Kegiatan Prodi Psikologi

Pelatihan “Character Building” Siswa/i SMA N 1 Wonosari di FPSB UII

Image

Sus Bidiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog sampaikan Prophetic Intelligence bagi Siswa SMA N 1 Wonosari

Yogyakarta. Bertempat di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia, Ahad 18 Januari 2008 117 Siswa-siswa SMA N 1 Wonosari kelas Akselerasi dan Internasional mengikuti pelatihan “character buidling” bersama Tim dari Pusat Psikologi Terapan (PPT) Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Komposisi dari 117 peserta tersebut terdiri dari 22 orang siswa kelas akselerasi dan 95 orang siswa kelas internasional. Dalam pelatihan tersebut, para siswa mendapatkan berbagai permainan dalam outbond, materi Prophetic Intelligence, dan Emotional Freedom Technique

Deteksi Dini dan Optimalisasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Image

Dekan FPSB UII, Camat Tempel dan Peserta Seminar

Yogyakarta. Kehadiran anak dalam sebuah keluarga pastilah sangat dinantikan. Anak adalah rezeki dan juga amanah dari Allah swt. Bagaimanapun kondisi seorang anak saat lahir dan berkembang menuju ke arah yang lebih dewasa baik fisik maupun psikis, anak berhak untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian dan juga pendidikan yang memadai. Kenyataannya, saat ini masih banyak orang tua yang shock dan malu karena memiliki anak yang tidak normal (cacat=khusus). Banyak diantara mereka yang belum sadar bahwa anak-anak cacat/khusus ini juga berhak mendapatkan pendidikan yang berorientasi bagi masa depannya. Bahkan, masih banyak juga yang menyembunyikan keberadaan anaknya baik secara fisik maupun informasi. Akibatnya, jangankan menikmati fasilitas pendidikan, keberadaannya pun kadang tidak diketahui oleh pihak-pihak yang berkompeten terhadap pendidikan mereka.

Guru MAN Maguwoharjo dapatkan Pelatihan Achievement Motivation

Maguwoharjo, Yogyakarta. “Siapa tokoh sukses menurut Anda? Tuliskan apa saja yang menjadi ciri/sifat/kepribadian/kebiasaan/karakter yang dimiliki tokoh tersebut?”, begitu pertanyaan pembuka Trainer Devi Damayanti, S.Psi, kepada para peserta Pelatihan Achievement Motivation Training Guru-Guru MAN

Image

Devi Damayanti saat sampaikan Achievement Motivation

Maguwoharjo Sleman, pada hari Sabtu pagi tanggal 10 Januari 2009 di Gedung MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Acara ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog. 

Dalan sambutannya, Fuad Nashori mengungkapkan bahwa keberhasilan anak-anak umumnya maupun anak-anak berkebutuhan khusus yang di kemudian hari menjadi pemenang banyak dipengaruhi oleh pembimbingan atau pendampingan yang diberikan oleh orangtua dan guru. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang berhasil menjadi peraih medali emas olimpiade maupun olimpiade khusus untuk orang-orang luar biasa (baca: cacat) biasanya dibimbing oleh orang-orang yang menyayangi mereka dan mampu memotivasi mereka. Salah satu catatan terpenting dalam sejarah anak berkebutuhan khusus adalah suksesnya Helen Keller yang tuna rungu dan tuna netra menjadi ilmuwan besar dalam sejarah manusia. ”Saya percaya dari MAN ini akan lahir guru-guru yang mampu melahirkan orang-orang besar melalui bimbingan dan kemampuannya memotivasi,” ungkap Pak Dekan.

Pelatihan Prophetic Intelligence untuk Guru MAN Maguwoharjo Sleman

Allah swt berfirman; 

“Sungguh dalam diri Rasul Allah (Mhammad saw) itu terdapat suri tauladan yang baik”.

Image

Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog saat sampaikan Prophetic Intelligence

Maguwoharjo, Yogyakarta. Masih dalam rangkaian kegiatan Backstoping Programme yang merupakan kolaborasi antara Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas RI, Guru-guru MAN Maguwoharjo mendapatkan kesempatan untuk menambah pengetahuannya tentang Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelligence) yang disampaikan oleh Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog pada hari Sabtu siang, 10 Januari 2009 di Gedung MAN Maguwoharjo Sleman.

FPSB UII Selenggarakan Pelatihan Proactive Coping Bagi Guru SLB Citra Mulia Mandiri

Image

Yulian Dwi Astuti saat sampaikan materi

Kaliurang, Yogyakarta. Bertempat di RM. Langen Sekar Jl. Kaliurang Km. 15,5 Yogyakarta, Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia bekerjasama dengan Depdiknas RI menyelenggarakan Pelatihan Proactive Coping bagi para Guru SLB Citra Mulia Mandiri Sambilegi Maguwoharjo Yogyakarta guna meningkatkan kemampuan mereka dalam membantu mewujudkan orientasi masa depan para penyandang autis yang menjadi peserta didik mereka. Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia,  H. Fuad Nashori dalam sambutannya berharap agar apa yang disampaikan oleh Tim Backstoping Programme nantinya akan membawa semangat baru dalam menangani anak berkebutuhan khusus.  “Semoga nanti Bapak/Ibu para pengajar ini dapat mengubah anak-anak tersebut hingga bisa menyamai atau memiliki kemampuan yang hampir sama dengan anak-anak normal lainnya”, ungkap beliau sesaat sebelum membuka secara resmi pelatihan yang dihadiri oleh 17 orang staf pengajar SLB Citra Mulia Mandiri tersebut.

Prodi Komunikasi FPSB UII-FFTV IKJ Rencanakan Kerjasama

Image

Serah terima cinderamata FFTV IKJ – FPSB UII

Demangan, UIINews. Pertengahan Desember 2008 menjadi sebuah hari cukup istimewa bagi Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII. Bertempat di Rumah Makan Bumbu Pawon, JL. LPP Yogyakarta, Dekan FPSB UII, H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog didampingi Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Masduki, MA., menerima kunjungan silaturrahmi Dekan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, Gatot Prakosa, S.Sn., M.Hum., wakil dekan sekaligus seorang penulis skenario film terkenal, RB. Armantono beserta beberapa staf pengajar lainnya.

Orangtuaku Mau Bercerai

Image

Sepasang hati yang mulai tak nyaman…

Pada kesempatan ini saya ingin mendapatkan atas pencerahan dan pemecahan masalah keluarga saya yang sangat mengganggu aktivitas belajar saya khususnya dan kehidupan saya pada umumnya. Adapun masalah yang saya hadapi adalah kedua orangtua saya pada saat ini sedang dalam proses perceraian di pengadilan agama. Bagi saya ini pukulan berat dalam kehidupan saya. Terus terang saya tak suka dengan keadaan ini. Sebagai anak, saya ingin keluarga saya utuh. Apa yang harus saya lakukan?

Anton – Yogyakarta

Tanggapan Psikolog: H. Fuad Nashori

Mas Anton, saya prihatin dengan keadaan keluarga anda. Berada dalam situasi di mana kedua orangtua akan segera mengakhiri hubungan tersebut pasti sangat tidak nyaman. Namun, saya menaruh penghargaan atas komitmen Mas Anton untuk membuat keluarga ini tetap utuh. Komitmen anda untuk menyelamatkan keluarga patut diacungi jempol. Saya dukung upaya kongkrit mas Anton untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga anda bersama orangtua.

Selanjutnya, apa yang harus anda lakukan? Saya memiliki beberapa saran. Pertama, anda perlu menyuarakan aspirasi anda itu kepada orangtua. Semakin sering semakin baik. Semakin ekspresif semakin baik. Secara detil apa yang harus anda katakan, silakan anda kreasikan sendiri. Ibaratnya, kalau ada seseorang yang berteriak keras pasti akan lebih didengarkan dibanding kalau ia hanya memanggil dengan suara biasa. Suara yang ekspresif penting untuk anda sampaikan karena keagaan keluarga anda memang penting. Saya percaya apa yang anda suarakan akan menjadi perhatian anda. Lebih baik lagi, dengan catatan anda punya kakak dan adik, bila anda menyuarakan bersama saudara-saudara anda.

Kedua, anda libatkan orang-orang lain yang anda percayai memiliki keprihatinan seperti anda dan juga punya keinginan untuk melihat keluarga anda utuh. Paman, ibu, Pakde, bude, kakek, nenek, atau ustadz dari ayah atau ibu anda dapat dilibatkan sebagai mediator (penengah). Usahakan mediator adalah orang yang berpengaruh (the significant person) terhadap ayah an ibu anda. Semakin besar pengaruhnya semakin kuat kemampuannya untuk membuat kedua orangtua anda rujuk dalam cinta. Dalam melakukan fungsi mediasi ini, anda dapat meminta kepada mediator agar menjadikan isu pemaafan (forgiveness) sebagai salah satu titik tolak untuk merukunkan kembali dua orangtua anda. Pemaafan memiliki kekuatan untuk menjadikan perselisihan dan pertengkaran diselesaikan dan dicarikan solusi lanjutannya. Tanpa pemaaafan, masih ada ganjalan di hati orangtua anda satu terhadap yang lain.

Demikian. Selamat berjuang!

Mahasiswa UII Pun Perlu Membuka Akses Politik

Image

H. Fuad Nashori, M.Si., Psikolog

Beberapa hari lalu, Sigit Prabowo dan Haffriza Sigit, dua pentolan DPM Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, menginformasikan bahwa akan ada rencana pada lembaga mahasiswa untuk menolak kampanye partai politik dalam bentuk apapun ke kampus.

Terhadap gagasan itu, saya dapat memahaminya, yaitu biar masalah kemahasiswaan di UII tidak tercampuri urusan politik. Agar tidak muncul kelompok-kelompok politik dalam kampus yang dapat memicu ketegangan dan bahkan kekerasan antar klik-klik (clique, kelompok kepentingan yang kecil) dalam kampus. Saya dapat memahami alasan ini. Namun, sebelum gagasan tersebut diteruskan dan direalisasikan, ada baiknya didiskusikan: apakah itu tidak merugikan mahasiswa UII sendiri?

Membuka Akses

Saya percaya bahwa berkenalan dengan politisi-politisi tingkat nasional berguna dan penting bagi civitas akademika UII,. Perkenalan semacam ini akan membuka akses bagi mahasiswa UII khususnya dan civitas academika UII umumnya untuk memahami seluk-beluk politik nasional. Bagi yang memiliki naluri dan bakat politik, ini akan menjadi jalan baginya untuk memupuk naluri dan bakat itu, sehingga berkembang secara optimal. Perkenalan dengan politisi akan membuka jalan bagi mahasiswa dan civitas academika UII umumnya untuk memberi sumbangan bagi bangsa Indonesia pada umumnya, tentu saja dengan terus menghidupkan misi UII yang bertitel rahmatan lil ‘alamin. Saya rasa kedudukan politik yang besar yang pernah diraih oleh civitas academika UII pada 9 tahun pertama millennium tiga  seperti menjadi mentri, ketua mahkamah konstitusi, ketua komisi yudisial, ketua komnas HAM, dan seterusnya dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti bertemu dengan politisi.

Mengapa akses itu perlu kita buka sekarang dan tidak nanti saja kalau sudah tidak jadi mahasiswa? Sebenarnya akses dapat dibuka kapan saja, namun lebih cepat lebih baik. Kalau jalan menuju akses nasional itu kita buka sekarang, mungkin beberapa tahun lagi dampaknya akan dirasakan. Sebaliknya, kalau akses sekarang ditutup, maka boleh jadi tak akan ada lagi peluang itu, lebih-lebih kalau seorang mahasiswa sudah jadi alumni, lalu kembali ke kota kecilnya atau ke kampungnya.

Berbagai Cara

Pembukaan akses politik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik dengan mendatangi mereka, mendatangkan mereka ke kampus kita, ataupun terlibat aktivitas bersama mereka di luar area mereka dan area kita. Menerima tamu para politisi, menurut saya, agak pasif sifatnya. Usaha yang lebih besar dan lebih aktif adalah mengundang para politisi itu atau mendatangi mereka. Tentu saja ketika bertemu mereka kita tidak hanya dengan kepala kosong, tapi dengan taktik, strategi dan juga konsep, biar apa yang kita sampaikan didengarkan mereka. Usaha yang lebih aktif adalah mendatangi mereka, tentu dengan segepok konsep yang sudah disiapkan matang-matang.

Beberapa hari lalu, UII melalui Rektor Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec, menerima tamu beberapa anggota DPR Pusat yang sedang menggodok undang-undang demokrasi ekonomi. Saya melihat apa yang mereka lakukan sebagai pembukaan dan pengembangan akses politik. Saya dengar gagasan ekonomi yang pro-rakyat disuarakan pakar-pakar ekonomi dan hukum UII seperti pak rektor sendiri, Dr. Jaka Sriyana, Rokhedi, MSc, Drs. Suharto, MSi (ketiganya ekonom), dan Dr. Saifuddin, SH, MH (hukum). Saya senang mendengar diskusi mereka, karena pemikiran-pemikiran positif mereka, walau terus terang saya tak dapat memahami detil pemikiran mereka.

Di masa lalu pembukaan akses yang lebih aktif telah dilakukan putra-putra terbaik UII. Saya mungkin tidak tahu banyak tetapi punya sedikit pengetahuan tentang sepak terjang yang dilakukan oleh guru besar FH UII Prof. Dr. Moh.Mahfud MD, SH, SU. Pada waktu beliau menjadi PR I UII pada pertengahan 1990-an, beliau banyak membuka akses politik ke Senayan. Saya masih ingat beberapa kali beliau memelopori penerbitan buku terbitan UII. Buku kumpulan dari ahli berbagai disiplin ilmu itu dikirimnya langsung ke Jakarta dan bertemu dengan anggota-anggota DPR. Apa yang dilakukan oleh Prof. Mahfud adalah salah satu bentuk pembukaan dan pengembangan akses ke pusat kekuasaan. Anda bisa lihat hasilnya sekarang. Prof. Mahfud sukses berat dengan menjadi seseorang yang pernah menduduki jabatan di eksekutif (mentri pertahanan serta mentri hukum dan perundang-undangan), lembaga legislatif (anggota DPR dan kalau tak salah ketua fraksi), dan yudikatif (anggota dan akhirnya Ketua Mahkamah Konstitusi). Amanat yang jarang sekali dimiliki warga Republik ini.

Berhati-hati

Saya setuju kita harus berhati-hati ketika mendatangkan politisi ke kampus atau lebih-lebih bila kampus ini jadi ajang bebas kampanye. Salah satu kekhawatirannya adalah kampus dijadikan ajang kampanye oleh sesama mahasiswa, lalu ada ketegangan dan bahkan kekerasan di antara mereka. Kalau ini terjadi, pasti tidak positif, dan memalukan!

Oleh karena itu, saya mendukung wacana yang pernah digulirkan WR III UII Ir. Sutarno, MSc. Ada renana UII untuk mengundang para politisi nasional untuk berkampanye di UII. Terbuka kesempatan bagi semua partai untuk masuk ke UII, tapi hanya melalui forum yang diselenggarakan untuk itu. Yang hadir pun harus tokoh nasional, biar manfaatnya besar bagi UII dan civitaas academika UII.

Saya mendukung bila langkah ini dilakukan bersama-sama lembaga mahasiswa, dalam hal ini adalah LEM Universitas Islam Indonesia.

Demikian. Bagaimana menurut Anda, Mas Sigit Prabowo, Mas Haffriza Sigit, dan seluruh pembaca tulisan ini?

Hindari Kekerasan dalam Pendidikan

ImageAkhir-akhir ini kekerasan dalam pendidikan marak lagi. Beberapa kasus guru SMA di Jawa Timur dan Sulawesi Tengah dikabarkan menempeleng murid-muridnya. ”Ya, benar kekerasan ini memang berulang-ulang terjadi. Jenisnya pun tidak hanya kekerasan fisik,” ungkap H. Fuad Nashori yang 28 November 2008 lalu menyampaikan presentasi dua makalah ilmiah, yaitu ”Agresivitas dalam Dunia Pendidikan: Problem dan Solusinya” serta ”Pemaafan, Mulai dari Pendekatan Individual Hingga Pendekatan Kelembagaan”. Presentasi tersebut disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI), salah satu lembaga semi otonom Himpunan Psikologi Indonesia, di Bandung

Emi Zulaifah Susul ke Jerman

ImageSenin, 29 Desember 2008, Dra. Emi Zaulaifah, MSc, salah seorang dosen Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII berangkat ke Jerman, tepatnya ke Kota Leipzig. Di sana Emi akan menyelesaikan pendidikan S3 Psikologi di bawah bimbingan Prof. Dr. Evelin Witruk dari Institut fur Angewandte Psychologie, Faculty of Bioscience, Pharmacy and Psychology, Leipzig University. Berdasar laporan yang diterima Humas FPSB UII, Emi Zulaifah yang berangkat ke Jerman dengan didampingi suami dan dua putranya, sampai di tempat tujuan dengan selamat. “Doakan ya biar saya dapat menyelesaikan kuliah tiga tahun,” ungkap Emi Zulaifah kepada H. Fuad Nashori, M.Si, Psikolog sehari sebelum berangkat ke Jerman.