Kegiatan Prodi Psikologi

FPSB Sepakat Adakan Orientasi Mahasiswa Baru yang Lebih Baik

Pelaksanaan Semarak Ta’aruf Mahasiswa Penuh Makna (SERUMPUN) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) harus dilandasi prinsip-prinsip keIslaman, profesionalisme dan pendidikan manusia dewasa dengan menghindari aktivitas-aktivitas yang tidak mendidik (pembodohan/perpeloncoan/kekerasan fisik maupun verbal) merupakan poin penting pertama yang disepakati dalam musyawarah antara Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., Psikolog dengan Steering Committee SERUMPUN FPSB 2015, Singgieh Prananda yang juga disaksikan dan dihadiri oleh Kepala Unit Kerja Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Dakwah Islamiyah (KADI) beserta Legislatif terpilih tahun 2015-2016 yang berlangsung pada tanggal 10 Agustus 2015 di Ruang Sidang Dekanat. Kesepakatan tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya mewujudkan orientasi mahasiswa baru yang lebih baik.

Adapun poin penting lainnya yang telah disepakati adalah upaya maksimal untuk tetap melaksanakan sholat tepat waktu saat SERUMPUN berlangsung, menjaga nama baik FPSB UII, menjaga kebersihan lingkungan serta berperan aktif selama kegiatan SERUMPUN 2015.

Sesuai kepsepakatan pula bahwa Pelaksanaan SERUMPUN 2015 yang dijadwalkan akan dihelat pada 26-27 Agustus 2015 pun akan dimulai pada pkl. 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB.

Kita semua tentu berharap agar pelaksanaan SERUMPUN FPSB 2015 mendatang benar-benar menjadi contoh bagi fakultas lain dalam menyelenggarakan orientasi mahasiswa baru yang lebih baik (bermutu).

NB: Naskah kesepakatan pelaksanaan SERUMPUN 2015 bisa dibaca atau download di sini

Psikologi Miliki Doktor Baru

Bu Uyun. Demikian panggilan akrab salah satu staf pengajar Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah berhasil menyelesaikan studi lanjut 3 (program doktoral) di Institute of Psychology, Faculty of Biosciences, Pharmacy and Psychology, University of Leipzig, Jerman.

Pemilik nama lengkap Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog tersebut berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Effectiveness of Sabr (Patience) and Salat (Prayer) on Resilience, Psychopathological symptoms, Just World Belief, and Coping after Merapi Eruption 2010 in Yogyakarta di hadapan 5 dosen penguji pada ujian doktoral yang berlangsung 23 Juli 2015 M/7 Syawal 1436 H. Kelima dosen penguji tersebut, yakni Prof. Dr. Evelin Witruk, Prof. Dr. Marcus Stück, Prof. Dr. Konrad Reschke, Prof. Dr. Stefan Schmuckle, Prof. Dr. Schulz.

“Latar belakang disertai tersebut berawal dari program Islamic Psychology for Teaching and Learning bersama Ustad Hamdani, sehingga memberikan inspirasi untuk mempelajari psikologi berdasarkan Islam (Al Quran dn Hadist). Selanjutnya hasil diskusi dengan teman-teman, terutama Pak Sus, Bu Emi, Pak Bagus, dan Pak Irwan, saya mencoba menerapkan perintah dalam Al Quran tentang perintah untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai cara untuk minta pertolongan kepada Allah.  Dari ayat tersebut kemudian disusun menjadi pelatihan sabar dan  shalat yang digunakan untuk membantu menngurangi gangguan psikologis dan meningkatkan kesehatan mental para korban bencana alam Merapi”, ungkap Bu Uyun.

“Saya sangat bersyukur kepada Allah telah memberikan pengalaman hidup dan memberikan jalan untuk menyelesaikan studi ini, melalui UII, teman-teman, keluarga yang memberikan bantuan selama penyelesaian studi. Saya berharap dengan selesainya studi ini, dapat memberikan manfaat terutama untuk diri saya dan keluarga saya kebaikan dunia akhirat, serta kepada institusi (UII) dan semua yang membaca disertasi saya”, tambahnya.

Perjuangan keluarga (baca: keluarga Bu Uyun) untuk survive hidup di Jerman dengan penyesuaian diri terhadap cara hidup yang sangat berbeda menjadi kesan yang akan selalu dikenang. Sedangkan untuk kualitas perkuliahan di Jerman menurutnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. “Semuanya sangat tergantung kepada kesungguhan pelakunya masing-masing”, tegasnya.

Ada catatan menarik dari sosok yang sangat ramah, grapyak dan konsen di bidang kajian Psikologi Klinis ini, yakni selama studi lanjut di Jerman beliau bersama suami tercintanya (Bapak Farid Mustofa, MA) banyak memberikan bimbingan (tausiyah) kepada komunitas mahasiswa Indonesia yang berada dan atau sedang menempuh studi lanjut di kota Leipzig, Jerman.

Kita doakan agar ilmu yang didapat bisa memberikan banyak manfaat bagi civitas akademika UII, khususnya Prodi Psikologi FPSB UII. Amiin..

 

FPSB Raih Peringkat I Hasil Audit Kinerja Badan Wakaf UII

“Alhamdulilla atas prestasi tersebut yang tentunya tidak terlepas dari kerjasama seluruh unsur di FPSB. Semoga menambah motivasi untuk bekerja lebih baik sebagai bagian dari ibadah kita di UII. Demikian ungkap Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA. Psikolog menanggapi hasil Penilaian Audit Kinerja Badang Wakaf UII yang menempatkan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) pada peringkat I. Audit sendiri dilakukan Lembaga Audit Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia.

Sedangkan menurut Dr. Hepi Wahyuningsih, M.Psi selaku Wakil Dekan menyatakan bahwa audit kinerja tersebut dilakukan meliputi dua jenis audit, yakni audit hasil kerja (audit RKAT) yang merupakan pemeriksaan terhadap realisasi serta bukti objektif dari RKAT Tahun 2014 dan audit Keuangan yang merupakan proses pemeriksaan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap transaksi keuangan, akun-akun dan laporan-laporan keuangan di tahun 2014. “Peringkat 1 tersebut juga tidak lepas dari peranserta (kinerja) Kepemimpinan fakultas dan prodi pada periode sebelumnya…!”, ungkap Bu Hepi.

 

Atas prestasi tersebut, fakultas mendapatkan hadiah berupa laptop merk Macbook Apple yang diserahkan langsung oleh Ketua PYBW, Dr. Luthfi Hasan, M.Sc kepada Dekan FPSB UII pada hari Selasa, 5 Agustus 2015 M/ 20 Syawal 1436 H.

Keluarga Besar FPSB UII Gelar Syawalan

Rezeki yang barokah itu tidak dilihat dari jumlahnya. Ilmu yang barokah itu juga tidak dilihat dari gelar yang bisa diperoleh. Rezeki yang barokah adalah rezeki yang memiliki manfaat tidak hanya untuk diri (keluarga) sendiri, tapi juga orang lain. Sedang ilmu yang barokah adalah ilmu yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain (diamalkan). Demikian diungkapkan oleh Pak Priyonggo Suseno, SE., M.Sc saat memberikan tausiyah dalam acara ‘Syawalan Keluarga Besar Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII)’ yang digelar pada hari Ahad, 2 Agustus 2015 di Bale Roso Resto, Jl. Kaliurang Km. 11 Yogyakarta.

 

Dalam kesempatan tersebut Pak Priyonggo mengajak keluarga besar FPSB UII untuk tetap mengisi bulan-bulan setelah Ramdhan 1436 H dengan amalan-amalan yang baik, seperti tadarus Al Quran, sedekah, mendirikan sholat sunat, dll. Beliau juga mengajak untuk sebisa mungkin mengendalikan hawa nafsu, mengamalkan ilmu yang sudah diperoleh serta bisa menjauhi hal-hal yang berbau fitnah/ghibah.

Jabat tangan menjadi sesi penutup acara syawalan.

 

MAPPRO Kaji Smart Empowerment Technique (SET)

“Untuk membangun atau memprogram otak, perlu melibatkan fisik anda. Pertanyaannya, fisik mana yang paling berpengaruh? Jawabnya: Jantung. Ya, karena jantung adalah pusat untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Maka, saya setuju jika mendidik anak yang sudah cukup umur harus disertai dengan hukuman fisik saat dia membuat kesalahan, tapi jangan sampai menyakiti. Demikian diungkapkan oleh Mohamad Soleh, S.Psi., MM yang juga alumni Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), saat memberikan kuliah pakar berjudul ‘Psikologi Islami: Smart Empowerment Technique-SET pada mahasiswa Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) FPSB UII, Selasa, 28 Juli 2015 .

Menurut konsultan sekaligus trainer berbasis NLP (Neuro Linguistic Programming) & project management AIDA Consultant, SET yang memiliki beberapa prinsip dasar dan Teknik terapi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang telah disusun secara sistematis itu merupakan terapi yang praktis, dapat dilakukan sendiri (self therapy), sederhana dan cepat dalam meningkatkan kemampuan dalam memperbaiki mental, mengoptimalkan potensi diri, menyembuhkan sakit fisik ringan dan berujung pada peningkatan kualitas hidup yang sesuai ajaran Islam. Teknik terapi SET juga telah banyak di terapkan dalam populasi Remaja dan Dewasa dengan banyak kasus.

Adapaun teknik-tekni yang ada dalam SET menurut Moh. Soleh antara lain adalah sebagai berikut :

1. Teknik Senyum & Tawa

Kondisi fisik dapat membuat seseorang berada dalam kondisi mental tertentu. Ketika seseorang sedang sedih atau dalam kondisi depresi misalnya, maka biasanya kepala menunduk dan wajah mengkerut (tidak tersenyum atau ceria). Oleh Karena itu, bila seseorang tersebut ingin dalam kondisi bahagia, maka harus memposisikan tubuh dan wajah dengan ceria (tersenyum dan tertawa) dan tegap (membusungkan dada). Dalam factor ini ada Teknik yang bias diterapkan, yaitu Teknik senyum dan tawa yang akan membentuk ekspresi senyum hingga timbul perasaan bahagia atau nyaman, akan membawa seseorang memikirkan sesuatu hingga bisa tertawa secara otomatis, maupun menciptakan kondisi tubuh agar otak optimal dan emosi tenang dan bahagia. Karena ketika seseorang tersenyum dan tertawa, pada saat itu aliran darah dan oksigen lebih lancar ke otak. Sehingga otak lebih segar dan optimal dalam bekerja. Disamping itu, ketika kita tertawa dan posisi tubuh yang tegap terbuka, maka produksi hormone Endorphin lebih banyak. Hormon endorphin-lah yang menjadikan otak kita merasa tenang dan kondisi senang. Karena Endorphin adalah sejenis Morfin alami dari tubuh yang membuat syaraf menjadi lebih ceria dan bahagia.

2. Sentuhan Energi

ini berupa penyaluran energi diri kita pada daerah tubuh yang sakit dan atau mengelus tubuh secara perlahan dan dimanjakan. Hawa hangat pada telapak tangan, menunjukkan adanya energi yang powerfull. Nah energi tersebut kita salurkan pada area tubuh yang sakit lalu kita merasakan dan membayangkan adanya energi yang berwarna putih terang masuk ke tubuh lalu energi tersebut memberikan energi pada sel-sel tubuh tersebut (bayangkan seakan-akan sel kita seperti diberikan bahan bakar jet, sehingga kinerja sel-se tersebut jadi jauh lebih cepat dan powerfull dalam prose’s recovery. Efek lainnya adalah Teknik ini membantu membangun perasaan bahagia, nyaman dan menyehatkan. Dan lebih efektif lagi bila dibantu oleh significant person (orang-orang yang kita cintai atau percaya). ini selaras dengan sebuah penyembuhan baru yang berkembang di Amerika, yaitu Quantum Touch.

3. Teknik Mengubah Pikiran

Teknik ini adalah mengubah tampilan emosi dengan cara mengubah gambaran di otak. Misal saat kita sedang dalam kondisi marah, takut atau marah akibat perkataan seseorang, maka perlu disampaikan pada otak (dengan membayangkan) bahwa perkataannya itu dari seorang guru yang kita sukai yang sedang memberikan masukkan dan ide. Hal ini akan membuat otak menampilkan gambaran yang positif karena kita menyukainya. Sehingga, otak akan memberikan perintah untuk menampilkan reaksi yang berbeda, yaitu bukan lagi takut atau marah, melainkan mendengarkan dengan penuh minat dan tersenyum.

4. Teknik Ilustrasi

Teknik ini dilakukan dengan cara membuat gambaran imajiner di otak yang bertujuan agar otak mengerti apa yang kita inginkan sebelum kita melakukan sesuatu. Buat gambaran sedetail mungkin. Gunakan bahasa yang positif agar otak lebih terarah dan powerfull.

5. Teknik Hipnoterapi

Teknik ini lebih mengarah pada diri seseorang saat berada dalam keadaan trance (terfokus pada satu stimulus/instruksi juru hipnotis atau trainer) dan kehilangan daya otokritik sehingga mudah untuk diberikan sugesti. Teknik ini cukup efektif untuk meningkatkan penyembuhan diri dengan cara mensetting pikiran agar lebih terfokus pada tindakan-tindakan yang kita inginkan. Tentu saja yang searah dengan Fitrah. Hypnotherapy sendiri berfungsi untuk menyelaraskan antara sub-conscious dan conscious-nya agar sejalan.

Hypnotherapy sangat bermanfaat dalam membantu proses penyembuhan. Klien dibuat menjadi tenang dan fokus dalam menyelesaikan masalahnya, apapun bentuknya mulai dari masalah medis sampai dengan masalah perilaku ataupun masalah psikis.

Dalam proses hypnotherapy, klien dibawa kepada sumber masalahnya lalu diselaraskan dengan tujuan utamanya. Dengan mengetahui sumber masalahnya, klien akan lebih memahami masalah utamanya, sehingga lebih mudah dalam mencari penyelesaiannya. Apapun bentuk penyelesaiannya, penyelesaian tersebut adalah pilihan klien sendiri. Sedangkan hypnotherapist hanya memfasilitasi agar klien dapat mendapatkan penyelesaiannya. Dan lebih efektif lagi bila seorang hypnotherapist dapat memberikan pesan-pesan spiritual dalam memfasilitasi klien menemukan penyelesaiannya.

6. Teknik Mengendalikan Pikiran

Agar kita selalu ingat Allah, maka kita harus selalu berpikir bahwa segala hal adalah berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Bila kita mempersepsikan suatu kejadian/stimulus dengan negatif, maka pikiran kita akan cenderung negatif dan perilaku pun akhirnya menjadi negatif

7. Teknik Memaafkan.

Teknik memaafkan yang dimaksud adalah memaafkan diri sendiri & orang Lain. Secara Medis, hasil penelitian dari sejumlah ahli jiwa di seluruh dunia menyimpulkan bahwa orang-orang yang memelihara ’sakit hati’ benar-benar menjadi sakit organ hatinya (lever). Juga telah banyak diketahui bahwa para pasien kanker dan penyakit berat lain bisa mencapai kesembuhan hanya karena melepas amarahnya secara sadar dengan cara memaafkan orang-orang yang membuatnya sakit hati dan memendam amarah yang membuatnya menderita luka batin

Cinta dan memaafkan adalah dua hal yang saling mendukung untuk hidup damai sejahtera, sehat lahir batin. Memaafkan bukanlah sebuah perasaan, tetapi sebentuk tindakan, sebentuk kemauan dari diri seseorang. Kita bisa memaafkan jika kita menghendakinya. Jika tidak, kita sendiri yang akan merasakan konsekuensi dari memelihara ingatan yang membuat kita sempit hati. Memaafkan adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang Memaafkan adalah suatu karunia terindah dalam hidup seseorang, baik memaafkan diri sendiri maupun memaafkan orang lain, walau tidak banyak di antara kita mampu melakukannya dengan mudah. Adapun salah satu simulasi teknik memaafkan adalah sebagai berikut:

· Doakanlah dengan penuh ketulusan untuk orang-orang yang telah menyakiti kita atau yang kita benci, agar mereka menjadi lebih baik atau memiliki perilaku yang kita inginkan.

· Setelah selesai berdoa, klien/peserta disuruh menulis dalam kertas, penyebab mengapa klien/peserta membencinya dan bagaimana upaya untuk mengikis penyebab tersebut dan membantu orang yang kita benci agar menjadi lebih baik atau memiliki perilaku yang kita inginkan.

8. Teknik 6 ucapan Dzikir

Ada 6 ungkapan/ucapan menurut Ary Ginanjar untuk mengatasi rangsangan agar kita senantiasa pada posisi terkendali pada Fitrah yaitu:

· Saat marah, makan ucapkanlah Istigfhar, Astagfirullah.

· Saat Kehilangan dan sedih, ucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raa’jiuun.

· Saat Bahagia, ucapkan Alhamdulillah.

· Saat Kagum, ucapkan Subhanallah.

· Saat Takut, ucapkan Allahu Akbar.

· Saat Panik, ucapkan Laa hawlaa walaa quwwata illa billah.

Ucapan–ucapan tersebut berfungsi sebagai pengendali atau kemudi diri agar emosi kita tetap terkendali (stabil) pada posisi fitrah ketika menghadapi suatu rangsangan.

9. Teknik bersyukur

Filosofi Teknik ini adalah bahwa dengan selalu mensyukuri segala hal yang kita terima, maka akan menjadikan diri lebih berserah diri (aslama) kepada Allah dan otomatis diri kita menjadi lebih tenang, hati lebih jernih, sehingga kontrol diri meningkat.

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. [2.152]

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. [2.172]

Bersyukur itu penting dan merupakan bagian dari pola berfikir (mindset) dan perilaku kehidupan yang sehat. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk bersyukur (QS Ibrahim 14:7). Karena pada dasarnya, bersyukur itu untuk kepentingan dan kemaslahatan diri kita sendiri (QS An Naml 27:40). Bersyukur dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas keuntungan yang kita dapatkan atau hilangnya kesulitan yang menimpa. Ungkapan rasa syukur tentu saja tidak terbatas pada ekspresi untaian kata karena ungkapan verbal hanyalah salah satu bentuk rasa syukur. Setidaknya ungkapan syukur dapat dilakukan dalam tiga ekspresi.

Pertama, syukur dengan hati (bil qalbi). Yaitu dengan menikmati anugerah Allah yang sudah dan sedang kita peroleh. Kesalahan umat manusia yang kurang bersyukur adalah karena kekurangmampuan mereka dalam mengingat dan mendata serta menikmati pemberian pemberian Allah yang sudah dan sedang dalam genggaman atau yang sudah kita raih. Plus dibarengi dengan rasa tamak atas apa yang belum kita dapat yang kebetulan sudah dimiliki orang-orang di sekitar kita. Bercita-cita untuk mencapai apa yang belum kita raih adalah manusiawi bahkan dianjurkan. Yang tidak wajar dan tidak boleh adalah ketika keinginan itu menghalangi kita untuk mensyukuri nikmat yang ada serta menutup mata kita atas anugerah yang kita miliki.

Kedua, syukur dengan kata-kata (bil lisan). Adalah dengan mengucapkan kata syukur secara verbal. Diungkapkan dalam kesendirian atau di depan orang lain (QS Adh Dhuha 93:11). Baik dengan sepatah kata “alhamdulillah” atau kata-kata ungkapan senada yang lain.

Ketiga, syukur dengan perilaku (bil hal). Yaitu dengan cara belajar lebih rajin dan membagi ilmu yang diperolehnya bagi yang dianugerahi ilmu pengetahuan. Bekerja lebih keras dan bersedekah lebih banyak bagi yang mendapat limpahan rezeki. Serta semakin mawas diri dalam bertindak bagi yang terlepas dari himpitan masalah. Kebahagiaan dan ketenangan hati kita sangat tergantung, salah satunya, pada kemampuan kita dalam mensyukuri nikmat yang sudah dan sedang kita capai. Dan ini tidaklah mudah. Karena memang kecenderungan awal dari manusia adalah memikirkan dan menginginkan apa yang belum dimiliki dan ini sering berakibat pada lupanya kita untuk menikmati dan mensyukuri yang ada. Sekedar contoh kecil, berapa banyak dari kita yang bersyukur saat kita sehat? Tidak banyak. Yang sering terdengar adalah keluhan saat kita sakit. Berapa banyak dari kita yang bersyukur atas kenyataan bahwa kita dianugerahi fisik yang normal dan tidak cacat? Sedikit. Yang banyak adalah nada tidak puas atas bentuk fisik yang kita miliki; merasa kurang cantik atau kurang tampan: hidung yang kurang mancung atau terlalu panjang, kulit yang kurang putih atau terlalu putih, badan yang terlalu pendek atau ketiggian, terlalu kurus atau kegemukan.

Aneka manfaat syukur

Selain jalinan persahabatan yang baik, sikap bersyukur kini terbukti secara ilmiah memicu pula aneka manfaat lain. Di antaranya manfaat kesehatan jasmani, ruhani dan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Tidak heran jika “gratitude research” atau “penelitian tentang sikap bersyukur” menjadi salah satu bidang yang banyak diteliti ilmuwan abad ke-21 ini. Profesor psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, sekaligus pakar terkemuka di bidang penelitian “sikap bersyukur”, telah memperlihatkan bahwa dengan setiap hari mencatat rasa syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik. Dibandingkan dengan mereka yang suka berkeluh kesah setiap hari, orang yang mencatat daftar alasan yang membuat mereka berterima kasih juga merasa bersikap lebih menyayangi, memaafkan, gembira, bersemangat dan berpengharapan baik mengenai masa depan mereka. Di samping itu, keluarga dan rekan mereka melaporkan bahwa kalangan yang bersyukur tersebut tampak lebih bahagia dan lebih menyenangkan ketika bergaul.

Dampak latihan bersyukur

Melalui latihan, perasaan bersyukur dapat dibiasakan dalam diri seseorang. Pelatihan sengaja untuk menanamkan rasa syukur ini ternyata membawa dampak positif dalam beragam sisi kehidupan. Dalam penelitian menggunakan metoda membandingkan, ditemukan bahwa mereka yang menuliskan rasa syukurnya setiap pekan mendapatkan manfaat jasmani-ruhani yang lebih baik dibandingkan mereka yang terbiasa mencatat peristiwa menjengkelkan dan kejadian yang biasa-biasa saja. Di antara manfaat ini adalah olah raga yang lebih teratur, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit badan, merasa hidupnya secara keseluruhan lebih baik, dan berpengharapan lebih baik di minggu mendatang.

Manfaat lain sikap berterima kasih tampak pada keberhasilan dalam mewujudkan cita-cita. Dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sebaliknya, mereka yang senantiasa memiliki daftar ungkapan rasa syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-cita mereka. Cita-cita ini dapat berupa prestasi akademis, hubungan antar-sesama dan kondisi kesehatan. Penelitian lain dilakukan dengan melatih pembiasaan sikap bersyukur setiap hari pada diri sendiri. Kondisi positif seperti: waspada, bersemangat, tabah, penuh perhatian, dan daya hidup pada orang muda dewasa meningkat akibat pembiasaan sikap bersyukur. Perbaikan kondisi sebaik ini tidak dijumpai pada orang yang dilatih bersikap menggerutu atau pada orang yang menganggap dirinya lebih sejahtera dibanding orang lain.

Selain itu, mereka yang memiliki rasa syukur setiap hari lebih memiliki jiwa sosial yang lebih baik dibandingkan mereka yang suka berkeluh kesah dan suka menganggap orang lain kurang beruntung. Golongan yang pertama tersebut cenderung menolong seseorang yang memiliki masalah pribadi, atau telah membantu dukungan semangat kepada orang lain. Pasien pun tak luput dari penelitian seputar sikap bersyukur ini. Dengan melibatkan sejumlah orang dewasa pengidap penyakit otot-saraf, pelatihan membiasakan sikap bersyukur berdampak baik pada pasien tersebut. Di antaranya adalah kualitas dan lama tidur yang lebih baik, lebih optimis dalam menilai kehidupan, lebih eratnya perasaan persahabatan dengan orang lain, serta suasana hati tenteram yang lebih sering dibandingkan dengan mereka yang tidak dilatih bersikap syukur.

Salah satu Teknik bersyukur adalah doa syukur.

Yaitu setiap selesai sholat berdoalah dengan bahasa yang mudah dimengerti dan detail mengenai anugerah yang anda terima setiap hari. Misalnya, “ Terimakasih Allah atas kesempatan yang Engkau berikan pagi ini, sehingga saya masih bisa bernafas, beribadah padaMu, bermanfaat bagi orang lain,………(tuliskan semua anugrah yang kita rasakan saat ini dan atau yang terlintas dalam pikiran kita, hingga kita merasa tenang, nyaman bahagia, bahkan bibirpun tersenyum secara otomatis)”. Selanjutnya, catatlah setiap anugrah yang telah anda sampaikan tadi dan anda baca kembali tulisan tersebut (bila perlu dipajang di dinding dan atau sekitar tempat yang sering kita lewati. Hal ini akan menjadikan anda merasa penuh dengan barokah dan kebahagiaan.

10. Meditasi Dzikir

Teknik ini merupakan gabungan teknik meditasi, hypnotherapy, Neuro Linguistic Programming (NLP) dan dzikir. Teknik ini merupakan Teknik yang menjadi senjata utama dalam upaya meningkatkan kemampuan kendali diri dalam upaya optimalisasi potensi fitrah yang mulai redup (atau tertutupi dosa-dosa dan bisikan setan).

Hal ini didukung oleh para pelaku meditasi yangmengatakan bahwa dalam meditasi terdapat perasaan nyaman dan seolah-olah menemukan kembali suatu hal yang sangat berharga yang telah sempat hilang (yaitu fitrah).

Dikarenakan Teknik mensyaratkan peserta untuk memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi, maka bagi peserta yang belum memilikinya diharapkan untuk melatih terlabih dahulu Teknik berfokus, Teknik mendisiplinkan perhatian, Teknik mencari jeda dan Teknik merasakan.

11. Teknik Berdialog dengan Hati Nurani

Teknik ini adalah Teknik yang efektif dalam mengajak pasien untuk lebih menyatu dengan diri sendiri, menghargai diri dan berusaha berinteraksi dengan Fitrahnya (hati nurani suci). Teknik ini terinsipirasi dari konsep dasar Fitrah dan NLP. Teknik ini lebih efektif bila pasien sudah dalam kondisi relaks, mudah untuk diajak Fokus dan Belief dengan therapis.

12. Teknik Explorasi Reframing

Teknik ini adalah Teknik dialogis antara terapis dengan Klien. Dimana terapis memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang detail untuk menggali kelengkapan informasi yang telah (tanpa disadari) dihilangkan (deletion) atau dikikis (distortion) oleh Klien. Setiap pertanyaan tersebut membuat Klien melihat dari sudut pandang yang berbeda tentang permasalahan tersebut, sehingga menjadi SOLUSI. Dalam Teknik ini, terapis wajib memiliki kemampuan bertanya yang mahir dan kemampuan mengarahkan Klien untuk tetap memfokuskan pada solusi, sehingga tidak terjebak dengan kondisi emotif.

13. Teknik Bermain Peran

Teknik ini adalah sebuah Teknik yang powerfull untuk Klien yang tidak ingin membicarakan permasalahannya (aib) atau kesulitan dalam mengungkapkan, karena melibatkan orang lain.

14. Teknik Menciptakan Tombol

Teknik ini adalah Teknik yang membantu orang lain dan diri sendiri untuk menciptakan “tombol” yang dapat kita gunakan untuk memunculkan sesuatu kondisi yang kita inginkan. Seperti Anchoring dalam NLP (jadi Teknik ini mengadopsi dari konsep NLP). Tombol yang efektif bila itu berhubungan dengan kondisi fisik yang di setting secara khusus (kinestetik nya yang dirangsang) dan lebih optimal bila juga ada suara dan imajinasi kondisi yang kita inginkan.

Bila melihat definis dan tahapan prosesnya, Moh. Soleh berpendapat bahwa terapi yang digunakan dalam SET memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Menurutnya terapi yang digunakan dalam SET tidak menuntut klien untuk mengungkap atau menceritakan aib dan dosa yang dilakukan kepada terapis, karena awareness dibangun dengan perenungan pada diri sendiri dan pengalaman yang digunakan adalah pengalaman yang sifatnya positif atas individu. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan umatnya untuk menutup aib saudaranya sesama muslim dalam upaya mempererat ukhuwah Islam. Dengan metode SET, dapat menghindari tersebarnya aib klien yang diakibatkan oleh terapis yang tidak mematuhi etika profesi, karena tidak seorang pun dapat menjamin dan tidak ada sanksi pula apabila seorang terapis menyebarluaskan aib kliennya. Terapi yang digunakan dalam SET sifatnya cenderung menitik beratkan pada aspek spiritual, dimana penyembuhan terhadap gejala-gejala penyakit ringan difokuskan pada pencapaian ketenangan jiwa untuk menjalankan ibadah kepada Allah Swt. Dengan metode terapi yang merujuk pada Al Quran dan Hadist akan memberikan efek terapetik yang berpengaruh secara signifikan apabila dilakukan dengan khusyuk, ikhlas dan sungguh-sungguh.

Dari paparan dia atas juga Moh Soleh menyimpulkan bahwa Simple Empowerment Technique-SET dapat membantu mengoptimalkan potensi dan menyembuhkan masalah psikologis diri sendiri, orang lain dan masyarakat sekitarnya secara mudah, cepat, aplikatif dan sesuai nilai-nilai Islam.

Prodi Psikologi Kaji Program Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ)

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan dari konsep Desa Siaga yang pernah digulirkan ataupun ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/MENKES/SK/IV/2000. Desa Siaga sendiri merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat pada umumnya seperti kurang gizi, bencana alam, termasuk didalamnnya gangguan jiwa, dengan menafaatkan potensi masyarakat setempat secara bergotong royong. Sedangkan Desa Siagam Sehat Jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Demikian diungkapkan oleh Herlini Utari, S.Psi., M.Psi (Psikolog Puskesmas Kalasan, Sleman, Yogyakarta) saat menyampaikan materi kolokium bidang Psikologi Klinis bertema ‘Peran Psikologi dalam Program DSSJ yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 26 Juni 2015.

Lebih lanjut Herlina Utari menjelaskan tentang keterlibatan dan juga peran dari setiap komponen pendukung pelaksana program DSSJ, seperti keterlibatan dan peran Kader Kesehatan Jiwa (KKJ), keterlibatan dan peran tokoh masyarakat serta keterlibatan dan peran Tim Pemegang Program Jiwa Puskesmas (perawat, psikolog, dokter, bidang desa) termasuk pola rekrutmen seorang kader kesehatan jiwa. Khusus untuk Kader Kesehatan Jiwa (sifatnya sukarela) menurut Herlini Utari yang diutamakan adalah mereka yang mau. “Kadang banyak yang mampu, tapi mereka tidak mau”, ungkapnya.

Adapun ciri-ciri/perilaku seseorang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan diantaranya ditandai dengan sedih berkepanjangan dalam waktu lama, berkurangnya kemampuan dalam berkatifitas sehari-hari (makan, minum, bersih-bersih), malas, marah-marah tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, mengamuk, menyendiri, tidak mau bergaul, atau bahkan sampai dengan mencoba untuk bunuh diri.

Oleh karenanya, untuk menekan atau mencegah timbulnya penyakit ganggan kejiwaan tersebut, DSSJ melakukan serangkaian aktifitas/pelatihan pada kelompok-kelompok beresiko, seperti pada kelompok prolanis, kelompok Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular-POSBINDU PTM, kelompok masyarakat dengan kejadian bunuh diri, konseling kelompok korban KDRT, dan juga konseling pada kelompok remaja beresiko.

Sesi tanya jawab seputar DSSJ menjadi penutup kolokium.

Puasa Harus Tetap Produktif dalam Bekerja

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Puasa jangan membuat kita menjadi malas dalam bekerja (beraktivitas). Puasa harus membuat kita tetap produktif (baca: bekerja dengan penuh semangat). Bekerja sebenarnya ikatannya bukan sekedar transaksional, tapi lebih kepada kekeluargaan ataupun menjalin silaturrahmi. Dan orang yang senang menjalin silaturrahmi maka Allah akan memanjakannya (baca: memudahkan urusannya). Nikmati pekerjaan yang dijalani sebagai rekreasi yang menyenangkan dalam hidup. Demikian kiranya beberapa pesan pentingnya yang disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF dalam acara ‘Padusan Rohani’ Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 15 Juni 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII.

Diawal ceramahnya, dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF mengapreasi kegiatan (majelis pengajian jelang Ramadhan) yang diselenggarakan seraya menyampaikan kabar gembira dari Nabi Muhammad SAW, dimana Nabi pernah memberikan kabar gembira kepada siapa saja yang senang mengaji atau menghadiri majelis ilmu akan mendapat kemudahan dari Allah SWT jalan ke surga. “Baru menuntut ilmu saja sudah dimudahkan, apalagi kalau ilmu tersebut diamalkan. Karena salah satu amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat. Di kehidupan ini yang paling penting adalah bisa diterima oleh orang lain (bermanfaat bagi banyak orang). Kalau kita tidak bisa menyenangkan orang lain, maka minimal kita tidak membuat orang lain sedih”, ungkapnya.

Dalam ceramahnya, dokter Agus juga mengingatkan agar kedatangan bulan suci Ramadhan disambut dengan penuh rasa senang dan persiapan. Beliau juga mengingatkan agar kita tidak terjebak memaknai Ramadhan itu hanya sebagai rutinitas semata. “Ramadhan ini harus kita persiapkan. Saya senang dengan nasehat : Siapa tahu in Ramadhan terakhir bagi kita. Karena kematian itu datangnya bisa kapan saja. Kematian itu adalah sesuatu yang paling dekat. Songsong Ramadhan ini dengan baik. Karena jangan-jangan ini Raamadhan terakhir bagi kita. Masing-masing punya target. Misal saya punya target jangan sampai ada perbuatan yang merusak puasa. Puasa tidak dinodai perilaku-perilaku yang dapat menghilangkan pahala puasa. Termasuk yang berat adalah menahan marah. Saat kita puasa maka dijaga agar betul-betul menahan marah ”, imbuhnya.

Terkait dengan amarah, dokter Agus yang memang memiliki kompetensi di bidang syaraf mengingatkan bahaya amarah bagi kesehatan. Menurutnya saat seseorang marah, maka kondisi tersebut bisa memicu pecahnya plak dalam darah yang akan terbawa ke aliran (kecil) darah ke otak dan mengakibatkan penyumbatan. Ini yang biasa disebut sebagai stroke. Selain itu, seseorang yang melampiaskan kejelekan (seperti marah) sesudah berbuka puasa, maka orang tsb termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak mendapat apa-apa dari puasa yang dilakukan.

Menjadi Psikolog yang “Berciri Khas”

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar prosesi Sumpah Profesi Psikolog untuk Periode XIV, Sabtu, 13 Juni 2015 di R. Auditorium. Dalam prosesi ini, ada 6 orang lulusan yang diambil sumpahnya, yakni Putri Winda Priastuti, S.Psi., Isnaini Oktaverina, S.Psi., Itto Nesya Nasution, S.Psi., Herlyna Aris Primadani, S.Psi., Mulianti Widanarti, S.Psi., dan Andi Wijaya, S.Psi. Prosesi sumpah disaksikan oleh Ketua Program Magister Psikologi Profesi, Dr. H. Fuad Nashori., M.Si., Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., ketua HIMPSI Wilayah Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA, dan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc.

“Saya berharap para Psikolog baru ini bisa benar-benar menjadi psikolog yang sangat khas yakni menjadi seseorang (psikolog) yang mampu mencapai keimanan dan dapat melakukan amal saleh sesuai dengan apa yang diupayakan. Hindari (dalam bekerja) untuk meraih surganya Allah SWT, tapi meraih kedekatan dengan Allah SWT. Banyak diantara kita yang melakukan kebodohan dengan merasa memiliki Allah hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi. Seharusnya kita adalah milik Allah SWT, sehingga kita menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan Allah SWT pada kita”. Demikian nasehat yang disampaikan oleh ketua HIMPSI Wilayah Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA kepada 6 orang psikolog baru usai diambil sumpahnya.

Sedangkan rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam kesempatan tersebut mengingatkan akan tugas berat para psikolog baru dalam turut serta membenahi mentalitas bangsa Indonesia yang sampai saat ini relatif masih kurang baik, seperti masih adanya pejabat bermental koruptif maupun pejabat-pejabat negara yang membuat keputusan yang aneh-aneh, misalnya impor garam yang sebenarnya tidak perlu dilakukan mengingat kita adalah negara dengan pantai terpanjang di dunia yang secara otomatis seharusnya mampu memproduksi garam/swasembada garam.

“Kondisi negara kita saat ini memerlukan psikolog-psikolog tangguh khususnya berasal dari UII yang tidak hanya mendapatkan keilmuan psikologi, tapi juga keagamaan, etika dan moral. Peran psikolog sangat penting untuk mendidik mental bangsa kita. Mulai dari diri kita, lingkungan kita dan peran kita untuk memperbaiki mentalitas bangsa kita. Mental-mental yang ilahiyah dan mengarah kepada Allah SWT”, pungkasnya.

IKI UII Kaji Kebahagiaan Ibu di Masa Tua

Ibuku sayang, ibuku bahagia. Demikian tema pertemuan rutin Ikatan Keluarga Ibu-Ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang pada periode Juni 2015 ini (tepatnya 12 Juni 2015) difasilitasi oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII dengan menghadirkan Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog sebagai pemateri.

Dalam paparannya, sosok yang akrab disapa sebagai Bu Ratna Syifa’ ini mengajak para peserta untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi masa tua/lansia sebagai seorang ibu. “Meski usia harapan hidup berbeda-beda, masalah yang dihadapi pada umumnya adalah sama. Menginjak usia tertentu lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang biasa dikenal dengan 8b, yakni botak, blereng (mudah silau), budek (pendengaran kurang), bingungan (mudah bingung), bawel (cerewet)/bisu, bungkuk, buyutan (lemah, gemetaran), beseren (sering buang air besar/kecil)”, ungkapnya.

Lebih jauh dalam kesempatan tersebut Bu Ratna Syifa’ mengajak keluarga besar IKI UII untuk mengenali lebih dini sekaligus dalam rangka mencegah demensia/pikun dan juga gangguan persendian. Menurutnya, pikun bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti penyakit Alzheimer, gangguan pembuluh darah otak, parkinson, trauma kepala, kekurangan hormon tiroid, kekurangan vitamin B12 maupun ketidakseimbangan kadar kalsium.

Adapun 10 gejala awal yang perlu diwaspadai adalah (1) gangguan daya ingat (sering lupa janji, lupa nama orang-teman-keluarga, tidak bisa mengingat kejadian-pembicaraan, bertanya berulang-ulang untuk hal yang sama), (2) kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana (aktivitas sehari-hari), (3) bermasalah dengan komunikasi/bahasa (gangguan keterlibatan dalam berbicara, gangguan pengertian, gangguan kelancaran dan gangguan dalam mencari dan menemukan kata yang tepat), (4) disorientasi (gangguan mengenal waktu, tempat, lingkungan bahkan orang lain), (5) penampilan memburuk (tidak memperhatikan penampilan, salah berpakaian), (6) kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, (7) salah/lupa meletakkan barang, curiga sesorang telah mencurinya, (8) perubahan kepribadian (perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa, menyalahkan orang lain, cemas), (9) Hilangnya minat dan inisiatif (berkurangnya aktivitas kesenangan pribadi, meninggalkan hobi yang biasa dinikmati), dan (10) gangguan visuospasial (sulit membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, tidak tepat dalam menuangkan air ke dalam gelas-tumpah, tidak mengenali wajahnya sendiri di depan cermin, dll).

Demensia sendiri memiliki beberapa dampak baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat, seperti frustasi, sedih, mengganggu kelancaran organisasi (jika menjadi anggota organisasi masyarakat, kecelakaan/kebakaran akibat lupa mematikan kompor, dan lain-lain.

Lantas, bagaimana cara untuk mencegah atau setidaknya untuk menundanya ?

Berikut beberapa aktivitas yang menurut Bu Ratna Syifa’ bisa mencegah atau menunda demensia, seperti bernyanyi, menari, membaca koran, membaca majalah, membaca Al Quran, mengerjakan teka-teki silang, senam, berkebun, bermain catur, halma, monopoli, senam pernapasan, dan beberapa aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut hendaknya dilakukan secara rutin. Tubuhpun hendaknya tetap mendapatkan asupan gizi/vitamin yang baik.

Penangan demensia sejak dini dimungkinkan akan membawa banyak dampak positif, seperti tetap dibutuhkan dan terlibat aktif dalam keluarga, mampu berperan aktif di masyarakat, dan juga mampu menolong sesama yang membutuhkan.

Selain demensia atau pikun, Bu Ratna Syifa juga mengajak untuk mengenali gangguan persendian yang biasanya juga dialami oleh mereka yang memasuki masa senja. Gangguan tersebut menurutnya banyak disebabkan karena peradangan akibat kesalahan pola makan, makanan, lingkungan, udara, maupun tanah yang semakin hari semakin terkontaminasi toksin. Gangguan persendian yang umumnya terjadi adalah rhematoid (rematik), osteoporosis (kekeroposan tulang), dan gout arthritis (penumpukan asam urat).

Bagaimana pencegahannya?

Pencegahan permasalahan gangguan persendian bisa diawali dengan pola makan, yakni dengan mengkonsumsi makanan secara pas (tidak berlebihan) dan tidak mengkonsumsi makanan yang kaya akan purin (jeroan, ampela, kikil, usus, dll). Sedangkan untuk mengurangi rasa sakit ataupun pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengkonsumsi satu sendok teh bubuk kulit kayu manis ke dalam 1 sendok makan madu sebelum sarapan pagi selama 1 bulan, menggunakan garam epsom (garam Inggris yang kaya magnesium dalam mengolah makanan, mengkonsumsi minyak ikan cod (1-2) sendok teh setiap hari, melakukan aktivitas peregangan secara lembut, dan juga memenuhi kebutuhan gizi (gizi seimbang) selama lansia.

Dari sisi psikologis maka para lansia perlu berpeilaku yang baik, yakni pandai bersyukur, tidak suka marah-murung-putus asa, suka bergaul-bersilaturrahmi, suka beraktivitas, mendekatkan diri pada Tuhan, mengembangkan hobi, dan makan minum secara teratur. Kiat secara umum dirumuskan dalam 7 B, yakni banyak makan buah, bekerja dengan semangat, berolahraga secara rutin, berisitirahat yang cukup, belajar terus, banyak maunya dan berbahagia.

 

Alumni FPSB dapat Bekal Teknik Komunikasi dan Negosiasi

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Teknik komunikasi efektif dan juga teknik negosiasi menjadi tambahan pengetahuan yang diperoleh oleh para wisudawan/wisudawati Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang diwisuda pada hari Sabtu, 13 Juni 2015. Para alumni mendapatkan kedua materi tersebut dalam sebuah acara pembekalan calon alumni satu hari jelang wisuda atau tepatnya hari jumat, 12 Juni 2015. Materi disampaikan oleh salah satu alumni Prodi Psikologi FPSB UII yang juga masih tercatat sebagai mahasiswa Program Magister Psikologi Profesi FPSB UII, Walid Jumlad, S.Psi.

Dalam paparannya, pemilik sapaan Walid tersebut banyak menceritakan pengalamannya selama menjadi staf HRD pada sebuah perusahaan bonafit di Pulau Batam. Menurutnya, dibutuhkan teknik-teknik berkomunikasi yang baik dan juga kemampuan negosiasi yang mumpuni untuk memperoleh hasil atau mencapai sebuah tujuan. Jika keduanya bisa dikuasai, maka bisa dipastikan juga akan memperkecil potensi konflik yang bisa terjadi pada sebuah perusahaan atau bahkan di luar perusahaan.

Sedangkan untuk manajemen konflik, Walid lebih mengedepankan proses pencegahan daripada musyawarah atau hukum. Namun demikian, musyawarah juga masih menjadi alternatif terbaik untuk menyelesaikan konflik dibanding dengan menempuh jalur hukum.