Aku dengan Pilihanku, Kamu dengan Pilihanmu

Oleh: Nindiasari Agung Pangesti — Sebagai makhluk sosial, saya adalah seorang pengguna media sosial dan sering mengamati trend-trend apa yang sedang ngehype dan banyak diperbincangkan di dunia maya. Beberapa waktu yang lalu, baik di instagram, twitter, ataupun tiktok sedang hangat-hangatnya memperbincangkan seorang youtuber perempuan asal Indonesia dengan jutaan subscriber memiliki keputusan untuk childfree atau sikap untuk tidak memiliki keturunan. Namun berdasarkan keputusannya–yang dapat dikatakan tidak lumrah bagi warga Indonesia, ia mendapatkan banyak sekali hujatan dari netizen. Selain hujatan, ia juga mendapatkan doa dari netizen semoga segera memiliki keturunan. Warge net beranggapan bahwa childfree merupakan hal yang haram untuk dilakukan, lebih-lebih bagi umat muslim. 

 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

 

 Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS Al Imran:14)

Menurut QS Al Imran ayat 14 di atas, memang memiliki keturunan (anak) adalah hal yang diajarkan bagi umat muslim. Ketika kita memiliki banyak anak, maka rizki akan turut serta mengikuti kita, karena setiap anak memiliki rizkinya masing-masing. Namun tulisan ini tidak berfokus pada topik childfree-nya, saya ingin mengangkat isu mengenai sebuah keputusan yang dipilih oleh seseorang. Untuk kalian yang kontra dengan keputusan youtuber tersebut dan bahkan ikut berkomentar negatif tentangnya, pernahkah kalian berpikir bahwa hal tersebut adalah pilihannya dan kita sesungguhnya tidak boleh memaksakan kehendak kita bagi orang lain?

Contoh lain yang mungkin serupa adalah ketika si A sangat ingin memiliki sepeda untuk memfasilitasi mobilitasnya sehari-hari. Namun dengan sikap yang agak memaksa, si B justru mendoakan agar si A mendapatkan mobil. Si A tersinggung atas perkataan si B, dan karena perbedaan pendapat antara mereka, hubungan pertemanan antara A dan B menjadi renggang. Berdasarkan ilustrasi di atas, menurut kalian mana yang benar dan mana yang lebih baik? 

Loh, justru bagus kan kalau si A dapat mobil, kan lebih mahal dan tidak kepanasan serta kehujanan di jalan? Iya betul, secara ekonomi memang mobil memiliki nilai jual/beli yang lebih tinggi dibanding sepeda. Namun, pernahkan kalian berpikir alasan dibalik si B mengapa ia lebih menginginkan sepeda dibandingkan mobil? Bisa saja ia memiliki trauma dengan kendaraan roda 4, bisa saja ia memiliki kenangan yang buruk saat mengendarai mobil. Apakah lantas saat kita mendoakan orang lain dengan keinginan kita sendiri adalah hal yang lebih baik? Mengapa kamu harus memaksakan kehendakmu terhadap pilihanku?

 

eيَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.( QS Al Hujurat : 13)

Menurut QS Al Hujurat ayat 13 di atas, dijelaskan bahwa kita (manusia) diciptakan dengan berbeda-beda bukan untuk saling menjatuhkan satu sama lain, namun supaya saling mengenal dan menolong. Orang yang lebih mulia dihadapan Allah SWT bukanlah seorang yang kaya, berparas rupawan, ataupun memiliki kendaraan yang bagus, karena sesungguhnya yang paling mulia adalah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya. Orang yang kembar saja walaupun secara fisik kita tidak mampu membedakannya, namun apabila kita teliti lebih dalam pasti kita menemukan perbedaan diantara keduanya. Perbedaan diantara kita merupakan sebuah kewajaran, dan hal yang lebih baik adalah saat kita dapat menerima perbedaan tersebut. Kita diajarkan mengenai toleransi bukan?

Saat kita dihadapkan dengan beberapa pilihan, pilihlah satu yang terbaik menurut versi kita masing-masing. Perspektif orang berbeda-beda, belum tentu ketika pilihanku adalah benar, maka pilihanmu adalah salah. Bisa saja kita sama-sama benar, atau bahkan sama-sama salah. Tentunya sebagai seorang Muslim yang beriman saat memilih yang terbaik dari yang terbaik, kita semestinya memiliki alasan yang tidak lain kecuali diniatkan untuk bertakwa kepada Tuhan kita, Allah SWT. Aku dengan pilihanku, dan kamu dengan pilihanmu. Bukan begitu?.