’ menjadi pilihan yang terbaik sembari menunggu mandat atau petunjuk dari kementerian-presiden. Jika mandat sudah didapatkan, maka keputusan ‘abstain’ tersebut bisa disodorkan kembali (baca: revisi). Hal ini lebih elegan dibanding dengan kita memilih pilihan yang ternyata tidak sesuai dengan kepentingan negara kemudian berniat mengganti/membatalkan pilihan tersebut. Jika ini terjadi, maka kita akan dianggap inkonsistensi atau plin-plan”, ungkapnya.
Hasan Kleib juga mengingatkan kepada peserta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat diperhitungkan oleh dunia. Indonesia adalah negara besar yang sangat berpengaruh. “Jadi, jika kelak Anda menjadi diplomat dan harus menghadiri sidang regional-internasional, Anda tidak perlu minder. Anda mewakili negara yang besar”, tambahnya. Terkait dengan isu teorisme, Hasan Kelib menyampaikan bahwa definisi terorisme sampai saat ini belum menemui titik temu-titik sepakat. Contohnya adalah kasus Hamas-Israel. Bagi negara barat, Hamas bisa jadi dianggap sebagai teroris, tapi bagi negara lain maka Hamas adalah pejuang kemerdekaan bagi negaranya.
FPSB Gathering ke Bromo-Malang
/in /by Darzan Hanan MDalam pelaksanaannya terdapat 2 titik keberangkatan rombongan pada hari Jumat pagi, 29 Mei 2015 tersebut, yakni di Kampus Terpadu UII bagi yang menghendaki berangkat dengan menggunaka moda trasportasi Bus dan Stasiun Kereta Api Lempuyangan bagi yang menghendaki berangkat dengan moda transportasi kereta api.
Pada Jumat sore (29 Mei 2015) rombongan tiba di Hotel Purnama dan Bromo view untuk beristirahat. Khusus untuk rombongan yang memilih wisata ke Gunung Bromo, mereka hanya menikmati istirahat sejenak karena harus segera melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo pada tengah malam. Sedangkan yang memilih wisata di seputar kota Malang, baru memulai perjalanan wisata pada hari ke-2/keesokan harinya (Sabtu) dengan tujuan Jatim Park 1 hingga sore hari. Pada malam hari ke-2 itu juga diadakan acara ramah tamah, permainan, pembagian doorprize dan juga melepaskan lampion ke udara.
Pada hari ke-3 (Ahad), rombongan secara bersama-sama melanjutkan perjalanan ke obyek wisata Jatim Park 2, Museum Angkut dan langsung bertolak kembali ke Jogjakarta. Senin, 1 Juni 2015 seluruh rombongan tiba kembali ke Jogjakarta dengan selamat. Alhamdulillah..
PBI Tindak Lanjuti Workshop Rebranding
/in /by Darzan Hanan MDalam diskusi ini, masing-masing tim proses re-branding yang pernah dibentuk mempresentasikan langkah-langkah ataupun kegiatan yang sudah dilakukan. Ke depan, setidaknya ada beberapa program yang akan dilaksanakan, seperti (1) re-branding yang menyangkut brand establishment, brand communication, dan brand aviation (2) peningkatan kultur akademik yang meliputi kualitas pengajaran, pembelajaran dan atmosfir akademik, (3) peningkatan kapasitas dosen melalui akselerasi studi S3 dan jabatan fungsional serta (4) Manejemen alumni yang berkait dengan erat dengan penyelesaian tugas akhir tepat waktu dan perencanaan karir.
Kita semua tentu berharap agar proses re-branding tersebut dapat berjalan dengan baik (baca: sesuai dengan harapan). Amiin.
Kampung Komunikasi Selenggarakan Seminar Nasional bertema ‘Taklukan Dunian dengan Kreativitas’
/in Berita Sorotan/by Darzan Hanan MSeminar nasional tersebut merupakan bagian dari agenda Kampung Komunikasi bertema ‘Brand your Creativity’ yang digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia. Selain Bernard Batubara, seminar juga menghadirkan Pandji Pragiwaksono yang membawakan materi berjudul ‘Ide Kreatif Bukan Hanya Menghibur tetapi juga Memotivasi Bangsa’.
Bersamaan dengan penyelenggaaraan seminar tersebut, panitia penyelenggara juga mengumumkan hasil lomba yang sudah diselenggarakan, seperti lomba esay, lomba film pendek, lomba debat PR, dan beberapa kategori lomba lainnya. Selamat dan sukses untuk kegiatan Kampung Komunikasi 2015…!
FPSB Kembali Gelar Kampung Komunikasi dan Hysteria
/in /by Darzan Hanan MDalam sambutannya sesaat sebelum membuka acara Kakom, Arief Fahmie menyampaikan pengharagan/apresiasi yang tinggi atas kegiatan yang dilakukan. Sedangkan Beni Suranto menberpendapat agar kegiatan ‘Kampung Komunikasi’ tersebut tidak hanya menjadi ‘brand’ Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII saja, tapi ke depan diharapkan bisa menjadi ‘brand UII’. Sementara Muzayin Nazaruddin dalam sambutannya mengkritisi sistem pendidikan nasional yang ‘tidak membebaskan’ dan serba ‘standar’. Menurutnya, penyelenggaraan kegiatan kampung komunikasi tersebut bisa menjadi salah satu media alternatif bagi mahasiswa untuk benar-benar belajar ‘lebih baik’ daripada sekedar rutinitas kuliah-pulang-main.
Acara Bazaar, Donor Darah, Lomba Mural (lukis dinding), pameran fotografi (art gallery) menjadi agenda pembuka Kakom 2015. Menyusul berikutnya adalah Stand Up Night UII, seminar nasional bertema ‘Taklukan Dunia dengan Kreativitas’, live music, dan akan diakhir dengan ‘dreamland’ dengan menghadirkan Group Musik kenamaan ‘Sheila on Seven dan Nidji’.
Prodi Hubungan Internasional FPSB UII Gelar Diplomatic Course
/in Prodi Hubungan Internasional/by Darzan Hanan M/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Dalam pengantarnya, Pak Lingga banyak menyampaikan peluang sekaligus tantangan seiring dengan akan segera diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yakni pasar bebas regional di kawasan Asia Tenggara. Pemberlakukan MEA tersebut nantinya akan sangat berdampak bagi bangsa Indonesia yang memiliki modal kekayaan luar biasa, baik kekayaan alam maupun kekayaan sumber daya manusia (kuantitas dan kualitas). Namun demikian, modal kekayaan tersebut tidak serta merta memberikan keuntungan bagi bangsa dan negara apabila dalam proses penyusunan aturan main yang dilakukan oleh para diplomat kurang atau tidak tepat. Oleh karena itu, perlu kiranya para mahasiswa prodi HI juga mengetahui ataupun belajar tentang cara-cara berdiplomasi yang baik.
Usai menyampaikan materi, Lingga Setiawan yang dibantu oleh asistennya juga memfasilitasi simulasi praktek berdiplomasi pada persidangan tingkat ASEAN dengan mengambil tema ‘Integritas Ekonomi ASEAN 2015’ dan mengangkat dua usulan agenda, yakni ASEAN Business Travel Card (ABTC) dan ASEAN Common Time Zone (ACTZ). Agenda sidang ASEAN sendiri merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, baik tingkat kepala negara, menteri, hingga pejabat senior dengan membahasa berbagai macam isu seperti halnya isu politik, sosial budaya, ekonomi, perdagangan, keamanan dan lain sebagainya. Dalam simulasi tersebut para mahasiswa diminta untuk berperan sebagai diplomat dari negara-negara anggota ASEAN.
Tak hanya mendapatkan pengalaman dalam berdiplomasi, para mahasiswa juga mendapatkan pengalaman ‘Table Manner’ sebagai bagian dari salah satu tata cara pergaulan internasional. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta dipilih sebagai tempat pelaksanaan.
LDF Jafana FPSB Gelar Pengajian Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
/in /by Darzan Hanan MUstad. Asep Supriyadi menambahkan bahwa sebagai umat yang beriman kita harus yakin dalam menerima, mendalami, menjalankan apa-apa yang ada dalam Al Quran. “Kita harus bersikap seperti Nabi Muhammad, sidik (jujur), amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan), Fathonah (cerdas). Mau melakukan apa-apa (khususnya ibadah) harus tahu ilmuya. Harus belajar. Orang yang berilmu itu akan ditingkatkan derajatnya”, tambahnya sembari mengingatkan agar jamaaah tidak berlaku sebaliknya dengan sifat-sifat Nabi, seperti bohong, khianat, menyembunyikan kebenaran dan jangan bodoh.
Sholat sebagai oleh-oleh Nabi Muhammad SAW perlu untuk diupayakan khusyuk dalam menjalankannya. Upaya sederhana yang bisa dilakukan seperti menggunakan pakaian yang baik maupun memilih tempat sholat yang bersih. “Laksanakan sholat dengan sebaik-baiknya..”, pungkasnya.
PBI Gelar ‘Career Planning & Development Workshop’ Bagi Mahasiswanya
/in /by Darzan Hanan MHadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut adalah Bapak R. Sumedi P. Nugraha, Ph.D yang menyampaikan materi ‘Prinsip-prinsip & Tips Efektif Perencanaan Karir Dalam Rangka Memasuki Dunia Kerja–Sesuai dgn Kompetensi Bidang Ilmu’ berkolaborasi dengan Ibu M.A.S. Anggoro Rini, S.Pd., M.Hum yang menyampaikan materi ‘Pengembangan Karir (Professional Development) bagi Guru Bahasa Inggris’.
Kedua pembicara dalam kesempatan tersebut sepakat agar mahasiswa mampu menentukan goal atau tujuan usai lulus studi (S1) secara ‘SMART-Specific, Measurable, Attainable, Realistic dan Timely’. Keduanya juga sepakat agar mahasiswa senantiasa membangun ‘positive thinking’ atas segala sesuatu yang terkadang di luar dugaan atau di luar rencana, karena bisa jadi hal itu justeru lebih baik dari yang direncanakan sebelumnya.
Psikologi Kaji Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
/in /by Darzan Hanan MSebagai salah satu disiplin bidang ilmu yang memiliki kedekatan dengan dinamika pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan kuliah pakar (MK. Seminar Psikologi Pendidikan) bertema Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus pada akhir April 2015 lalu di Auditorium FPSB UII. Kuliah pakar yang menghadirkan pemateri seorang ahli pendidikan siswa berkebutuhan khusus, H. Sudardjo, M.Pd tersebut setidaknya diharapkan mampu menambah pengetahuan para mahasiswa Psikologi (konsentrasi Psikologi Pendidikan) tentang layanan ataupun intervensi yang tepat terkait pendidikan bagi ABK.
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang lebih luas dibandingkan dengan anak luar biasa menjadi pembuka paparan H. Sudardjo. Menurutnya, ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut. ABK sendiri menurut para ahli (Heward) bisa dibagi dalam 2 kategori, yakni ABK yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan ABK bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.
Adapun beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain adalah faktor lingkungan, faktor dari dalam diri anak dan faktor kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak. Sementara dari sisi gangguan atau kelainan ABK dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain, aspek gangguan kognitif seperti retardasi mental, ataupun anak unggul (berbakat), aspek bahasa dan bicara, aspek pendengaran, aspek penglihatan dan juga aspek sosial-emosi.
Masih menurut H. Sudardjo bahwa untuk mencapai perkembangan yang optimal, ABK membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan khusus terkait dengan perbedaan dari masing-masing anak, baik dalam kecepatan belajar (memahami pelajaran) maupun cara belajar (cara memahami pelajaran). “Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus. Sebagian orang istilah ABK masih dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi”, ungkapnya.
H. Sudardjo juga menambahkan bahwa saat ini sedang terjadi proses tranformasi pemikiran dari konsep Pendidikan Luar Biasa/PLB (special education) ke konsep pendidikan kebutuhan khusus (special needs education). “Terdapat perbedaan orientasi antara Pendidikan Luar Biasa/PLB dengan pendidikan kebutuhan khusus. Konsep pendidikan kebutuhan khusus saat ini dipandang sebagai sebuah pemikiran yang bersifat holistik, anak dipandang sebagai individu yang utuh, setiap anak memiliki hambatan untuk berkembang dan hambatan dalam belajar yang bervaraiasi. Menurut paham ini pembelajaran seharusnya perpusat pada anak untuk membantu menghilangkan hambatan belajar dan hambatan perkembangan, sehingga kebutuhan belajar setiap anak dapat dipenuhi. Diperlukan pemahaman yang baik dan benar mengenai Anak kebutuhan khusus (ABK) dan Pendidikan Kebutuhan Khusus”, imbuhnya.
Dari uraian tersebut diharapkan setiap orang memiliki sikap positif dan pendirian tentang keragaman yang dimiliki oleh seiap anak dan merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima dengan penuh lapang dada dan mengakomodasi pembelajaran mereka melalui sekolah.
Prodi Hubungan Internasional Rayakan Milad Pertama
/in Prodi Hubungan Internasional/by Darzan Hanan MSecara khusus Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie , M.A., HRM turut hadir untuk ikut bergembira dalam acara tersebut sekaligus berpesan agar ke depan Prodi HI bisa terus menjadi lebih baik. Sedangkan Ketua Program Studi HI, Irawan Jati, S.IP., M.Hum., MSS memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berbagi cerita tentang dinamika proses ataupun sejarah berdirinya Prodi HI.
“Meski hanya diberi waktu persiapan selama 3 hari, tapi kami ingin menyajikan sesuatu yang tidak biasa-biasa saja. Kami ingin menunjukkan bahwa kami ada, karena belum tentu semua tahu kalau kami ada. Sedangkan harapan dari acara ini tentu adanya rasa persatuan dan rasa memiliki yang tinggi pada temen-temen mahasiswa HI. Perlu juga agar acara semacam ini semakin diperbanyak”, ungkap ketua panitia pelaksana, Arif Fathurrahman.
Selamat ulang tahun bagi prodi HI FPSB UII, dan kita doakan agar Prodi HI benar-benar mampu berkiprah/berkontribusi nyata bagi masyarakat di tingkat tingkat Nasional, Regional bahkan Internasional. Amiin..
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}