HI Diskusikan Implikasi Geopolitik Bagi Indonesia
Redistribusi ekonomi dan juga redistribusi keadilan menjadi kunci penting bagu kemajuan bangsa Indonesia saat ini. Indonesia tidak akan bubar hanya karena perbedaan suku, budaya, agama, maupun ras. Akan tetapi Indonesia bisa bubar manakala banyak terjadi ketimpangan sosial-ekonomi maupun ketidakadilan, baik ketidakadilan dalam pembangunan infrastruktur suatu wilayah maupun ketidakadilan dalam bidang lainnya. Demikian diungkapkan oleh Dimas Oky Nugroho, Ph.D pada acara diskusi publik bertema Geopolitik dan Implikasinya untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 14 Desember 2017 di R. Auditorium FPSB UII.
Dalam diskusi tersebut, Staf Khusus Kepala Staf Kepresiden Republik Indonesia tersebut berujar bahwa Indonesia selaku negara yang masuk kategori middle power mempunyai peran penting bagi perpolitikan di dunia. Oleh karenanya, Indonesia bisa menemui dan berdiskusi atau berdiplomasi dengan negara manapun termasuk dengan negara yang sedang terlibat konflik. Hal ini juga ditengarai merupakan salah satu implikasi dari permainan politik yang diperankan oleh presiden RI pertama (Ir. Soekarno), dimana pada saat itu Indonesia tidak pernah memihak pada salah satu negara adikuasa, namun justeru pernah menjadi pemimpin negara-negara Asia-Afrika. Indonesia juga sangat aktif dalam memerangi kolonialisme dan imperialisme sesuai dengan amanah UUD 1945.
“You are very lucky. Kalian bisa mempelajari pergerakan politik di timur tengah. Kalian harus mempelajari pergerakan politik di negara-negara timur tengah”, ungkapnya. Hal tersebut diangap penting karena hiruk-pikuk politik di timur tengah merupakan contoh nyata untuk belajar ilmu politik.
Sedangkan pada masa presiden Soeharto, menurut Dimas Oky Nugroho pembangunan politik mengalami kegagalan. Ini disebabkan karena pada jaman presiden Soeharto tidak ada zero tolerance terhadap korupsi. Lebih jauh beliau menyampaikan bahwa saat ini kepentingan nasional yang harus segera dibangun adalah kebersamaan, Keadilan, dan survive. “Kita hrus terlibat dalam proses tersebut”, imbuhnya.
Dimas Oky Nugroho juga menyinggung pentingnya menegakkan ‘Trisakti’ yang didengungkan Presiden Soekarno, yakni memiliki otonomi secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkaratkter secara budaya. “Character is number one. Negara sekuat apapun , kalau moralnya hancur maka tidak akan mempunyai kekuatan sama sekali”, tegasnya.
Terkait dengan sikap tegas Presiden Joko Widodo yang menolak pengakuan Presiden AS bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel, semata dimotivasi untuk turut serta dalam menjamin perdamaian dan membantu ketertiban dunia.