Universitas Islam Indonesia Gandeng Saxony Jerman

Universitas Islam Indonesia kembali melebarkan sayap kerjasamanya dengan perguruan tinggi luar negeri. Kali ini University of Applied Science Saxony Jerman yang menjadi partner kerjasama dalam proses belajar mengajar, penelitian, pengembangan laboratorium dan juga publikasi ilmiah di jurnal kedua belah pihak. Penandatanganan ‘Memorandum of Understanding (MoU)’ tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Januari 2013 di Gedung Mohammad Hatta (Perpustakaan UII) oleh Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec dan Prof. Dr. habil. Marcus Stueck mewakili University of Applied Science Saxony, Jerman.

STAIN Pontianak Studi Banding ke FPSB UII

Dalam rangka studi kelayakan pendirian program studi baru, Ketua Jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak secara melayangkan surat permohonan kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam ndonesia untuk memberikan izin Bapak Zulkifli, S.Ag., MA dan ibu Sri Hidayati, S.Sos.I., M.Pd melakukan penelitian dan pengumpulan data (studi banding). Namun karena satu dan lain hal, akhirnya hanya Bapak Zulkifli , S.Ag., M.A yang bisa bertandang ke FPSB UII dan diterima langsung oleh Dekan FPSB UII, Sus Budiharto, S.Psi., M.Si, Jumat, 28 Desember 2012.

FPSB Gelar Pertemuan Orangtua/Wali Mahasiswa

Guna menjalin silaturrahmi dan komunikasi yang baik dengan orangtua/wali mahasiswa baru (angkatan 2012), Fakultas Psikologi dan Ilmu sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar acara ‘Pertemuan Orangtua/Wali Mahasiswa’, Sabtu, 29 Desember 2012 di Auditorium. Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 160 Orangtua/wali tersebut dibuka secara langsung oleh Dekan FPSB UII, Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog yang sebelumnya telah diawali pembacaan kalam Ilahi oleh Febia Ramadhaniati (Mahasiswa Prodi Psikologi FPSB UII angkatan 2011) dan pemutaran CD Profil FPSB UII.

HIMAKOM Selenggarakan Seminar ‘Jurnalisme Warga: Peluang dan Tantangan”

“Kemajuan teknologi informasi saat ini menjadikan kita mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk membangun jurnalisme warga. Kunci utamanya adalah membangun kedekatan dengan warga melalui identifikasi kebutuhan informasi dari warga”. Demikian ungkap Fajar Junaedi, M.Si saat menyampaikan materi Seminar bertema ‘Jurnalisme Warga (Citizen Jurnalism): Peluang dan Tantangan” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Rabu, 26 Desember 2012. Selain Fajar Junaedi, M.Si., panitia penyelenggara juga mengundang staf pengajar Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si sebagai pembicara.

FPSB Bangun Komunikasi Efektif Staf Kependidikan

Bisa dipastikan semua orang sepakat untuk menempatkan ‘komunikasi’ sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan tertentu, khususnya dalam membangun budaya kerja yang kompak dan solid di sebuah perusahaan/institusi. Oleh karena, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia secara khusus menyelenggarakan outbond bertema “komunikasi efektif” bagi staf ‘Tenaga Kependidikan’ yang digelar pada 23 Desember 2012 di Orang Utan Resto Magelang. Materi outbond disampaikan oleh tim dari Mahasiswa Magister Psikologi Profesi PSB UII dalam kemasan beberapa permainan, seperti jaring laba-laba, ranjau, puzzle, giring balon, dan juga permainan pengorbanan diri, yakni permainan yang meminta peserta untuk memanfaatkan seluruh potensi yang melekat pada diri (tangan, kaki, ikat pinggang, tali sepatu, dll) kemudian berbaris guna menggapai bendera yang telah disediakan terlebih dahulu dari jarak tertentu.

Laboratorium Psikologi Gelar ‘Open House’

Untuk lebih mengenalkan Laboratorium Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia kepada para mahasiswa (khususnya mahasiswa baru), laboratorium yang berlokasi di Gedung Dr. Soekiman Wirjosandjojo lantai 4 membuka ‘Open House’ pada hari Selasa dan Rabu (18-19 Desember 2012). Event 100% free ini memang merupakan agenda tahunan laboratorium Psikologi FPSB UII.

Metode Pengajaran Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

“Setiap manusia itu dilahirkan beragam dan memiliki keunikan masing-masing. Sebagai seorang psikolog/calon psikolog yang memiliki profesi dengan sebutan ‘helping hand profession’, maka kita harus menghargai keragaman tersebut. Jangan dipisah-pisahkan, jangan dibeda-bedakan”. Demikian pesan Prof. Dr. Frieda Mangunsong, Psikolog saat memberikan materi tentang ‘Metode Pengajaran Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus’ dalam kegiatan kolokium Psikologi Pendidikan dan Perkembangan yang digelar Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Senin, 17 Desember 2012.

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Agendakan Workshop “School of Empathy”

Untuk kali ke dua Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia akan menyelenggarakan workshop ‘School of Empathy” pada tanggal 2 sd 3 Januari 2013. Kegiatan akan diselenggarakan di GKU (Gedung Kuliah Umum). Prof Dr. Sardjito, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia dengan menghadirkan Prof. Dr. Marcus Stueck (Applied University Zwickau (DPFA)-Universitat Leipzig, Jerman) sebagai pemateri.

Prodi Psikologi Selenggarakan Kolokium Layanan Psikolog di Puskesmas

Keberadaan layanan jasa Psikolog di setiap Puskesmas memang sudah menjadi suatu keharusan di jaman sekarang. Problematika hidup yang semakin komplek jelas menjadi salah satu pemicu banyaknya kasus gangguang kejiwaan di kalangan masyarakat, utamanya di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah yang hanya mampu mengakses layanan kesehatan setingkat Puskesmas. Kompleksitas permasalahan kejiwaan di lapangan (baca : puskesmas) jelas membutuhkan pendekatan khusus untuk menyelesaikannya.

Lika-liku Tugas Psikolog di Puskesmas

 

Keberadaan layanan jasa Psikolog di setiap Puskesmas memang sudah menjadi suatu keharusan di jaman sekarang. Problematika hidup yang semakin komplek jelas menjadi salah satu pemicu banyaknya kasus gangguang kejiwaan di kalangan masyarakat, utamanya di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah yang hanya mampu mengakses layanan kesehatan setingkat Puskesmas. Kompleksitas permasalahan kejiwaan di lapangan (baca : puskesmas) jelas membutuhkan pendekatan khusus untuk menyelesaikannya.

Oleh karena, guna memberikan sedikit gambaran mengenai program layanan Psikolog di Puskesmas, secara khusus Departemen Psikologi Klinis Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan kolokium bertema “Program Pelayanan Psikolog di Puskesmas”, Kamis, 6 Desember 2012 dengan menghadirkan salah satu Psikolog Puskesmas Gamping 1 Sleman, Amalia Rahmadani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Menurut Amalia Rahmadani, tugas seorang psikolog puskesmas secara garis besar (di dalam dan di luar gedung) adalah melakukan kegiatan/program promotif dan preventif, program kuratif dan serta program rehabilitatif. Untuk progam promotif dan preventif bisa dilakukan dalam bentuk penyuluhan di sekolah-sekolah, di masyarakat (karang taruna, PKK, posyandu, dll), lintas sektoral, pelatihan kader, serta skrining kesehatan jiwa (sekolah dan kader). Sedangkan tugas kuratif bisa berupa konseling dan psikoterapi baik di dalam maupun di luar Puskesmas (sekolah atau posyandu), seperti: kegiatan asesmen, penegakan diagnosis, perkiraan prognosis, konseling psikoterapi individu, keluarga, maupun kelompok. Bisa juga dilakukan melalui tes psikologi (tes masuk sekolah, tes bakat-minat, tes potensi karir, tes utk siswa ABK). Untuk program rhabilitatifnya bisa dilakukan dengan cara memberikan pendampingan pasien, melakukan monitoring dan evaluasi, merencanakan tindak lanjut/rekomendasi/rujukan, melakukan kunjungan ke rumah pasien, mengadakan family gathering, konseling kelompok, FGD maupun koordinasi lintas sektoral.

Selain itu, Psikolog Puskesmas juga melayani program paket konseling & deteksi risiko masalah psikososial, seperti pemeriksaan calon pengantin, pemeriksaan calon jamaah haji, deteksi tumbuh kembang balita, maupun pemeriksaan psikologis untuk keterangan sehat. Sepintas Amalia juga menyampaikan mengenai penanganan tematik, seperti tumbuh kembang anak, ibu hamil, kesehatan reproduksi remaja & infeksi menular seksual, napza: berhenti merokok, kekerasan dalam rumah tangga, korban bencana, penderita HIV/AIDS, keluarga dengan gangguan jiwa, serta difabel.

Amalia menambahkan bahwa seorang Psikolog Puskesmas harus bisa melakukan pendekatan yang terbaik kepada pasien. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan yang sesuai dengan persepsi pasien itu sendiri. Ini terkait dengan masih adanya masyarakat yang enggan dianggap mengalami ‘gangguan jiwa’ ataupun dianggap ‘stres’.

Selain tugas pokok seorang Psikolog Puskesmas juga memiliki tugas penunjang, seperti pembuatan media promosi (leaflet, mading, materi penyuluhan/ pelatihan, modul pelatihan), melakukan siaran radio, melakukan tes inteligensi dan tes kepribadian, menjadi saksi ahli, mau memperkaya keilmuan melalui seminar, pelatihan, lokakarya, workshop, dan lain-lain. Sedangkan tugas tambahannya adalah melakukan dan melaporkan survey kepuasan pelanggan internal serta melakukan pembinaan SDM karyawan Puskesmas.

Secara administratif, psikolog puskesmas juga diminta membuat laporan hasil pemeriksaan psikologis, membuat register konseling individu, keluarga, kelompok, membuat laporan kegiatan promosi kesehatan (penyuluhan, skrining, pelatihan) dan mampu mengelola Sistem Informasi Kesehatan Mental- Online (SIKM – Online), mengelola data konseling individu, data absensi, data promosi kesehatan serta laporan kunjungan

Kepada para peserta kolokium Amalia berpesan untuk sering berlatih melakukan intervensi dengan memanfaatkan teman dekat sebagai subjeknya, seperti mendengarkan curhatan misalnya. Dengan semakin banyaknya latihan yang dilakukan, Amalia berkeyakinan bahwa suatu saat sangat membantu peserta kolokium dalam melakukan intervensi psikologi yang tepat saat peserta sudah menjadi seorang psikolog atau bahkan bertugas sebagai psikolog di sebuah puskesmas.