Kegiatan Prodi Psikologi

Madrasah Aliyah Khusnul Khotimah Berkunjung ke FPSB UII

Image

Siswi Madrasah Aliyah Khusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat saat mendengarkan penjelasan tentang UII dan FPSB UII di Auditorium FPSB UII

Sekitar 33 siswi Madrasah Aliyah Khusnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat dengan didampingi 2 orang guru melakukan kunjungan study di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia pada hari Selasa, 19 April 2011. Kedatangan rombongan disambut hangat oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia (FPSB UII), Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog beserta para ketua prodi.

Laboratorium Psikologi Selenggarakan “Open House”

Pengunjung Open House Lab. Psikologi sedang mencoba salah satu alat tes Psikologi

Pengunjung Open House Lab. Psikologi sedang mencoba salah satu alat tes Psikologi

Masih dalam rangka menyemarakkan Milad Dwi Windhu (16 th) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Laboratorium Psikologi yang bertempat di Lt.4 Kampus Psikologi FPSB UII Jl. Kaliurang Km.14,5  menggelar hajatan besar berupa “OPEN HOUSE” selama 2 hari, yakni Rabu-Kamis tanggal 13-14 April 2011 mulai Pkl. 09.00 sd 15.00 wib. Dalam hajatan tersebut, Laboratorium Psikologi FPSB UII membuka kesempatan bagi  mahasiswa untuk mengenal lebih dekat Laboratorium Psikologi beserta instrumen-instrumen psikologi terkini.

Indigenous Psychology, Apa dan Bagaimana?

Image

Nur Haris Ali, Mahasiwa Prodi Psikologi Angkatan 2008

Prolog

Indigenous psychology adalah tema pada diskusi Psyche Apprentice Selasa (8/3) pekan ini. Istilah ini baru saya dengar ketika saya mengikuti National Psychology Debate Competition 2010 “Sense around you: Indigenizing Psychology” yang diselenggarakan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. “Indigenous psychology, apa ya?” demikian kira-kira celetuk hati saya ketika kali pertema mendengar isitilah itu.

Baiklah, dengan pengetahuan saya yang sangat terbatas, saya akan mencoba untuk mencari dan memahami apa itu indigenous psychology dari berbagai sumber. Tulisan saya berikut ini adalah hasil rangkuman dan pemahaman saya dari tulisan-tulisan di media online yang sudah saya baca. Tentu bagi Anda yang mau meng(k)oreksi tulisan dan hasil pemahaman saya ini, baik untuk masukan ataupun kritikan, akan saya apresiasi setinggi-tingginya.

Indigenous psychology, sepemahaman saya—mohon dikoreksi jika salah—sangat berkaitan erat dengan pengaplikasian teori psikologi “barat” ke dalam psikologi “timur.” Jika kita berbicara indigenous psychology, maka berarti kita juga akan berbicara mengenai perkembagan ilmu psikologi itu sendiri, kemudian mengarah kepada budaya orang setempat, dan terakhir penelitian psikologi. Tiga kata terakhir ini, menurut saya, selalu muncul ketika ada diskusi-diskusi yang membahas tentang indigenous psychology, termasuk diskusi kita pekan ini.

Sejarah

Psikologi dewasa ini mulai menguak dan mencari prinsip-prinsip universalitas, seperti munculnya Psikologi Positif, Psikologi Islami, dan psikologi-psikologi yang lain. Di satu sisi psikologi barat memang dibutuhkan, namun di lain pihak karakteristik kultural budaya setempat juga mulai mendapatkan perhatian. Artinya, untuk memahami perilaku manusia di belahan bumi lain harus digunakan basis kultur dimana manusia itu hidup. Selain itu, diperlukan juga adanya integrasi antara perspektif Barat dan Timur untuk mencari kesamaan-kesamaan dan atau menjawab permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat setempat.

Kuang-Kuo Hwang (2004) dalam artikelnya berjudul “The epistemological goal of indigenous psychology: The perspective of constructive realism,” psikologi indigenus muncul kali pertama pada tahun 1970an di kawasan Asia. Pada waktu itu, banyak psikolog di negara non-barat yang mengadopsi konsep-konsep dan metodologi penelitian yang berkembang di barat untuk diaplikasikan di tempat asal mereka.

Namun, setelah diterapkan di tempat asal, ditemukan adanya ketidakrelevanan antara konsep barat dengan bahasan psikologi masyarakat setempat waktu itu. Konsep dan metodologi penelitian dari barat juga tidak mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi oleh masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga, dari situlah muncul indigenous psychology sebagai jawaban atas keprihatinan para psikologi non-barat. Bahasa mudahnya saya, indigenous psychology muncul—mungkin—sebagai  ketidakpuasan atas konsep psikologi “barat” dalam menjawab permasalahan psikologi masyarakat “timur”.

Definisi, Perkembangan dan Aplikasi

Kim and Berry (1993) mendefinisikan indigenous psychology sebagai “the scientific study of human behavior or mind that is native, that is not transported from other regions, and that is designed for its people.”

Kim, Yang and Hwang (2006) mengidentifikasi sepuluh karakterisktik dari indigenous psychology, yaitu:

  1. It emphasizes examining psychological phenomena in ecological, historical and cultural context.
  2. Indigenous psychology needs to be developed for all cultural, native and ethnic groups.
  3. It advocates use of multiple methods.
  4. It advocates the integration of "insiders”, "outsiders” and multiple perspectives to obtain comprehensive and integrated understanding.
  5. It acknowledges that people have a complex and sophisticated understanding of themselves and it is necessary to translate their practical and episodic understanding into analytical knowledge.
  6. It is part of a scientific tradition that advocates multiple perspectives, but not multiple psychologies or absolute relativism.
  7. Although descriptive analysis is the starting point of research, its final goal is to discover psychological universals that can be theoretically and empirically verified
  8. It is a part of cultural science tradition in which human agency, meaning and context are incorporated into the research design
  9. It advocates a linkage of humanities (which focus on human experience and creativity) with social sciences (which focus empirical analysis and verification).
  10. Two starting points of research in indigenous psychology can be identified: indigenization from without and indigenization from within

Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Definisi ini, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Pertama, pengetahuan psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan dimunculkan dari tradisi budaya setempat; kedua psikologi yang sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental), melainkan berupa tingkah laku keseharian; ketiga, tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam kerangka pemahaman budaya setempat; keempat, psikologi indegenus mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang setempat. Dengan kata lain, psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial dari masyarakat setempat. Psikologi indigenus menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, juga merupakan psikologi yang appropriate (cocok; tepat; pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun.

Prof. Sarlito Sarwono, guru besar Psikologi UI, juga menjelaskan bahwa keberadaan Psikologi di Indonesia saat ini memang sedang menghadapi beberapa permasalahan, antara lain apa yang sudah berhasil diterapkan di Barat tidak selalu dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan etnik dan kondisi masyarakat Negara kita, misalnya masyarakat desa dan kota. Sehingga, apa yang sudah berhasil diterapkan di satu etnik belum tentu sesuai untuk etnik lain.

Pada kenyataanya memang demikian. Selama ini, ilmu psikologi yang telah kita pelajari, masih difahami sebagai western psychology dengan mengasumsikan perilaku dan tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang universal. Padahal menurut Uichol Kim, seorang psikolog asal Korea, teori psikologi barat hanya memadai untuk memahami fenomena kejiwaan masyarakat barat saja sesuai dengan kultur sekuler dimana ilmu itu lahir.

Adanya indigenous psychology sebagai understanding people in context merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi karena mampu memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya setempat. Hal ini juga sebagai bukti bahwa setiap perilaku manusia itu akan selalu dan pasti dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat setempat.

“Apakah indigenous psychology diperlukan?”

Sangat. Karena hal ini terkait “masalah” yang ditimbulkan oleh teori western psychology yang, selama ini kita gunakan.

Jika ditelusuri lebih mendalam, teori western psychology merupakan suatu teori yang disusun berdasarkan sampel orang-orang—bahkan beberapa sampel justru bukan manusia—barat dengan budaya orang barat. Teori tersebut kemudian digeneralisasikan untuk bisa diaplikasikan hampir di semua orang di dunia ini, termasuk di Indonesia. Padahal belum tentu teori tersebut sesuai dengan budaya semua negara. Maka, dengan adanya perbedaan yang terdapat di dalam budaya di tiap-tiap daerah ini, sangat menitikberatkan akan pentingnya indigenous psychology.

Beberapa tulisan yang pernah saya baca, indigenous psychology selalu saja dikaitkan dengan penelitian dan proses indigenisasi budaya. Proses untuk meng-indegenous psychology-kan suatu budaya itulah yang disebut dengan indigenisasi. Sehingga, tak jarang kita akan menemukan adanya istilah indigenisasi di beberapa penelitian tentang budaya.

Pun demikian, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada kedekatan antara pendekatan ingenus dengan pendekatan psikologi lintas budaya. Kedua pendekatan ini berbeda, namun sama-sama perlu digunakan secara bersamaan. Pendekatan psikologi indigenus mencakup indigenization from within dan pendekatan psikologi lintas budaya mencakup indigenization from without. Pendekatan indigenization from without membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan oleh komunitas ilmiah di barat—kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat—dan yang dipelajari di timur—kebanyakan negara dunia ketiga. Adapun indigenization from within mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas dari budaya tertentu—dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrumen guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.

Kim & Berry (1993) memberi contoh mudah untuk proses indigenisasi ini. Isu buta-huruf, kemiskinan, pembangunan nasional, dan psikologi desa, kata Kim & Berry, adalah isu yang tepat untuk India, tetapi belum tentu tepat untuk negara Industri (baca: negara maju). 

Contoh lain. Masih ingat waktu Amrozi yang justru tersenyum ketika dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan? Untuk memahami makna senyum dan aksi orang seperti Amrozi ketika dijatuhi hukuman mati, dibutuhkan proses indigenisasi juga.

Memahami senyum Amrozi, menurut Prof. Dr. Achmad Mubarok, tidaklah cukup hanya dengan membandingkan senyuman orang barat karena senyumannya itu bukan hanya berdimensi horizontal, tetapi juga berdimensi vertikal. Ia harus dicari akarnya pada budaya orang Jawa Timur, budaya santri, budaya pekerja wiraswasta dan budaya pejuang bersenjata (mujahid). Apalagi, Amrozi dan teman-temannya (Imam Samudera CS.) pernah terlibat dalam perang (fisik dan mental) melawan penjajah Uni Soviet di Afghanistan.

Indigenous psychology dianggap penting sejak munculnya teori-teori psikologi yang ingin bisa diberlakukan secara universal, tidak hanya di Eropa dan Amerika Utara saja. Tujuan ataupun goal dari indigenous psychology ini adalah untuk membuat science lebih teliti, sistematis dan universal yang secara teori maupun empirik bisa dibuktikan dimana pun berada.

Epilog

Kultur yang ada di masyarakat setempat seperti sejarah, geografik, politik, bahasa, filsafat dan juga keyakinan (agama) sangat memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan psikologis seseorang. Kultur yang dalam hal ini juga bersifat genetik, mampu membentuk diri kita untuk berperilaku sedemikian rupa baik dalam keadaan normal atau dalam menghadapi satu keadaan tertentu.

Indigenous pscyhology muncul kali pertama pada tahun 1970an sebagai pandangan psikologi asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat.

Dalam penerapan sebuah teori, dibutuhkan adanya kesesuaian konsep yang hendak dijadikan acuan secara universal sehingga mampu menjawab permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat setempat. Sehingga, adanya indigenous Psychology ini bukanlah untuk mematahkan teori psikologi barat melainkan ingin melengkapi tujuan utama psikologi yaitu menjadi science yang bisa berlaku secara universal.

Demikian dan jayalah terus Psikologi Indonesia!

 


Judul ini pernah disampaikan pada DISKUSI RUTIN SELASA SORE “Psyche Apprentice” di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Yogyakarta, 8 Maret 2010

Nur Haris Ali adalah Mahasiswa Prodi Psikologi FPSB UII angkatan 2008. Prestasi: Juara II Mahasiswa Berprestasi  tingkat Universitas Islm Indonesia.

PARADIGMA PROFETIK, SEBUAH KONSEPSI

Image

Suasana Seminar Membangun Ilmu dengan Paradigma Profetik

Dalam rang Milad FPSB UII ke 16 (Dwi Windhu), Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia mengawali kegiatannya dengan menyelenggarakan Seminar bertema “Membangun Ilmu Pengetahuan dengan Paradigma Profetik” pada hari Senin, 4 April 2011 di R. Auditorium FPSB UII. Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut adalah seorang Guru Besar UGM, Prof Dr Heddy Shri Ahimsa Putra MA, M.Phil dengan moderator Dian Sari Utami, S.Psi.

FPSB UII Berikan Pelatihan Gratis di Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta

Image

Suasana Pelatihan Manajemen Stres bagi Siswa Kelas XII sebagai persiapan hadapi UN

Dalam rangka melaksanakan pengabdian masyarakat serta untuk lebih mendekatkan diri kepada siswa/i SLTA, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia memberikan 3 pelatihan gratis sekaligus kepada siswa/i Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta untuk bidang Psikologi, Komunikasi dan Bahasa Inggris. Total peserta pelatihan pada hari Sabtu, 2 April 2011 tersebut lebih dari 500 peserta yang terdiri atas siswa/i dan guru.

HYPNOSIS, HARAMKAH?

Image

Suasana Workshop Ericksonian Hypnotherapy bersama Asep Haerul Gani

Meski saat ini banyak sekali tayangan televisi yang menyajikan praktik hipnosis (hipnotis) yang dikemas sedemikian menarik, tentu masih banyak pula orang yang bertanya ataupun ingin mencari tahu tentang hipnotis/hypnosis. Oleh karena itu, Program Pascasarjana Magister Profesi Psikologi FPSB UII secara khusus megnhadirkan Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog selama dua hari (10-11 Maret 2011) untuk berbagai pengetahuan mengenai Hypnosis khususnya yang menggunakan pendekatan Ericksonian (Ericksonian Hypnoterapy). Kegiatan yang diikuti oleh beberapa peserta dari berbagai disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, kedokteran, dll) diselenggarakan di Auditorium FPSB UII.

Peran Psikologi dan Komunikasi dalam Menyikapi Terpaan Media Televisi

Image

Effendy Gazali (kanan) bersama Tika Bisono (tengah) dan Iwan Awaluddin Yusuf (kiri) dalam acara Seminar Nasional Komunikasi Psikologi di GKU. Dr. Sardjito UII

Televisi merupakan salah media paling familiar dan favorite di masyarakat. Televisi menjadi salah satu media audio visual yang mampu menyajikan berbagai informasi, pesan maupuan menyajikan berbagai tayangan hiburan, seperti halnya salah satu tayangan “parodi” perpolitikan di negeri kita yang berjudul “Republik Mimpi”. Siapa sangka bahwa siaran yang pernah ditayangkan oleh beberapa televisi nasional tersebut pernah menjadi salah satu program televisi dari Asia yang turut serta didiskusikan pada International TV Conference ke 32 di Warsawa, Polandia.

KMPP, Gelar Donor Darah

Image

Dua orang Mahasiswa sedang diambil mendonorkan darah oleh petugas PMI Kota Yogyakarta

Dalam rangka memperingati ulang tahunnya ke-8 yang jatuh pada tanggal 4 Maret,  Komunitas Mahasiswa Psikologi Progresif atau sering disingkat KMPP mengawalinya serangkaian kegiatannya dengan menggelar “Donor Darah” selama 2 hari, yakni tanggal 2 & 3 Maret 2011. Kegiatan yang diselenggarakan sejak Pkl. 9.00 wib hingga 14.00wib di Gedung Kemahasiswaan FPSB UII dengan melibatkan PMI Kota Yogyakarta ini cukup mendapat simpati dari mahasiswa UII, khususnya mahasiswa FPSB UII. Pada hari pertama setidaknya ada lebih dari 25 mahasiswa yang berminat untuk mendonorkan darahnya, meski yang memenuhi syarat hanya 19 orang. Sedangkan di hari kedua setidaknya ada 17 orang mahasiswa yang berhasil mendonorkan darahnya

SMA N 5 Madiun, Belajar Meraih Sukses di FPSB UII

Image

Suasana Pelatihan Belajar Meraih Sukses Siswa/i SMA N 5 Madiun bersama Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog

Dengan didampingi oleh 4 orang guru, 36 siswa-siswi “kelas khusus” SMAN 5 Madiun pada hari Senin, 21 Februari 2011 lalu berkunjung ke Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Kehadiran rombongan tersebut dalam rangka mengikuti pelatihan peningkatan motivasi bertema “Belajar Meraih Sukses” yang difasilitasi oleh Pusat Psikologi Terapan (PPT) FPSB UII. Hadir sebagai pemateri dalam pelatihan tersebut adalah Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog yang juga dekan FPSB UII.

Anugerah Prestasi Mahasiswa 2011

Image

Segera Daftar Yaa…….!!!!

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII kembali memberikan Anugerah Prestasi Mahasiswa Tahun 2011 yang merupakan komitmen FPSB UII untuk menghargai kesungguhan, dedikasi, komitmen dan kerja keras mahasiswa dalam bidang akademik maupun non akademik. Penghargaan akan diberikan terhadap prestasi-prestasi : (a) Utama/Mahasiwa Teladan, (b) Karya Tulis/Penelitian, (c) Kesenian/Karya kreatif/enterpreneurship), (d) Olah raga, (e) Komunikasi/Publikasi, (f) Pembimbingan/Pendampingan, (g) Akademik

Outline:

a)    Penghargaan bagi mahasiswa teladan/berprestasi utama diberikan kepada mahasiswa yang memiliki indeks prestasi kumulatif tinggi, memiliki karya tulis, aktif dalam kegiatan esktra kurikuler dan mampu berbahasa Inggris.

b)    Penghargaan bagi mahasiswa berprestasi bidang penelitian/karya tulis ilmiah dan atau aktif melakukan riset pustaka, riset laboratorium, dan riset lapangan, dan atau memperoleh penghargaan dari lomba karya tulis ilmiah dan atau aktif  menjadi staf/asisten   penelitian.

c)     Penghargaan bagi mahasiswa berprestasi bidang komunikasi/publikasi diberikan kepada mahasiswa yang memiliki tulisan di   media massa (lokal maupun nasional) dan atau makalah yang      dipresentasikan dalam kegiatan ilmiah/pengabdian    masyarakat dan atau modul pelatihan dan atau pendapat-pendapatnya dikutip oleh media massa (media cetak maupun    elektronik) dan juga buku yang diterbitkan.

d)    Penghagargan bagi mahasiswa berprestasi bidang  kesenian/Karya Kreatif/Enterpreneurship diberikan kepada mahasiswa yang memenangkan lomba/memperoleh penghargaan/aktif dalam kegiatan bidang kesenian/Karya Kreatif/Enterpreneurship,  termasuk mengikuti berbagai pameran dan aktif dalam kegiatan produksi kesenian/enterpreneur/karya kreatif (seni tari, film, fotografi, usaha, dsb).

e)    Penghargaan bagi mahasiswa berprestasi bidang olahraga     diberikan kepada mahasiswa yang memenangkan lomba/pertandingan olah raga mulai dari tingkat    kampus sampai     dengan internasional.

f)     Penghargaan bagi mahasiswa berprestasi bidang  pem-bimbingan/pendampingan diberikan kepada mahasiswa yang aktif sebagai asisten atau pen-damping kegiatan mahasiswa, baik intra kurikuler  maupun ekstra kurikuler.

g)    Penghargaan bagi mahasiswa berprestasi bidang akademik    diberikan kepada mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi (IP) tertinggi di program studi (dua semester terakhir).

Persyaratan :

1.     Tercatat aktif sebagai mahasiswa    Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial   Budaya UII (D3/S1 Prodi  Psikologi, Komunikasi, Bahasa Inggris). Pendaftaran bisa pribadi/berkelompok.

2.     Bahan-bahan prestasi yang dinilai adalah prestasi yang dicapai dalam satu tahun terakhir sebelum pemberian penghargaan (1 April 2010-31 Maret 2011). Khusus  pemilihan Mahasiswa  Teladan,   bahan-bahan yang dinilai adalah data tiga (3)  tahun terakhir (1 April 2008 s.d 31  Maret 2011).

3.   Mendaftarkan formulir dan bukti-bukti ke staf Divisi  Humas dan Kemahasiswaan (Pak Widodo HP). Bukti-bukti harus sudah diserahkan ke panitia selambat-lambatnya tanggal 05 April 2011.

Download formulir di : 

http://www.ziddu.com/download/14003999/FORMULIR_APM_2011_FPSB_UII.doc.html