kegiatan Prodi Hubungan Internasional

Prodi Hubungan Internasional Gelar Diplomatic Course

“Dengan pelatihan ini semoga nantinya para mahasiswa (baca: saat menjadi seorang diplomat) lebih mempunyai kepedulian dan kepekaan sosial seperti halnya dalam pembahasan kasus pengungsi maupun resolusi konflik yang terjadi. Di luar pelatihan ini, mahasiswa juga harus tetap menjaga sikap, etika seperti halnya seorang diplomat. Dan semoga pelatihan ini bisa sukses membantu Anda menjadi seorang diplomat”.  Demikian ungkap dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Diplomatic Course yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional FPSB UII, Senin, 30 Mei 2016 di GKU. Prof. Dr. dr. Sardjito, M.D., MPH.

 

Pelatihan Diplomatic Course yang mengundang Nur Rohmah (KEMENLU RI) sendiri sengaja diselenggarakan dalam rangka memberi pengetahuan atau pun gambaran penyelenggaraan sidang di tingkat ASEAN. Secara detil Ibu Nur Rohmah menyampaikan materi tentang struktur persidangan beserta sifat persidangan di tingkat ASEAN, seperti ASEAN Summit, ASEAN Coordinating Council, ASEAN Community Council, Ministerial Meeting (Politik, Ekonomi dan Sosial Buday), Senior Official Meeting, maupun Working Group. “Saat ini peranan diplomat perempuan juga sangat luar biasa. Kita sekarang menyaksikan sendiri di pemerintahan Presiden Joko Widodo ada Ibu Retno Marsudi sebagai diplomat perempuan pertama di Indonesia”, tuturnya.

Sementara untuk simulasi persidangan ASEAN juga dipandu langsung oleh utusan dari KEMENLU RI, yakni Bapak Andi dan Ibu Ani. Acara simulasi  berjalan dengan cukup baik meski ada beberapa hal yang dikritisi/diperbaiki. Acara diakhir dengan Table Manner di Alana Hotel Yogyakarta.

Prodi Hubungan Internasional Gelar Workshop Penulisan Akademik

Wajib bagi tiap orang (khususnya mahasiswa) untuk memiliki ketrampilan menulis guna menunjang kegiatan-kegiatan  akademiknya. Menulis bisa menjadi sarana atau media untuk mengekspresikan ide/gagasan, bisa menghasilkan uang/materi, bisa untuk mencari reputasi  ataupun bahkan bisa untuk amal jariyah bila yang ditulis merupakan kebaikan. Demikian ungkap Mohamad Rosyidin saat menyampaikan materi workshop penulisan akademik (karya ilmiah) yang diselenggarakan Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 18 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB.

 

Staf pengajar (dosen) di Universitas Diponegoro Semarang itu juga mengajak peserta workshop dalam memanfaatkan waktu luang untuk menulis dan mencoba mengirimkannya ke media massa, baik yang level lokal maupun nasional. Dirinya mencontohkan adanya statement di kalangan para akademisi bahwa seseorang belum bisa dikatakan jago dalam menulis (meski sudah bergelar profesor) jika karyanya belum bisa tampil di surat kabar KOMPAS.

Dirinya menambahkan bahwa tulisan seseorang juga bisa menjadi cermin kepribadian seseorang. Jika tipikal bahasa dalam tulisannya melompat-lompat, biasanya orang tersebut bertipikal tidak jelas. Contoh lain adalah tulisan yang meledak-ledak. Tulisan jenis ini menurutnya bisa menunjukkan bahwa kepribadian sang penulis cenderung impulsif.

“Belajar bisa efektif dengan belajar mandiri (membaca) dibandingkan dengan mendengarkan. Namun demikian, akan lebih efektif lagi jika dilakukan dengan menulis, karena orang menulis biasanya memiliki stok pengetahuan. Untuk bisa menulis dengan baik atau memaksa kita untuk bisa menulis adalah dengan mengonsumsi atau mengisi otak kita dengan pengetahuan yang diperoleh melalui bacaan/membaca. Dan orang yang terbiasa menulis cenderung terhindar dari alzeimer atau pikun”, tambahnya.

Lebih jauh penulis buku berjudul ‘The Power of Ideas’ tersebut memaparkan materi terkait dengan definisi tulisan akademik, ciri-cirinya, maupun tips-tips atau teknik menulis akademik yang baik seraya mengingatkan peserta untuk tidak melakukan plagiasi (plagiarisme) .

Prodi Hubungan Internasional FPSB UII Gelar Diplomatic Course

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Guna memperkenalkan sekaligus memberikan pemahaman tentang aspek keilmuan dan teknik berdiplomasi antar negara kepada mahasiswanya, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan ‘Diplomatic course: How to do in diplomacy’, Sabtu, 23 Mei 2015 di R. Audiovisual FPSB UII. Kasubdit Perindustrian dan Perdagangan, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN, Drs. Lingga Setiawan, MA hadir sebagai pembicara.

Dalam pengantarnya, Pak Lingga banyak menyampaikan peluang sekaligus tantangan seiring dengan akan segera diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yakni pasar bebas regional di kawasan Asia Tenggara. Pemberlakukan MEA tersebut nantinya akan sangat berdampak bagi bangsa Indonesia yang memiliki modal kekayaan luar biasa, baik kekayaan alam maupun kekayaan sumber daya manusia (kuantitas dan kualitas). Namun demikian, modal kekayaan tersebut tidak serta merta memberikan keuntungan bagi bangsa dan negara apabila dalam proses penyusunan aturan main yang dilakukan oleh para diplomat kurang atau tidak tepat. Oleh karena itu, perlu kiranya para mahasiswa prodi HI juga mengetahui ataupun belajar tentang cara-cara berdiplomasi yang baik.

Usai menyampaikan materi, Lingga Setiawan yang dibantu oleh asistennya juga memfasilitasi simulasi praktek berdiplomasi pada persidangan tingkat ASEAN dengan mengambil tema ‘Integritas Ekonomi ASEAN 2015’ dan mengangkat dua usulan agenda, yakni ASEAN Business Travel Card (ABTC) dan ASEAN Common Time Zone (ACTZ). Agenda sidang ASEAN sendiri merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, baik tingkat kepala negara, menteri, hingga pejabat senior dengan membahasa berbagai macam isu seperti halnya isu politik, sosial budaya, ekonomi, perdagangan, keamanan dan lain sebagainya. Dalam simulasi tersebut para mahasiswa diminta untuk berperan sebagai diplomat dari negara-negara anggota ASEAN.

Tak hanya mendapatkan pengalaman dalam berdiplomasi, para mahasiswa juga mendapatkan pengalaman ‘Table Manner’ sebagai bagian dari salah satu tata cara pergaulan internasional. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta dipilih sebagai tempat pelaksanaan.

Prodi Hubungan Internasional Rayakan Milad Pertama

Drama, stand up comedy, lagu dan beberapa tari tampak menyemarakan ulang tahun (milad) pertama Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 15 Mei 2015. Meski hanya dipersiapkan dalam waktu relatif singkat (3 hari), para mahasiswa prodi HI yang diberi amanah untuk menyelenggarakan acara International Relations Anniversary (IRENA) tersebut mampu menyuguhkan sajian (baca: acara) yang cukup menarik, khususnya bagi civitas Prodi HI.

Secara khusus Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie , M.A., HRM turut hadir untuk ikut bergembira dalam acara tersebut sekaligus berpesan agar ke depan Prodi HI bisa terus menjadi lebih baik. Sedangkan Ketua Program Studi HI, Irawan Jati, S.IP., M.Hum., MSS memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berbagi cerita tentang dinamika proses ataupun sejarah berdirinya Prodi HI.

“Meski hanya diberi waktu persiapan selama 3 hari, tapi kami ingin menyajikan sesuatu yang tidak biasa-biasa saja. Kami ingin menunjukkan bahwa kami ada, karena belum tentu semua tahu kalau kami ada. Sedangkan harapan dari acara ini tentu adanya rasa persatuan dan rasa memiliki yang tinggi pada temen-temen mahasiswa HI. Perlu juga agar acara semacam ini semakin diperbanyak”, ungkap ketua panitia pelaksana, Arif Fathurrahman.

Selamat ulang tahun bagi prodi HI FPSB UII, dan kita doakan agar Prodi HI benar-benar mampu berkiprah/berkontribusi nyata bagi masyarakat di tingkat tingkat Nasional, Regional bahkan Internasional. Amiin..

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Prodi Hubungan Internasional (HI) Bahas Konflik Korea

Meski ‘Perang Korea’ sudah berakhir sejak tahun 1953, namun sejatinya ketegangan diantara kedua negara tersebut masih ada. Bahkan ketegangan juga pernah terjadi tahun 2010 lalu dan berlanjut pada tahun 2011 dengan tensi yang lebih mengkhawatirkan dengan pemicunya adalah latihan militer bersama antara Korea Selatan dengan Amerika sebagai sekutunya. Hingga saat ini memang perang Korea bisa dikatakan belum berakhir. Keadaan kedua negara yang sama-sama menghuni Semenanjung Korea tersebut masih dalam posisi ‘gencatan senjata’ hingga waktu yang tidak ditentukan.

Untuk memberikan gambaran kondisi korea saat ini pada mahasiswanya, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menyelenggarakan kuliah umum yang membahas ‘Konflik Korea’, Rabu, 8 April 2015 di Auditorium. Hadir sebagai pemateri adalah Prof. Francis Daehoon Lee dari Sungkonghoe University, Korea Selatan.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Francis Daehoon Lee banyak menceritakan kondisi riil korea saat ini, baik dari segi ideologi yang berbeda, politik yang berkait erat dengan keterlibatan negara sekutu/pendukung, keamanan, HAM yang kurang terpenuhi/kurang standar akibat ketegangan yang terjadi, dinamika ekonomi yang salah satunya bermuara dari pengaktifan kembali wialayah industri Gaeshong, hingga kehidupan antar keluarga yang juga terpaksa harus terpisah akibat ketegangan yang terjadi.

Menurut salah satu staf pengajar Prodi HI, Enggar Fury Herdianto, S.IP., MA dari kajian tersebut selain diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa tentang kondisi riil Korea (Korut-Korsel) saat ini, juga dapat memberi wawasan kepada mereka (mahasiswa) agar bisa melihat suatu peristiwa tidak hanya secara hitam putih saja, namun juga belajar untuk dapat melihat peristiwa dari berbagai aspek.

 

Prodi Hubungan Internasional FPSB UII Kaji Kebijakan Luar Negeri

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;}

“Politik yang baik itu harus continuity and change, yakni melanjutkan kebijakan pemimpin sebelumnya (kebijakan yang baik dan menguntungkan bagi bangsa Indonesia) dan melakukan perubahan yang penting (baca: yang baik dan menguntungkan bagi bangsa Indonesia-Negara)”. Demikian pernyataan yang disampaikan Dr. Siti Muti’ah S. MA, dosen Prodi Hubungan Internasional (HI) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta saat menyampaikan materi kuliah pakar yang digelar oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 26 Maret 2015 di Auditorium FPSB UII.

Dalam paparan lengkapnya, pemilik sapaan akrab ‘Bu Titik’ ini mencoba membandingkan rangkaian kebijakan dari para pemimpin bangsa Indonesia yang pertama kali (Presiden Soekarno) hingga pemimpin bangsa Indonesia saat ini yang diemban oleh Joko Widodo. Sejarah mencatat berbagai upaya para pemimpin terdahulu dalam membuat kebijakan politik luar negeri yang menyejahterakan rakyat (umum), melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan turut serta melaksanakan ketertiban dunia dan berjuang menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas dunia. Namun demikian, para pemimpin terdahulu memang belum ada yang secara serius mengelola sumberdaya laut yang ada.

“Kebijakan pemerintahan Jokowi yang ingin menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim dengan 5 pilarnya itu sangat baik. Karena memang negara kita 2/3 nya terdiri atas lautan. Tinggal bagaimana pelaksanaannya nanti. Akan memberi keuntungan bagi Negara kita (baca: jika benar dalam pengelolaannya) atau justeru malah merugikan (baca: jika salah dalam pengelolaan). Kelima pilar itu antara lain adalah 1) komitmen membangun budaya maritim Indonesia, 2) komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, 3) komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim, 4) komitmen melakukan diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerjasama pada bidang kelautan, 5) sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun kekuatan pertahanan maritim. Kalian (baca: peserta kuliah pakar) adalah para penerus yang akan turut mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut”, ungkap Bu Titik.

Lebih jauh Bu Titik juga mengatakan pentingnya setiap warga negara (khususnya para nelayan) untuk dapat memahami dan mematuhi aturan internasional terkait dengan perbatasan maritim. “Terkait kebijakan menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Puji Astuti sebenarnya saya sangat miris. Saya khawatir kalau nanti ada balas dendam. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak nelayan kita yang melanggar batas-batas maritim negara lain dalam mencari ikan hanya dikarenakan ketidaktahuan mereka terhadap batas maritim”, pungkasnya.

Program Studi Hubungan Internasional

Hubungan Internasional

Hubungan antar negara (international relations) merupakan hal yang tak terelakkan dan telah ada sejak beribu tahun sebelum masehi. Namun, hubungan tersebut dominan cenderung kepada hubungan state to state relations, negara menjadi aktor dominan. Saat ini hubungan internasional tidak lagi menjadi monopoli negara tapi telah sangat meluas seiring dengan munculnya fenomena globalisasi. Aktor-aktor baru mulai muncul seperti perusahaan internasional, organisas non-pemerintah, dan individu-individu. Untuk itulah keberadaan studi Hubungan Internasional diperlukan, di mana dunia semakin memerlukan analisis permasalahan serta formulasi penyelesaian permasalahan di tingkat global.

Kesempatan Kerja

Kebutuhan akan tenaga analis dalam hubungan internasional yang semakin tinggi, tidak hanya di pemerintah saja namun juga pada perusahaan dan organisasi internasional lainnya, membuat lulusan HI memiliki lapangan kerja yang sangat luas. Saat ini lulusan HI telah memberikan sumbangsih di berbagai lembaga, mulai dari lembaga pemerintah pusat maupun daerah sebagai pelaku hubungan diplomasi di dunia internasional, hingga berbagai perusahaan dan organisasi internasional yang membutuhkan analisis mendalam tentang kondisi global. Dengan mengambil studi HI, anda tidak hanya akan mendapatkan wawasan mendalam mengenai hubungan diplomasi antar pemerintah, namun juga mendalami berbagai isu lain mulai dari ekonomi politik hingga isu-isu perdamaian yang menjadi perhatian dalam kehidupan global.

Keunggulan HI UII

1. Studi pokok dengan fokus kurikulum Kawasan Asia Tenggara dan institusionalisasi ASEAN.

2. Satu-satunya di Indonesia yang memiliki kajian gagasan politik Islam yang dikhususkan pada kawasan Asia Tenggara.

3. Menjadikan Manajemen Perbatasan Negara sebagai salah satu fokus pembelajaran pemecahan permasalahan kawasan.

4. Pembelajaran Intensif diplomasi yang tidak hanya melalui teori, namun juga pada pendalaman praktek guna meningkatkan kemampuan negosiasi dalam berdiplomasi.

5. Adanya kesempatan untuk mendapatkan pengalaman aktivitas internasional (internasional experience) melalui kegiatan-kegiatan kerjasama HI UII dengan universitas-universitas lain di dunia.

Visi Program Studi

Sebagai pusat pendidikan, penelitian dan pengembangan Hubungan Internasional dalam bidang kajian gagasan politik Islam dan kajian kawasan di Asia Tenggara dan sekitarnya.

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Program Studi Hubungan Internasional (HI) Kaji MEA 2015

Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Bebas ASEAN akan segera diberlakukan pada akhir tahun 2015 mendatang. Berbagai isu, pandangan, atau bahkan ketidaktahuan sama sekali tentang MEA 2015 masih bisa kita jumpai di masyarakat. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran yang jelas tentang MEA 2015 kepada masyarakat umum maupun akademisi (khususnya mahasiswa), Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus mengkajinya dalam format Kuliah Umum dan Seminar Nasional, Senin, 22 September 2014 di Gedung Moh. Hatta (Perpustakaan Kampus Terpadu UII).