Global Experience, Modal Penting Brand Activation

Selain harus memiliki pengalaman berorganisasi di internal kampus (lembaga kemahasiswaan, komunitas, dll), di masa sekarang seorang mahasiswa hendaknya juga mengupayakan untuk memiliki ‘Global experience’, baik secara langsung dengan mengikut berbagai program pertukaran mahasiswa, seminar, konferensi ke negara lain, ataupun menggunakan fasilitas teknologi yang tersedia seperti halnya di Laboratorium Bahasa UII yang memang bisa bisa terhubung/berkomunikasi ke luar negeri secara real timae. Hal ini penting sebagai bekal tambahan (pengalaman) dalam rangka menghadapi kerasnya persaingan dunia kerja mendatang, dimana SDM luar negeri sudah bisa bekerja di Indonesia secara lebih leluasa. Dengan lulusan yang baik (baca: matang dan berpengalaman global), maka secara otomatis akan ‘mengaktifkan’ branding Prodi, Fakultas dan Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

Hal itu diungkapkan oleh Hangga Fathana, S.IP., B.Int., MA saat memberikan materi ‘Brand Activation’ yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 2 Juli 2015 M/14 Ramadhan 1436 H di Ruang Audiovisual FPSB UII yang dihadiri oleh tenaga pendidik Prodi PBI serta Ketua MGMP Bahasa Inggris SMA Wilayah Kota dan Propinsi DIY, Mahmud Jamal dan ketua MGMP Bahasa Inggris SMA Wilayah Sleman, Aris Wiedaryanti.

Lebih jauh Hangga Fathana mengajak civitas akademika Prodi PBI untuk mencetak lulusan yang tidak hanya siap bekerja sebagai guru (tenaga pendidik) namun juga mampu berkarir di berbagai bidang. Jika toh masih concern untuk mencetak para pendidik, maka pendidik yang dicetak pun tidak semata berorientasi di dalam negeri tapi sudah internasional. Jika hal tersebut mampu dilakukan, maka ini pun juga akan mampu mampu membangun brand yang baik bagi Prodi PBI FPSB UII.

Sementara Ketua MGMP Bahasa Inggris SMA Wilayah Kota dan Propinsi DIY, Mahmud Jamal selain mengapresiasi progran unggulan global experience PPL Australia yang diselenggarakan oleh Prodi PBI FPSB UII selama ini, juga berharap agar program tersebut bisa lebih disosialisasikan ke SMA-SMA khususnya di lingkungan DIY.

Peserta Seleksi PPL Australia Ikuti CCU dan Micro Teaching

Proses seleksi PPL Australia Periode 9 yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) hampir dipastikan selesai. Hal tersebut ditandai dengan penyampaian materi ‘Cross Culture Understanding-CCU’ kepada calon peserta PPL Australia yang masih bertahan (baca: lolos seleksi sebelumnya), Kamis, 2 Juli 2015 M/15 Ramadhan 1436 H dan praktik simulasi mengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan Jumat, 3 Juli 2015 M/16 Ramdhan 1436 H di gedung FPSB UII.

Untuk materi CCU, peserta mendapat banyak gambaran kehidupan di Australia melalui penuturan salah satu dosen Prodi PBI, Astri Hapsari, S.S., M.TESOL yang berkolaborasi dengan salah satu mahasiswa yang pernah ikut PPL Australia, Muh. Mukhlas.

Sedangkan untuk micro teaching BIPA, peserta mendapat tantangan untuk mengajar Bahasa Indonesia kepada tiga orang Warga Negara Asing asal Australia.

Prodi Psikologi Kaji Program Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ)

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) merupakan pengembangan dari konsep Desa Siaga yang pernah digulirkan ataupun ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/MENKES/SK/IV/2000. Desa Siaga sendiri merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat pada umumnya seperti kurang gizi, bencana alam, termasuk didalamnnya gangguan jiwa, dengan menafaatkan potensi masyarakat setempat secara bergotong royong. Sedangkan Desa Siagam Sehat Jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Demikian diungkapkan oleh Herlini Utari, S.Psi., M.Psi (Psikolog Puskesmas Kalasan, Sleman, Yogyakarta) saat menyampaikan materi kolokium bidang Psikologi Klinis bertema ‘Peran Psikologi dalam Program DSSJ yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, 26 Juni 2015.

Lebih lanjut Herlina Utari menjelaskan tentang keterlibatan dan juga peran dari setiap komponen pendukung pelaksana program DSSJ, seperti keterlibatan dan peran Kader Kesehatan Jiwa (KKJ), keterlibatan dan peran tokoh masyarakat serta keterlibatan dan peran Tim Pemegang Program Jiwa Puskesmas (perawat, psikolog, dokter, bidang desa) termasuk pola rekrutmen seorang kader kesehatan jiwa. Khusus untuk Kader Kesehatan Jiwa (sifatnya sukarela) menurut Herlini Utari yang diutamakan adalah mereka yang mau. “Kadang banyak yang mampu, tapi mereka tidak mau”, ungkapnya.

Adapun ciri-ciri/perilaku seseorang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan diantaranya ditandai dengan sedih berkepanjangan dalam waktu lama, berkurangnya kemampuan dalam berkatifitas sehari-hari (makan, minum, bersih-bersih), malas, marah-marah tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, mengamuk, menyendiri, tidak mau bergaul, atau bahkan sampai dengan mencoba untuk bunuh diri.

Oleh karenanya, untuk menekan atau mencegah timbulnya penyakit ganggan kejiwaan tersebut, DSSJ melakukan serangkaian aktifitas/pelatihan pada kelompok-kelompok beresiko, seperti pada kelompok prolanis, kelompok Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular-POSBINDU PTM, kelompok masyarakat dengan kejadian bunuh diri, konseling kelompok korban KDRT, dan juga konseling pada kelompok remaja beresiko.

Sesi tanya jawab seputar DSSJ menjadi penutup kolokium.

Marcom FPSB Gelar Buka Bersama

Bertempat di Mushola Baitul Hadi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Tim Marketing and Communication (Marcom) dengan mengundang Tim Marcom dari beberapa fakultas di lingkungan UII dan juga keluarga besar Panti Asuhan Muhammadiyah Al Hakim Pakem-Sleman menggelar acara pengajian sekaligus buka puasa bersama, Jumat, 26 Juni 2015 dengan menghadirkan ustadz Dr. Supriyanto Pasir sebagai penceramah.

Dalam paparan singkatnya, pemilik sapaan ‘Pak Pasir’ tersebut mengajak kepada jamaah untuk bekerja secara efektif dan meniatkan setiap pekerjaan (termasuk puasa, sholat taraweh, dll) yang dilakukan semata-mata untuk beribadah/mencari ridho Allah SWT. “Jika semua pekerjaan diniatkan semata untuk mencari ridha Allah SWT, bukan untuk mendapat pujian atau ucapan terima kasih dari manusia, maka tenang saja.., Allah mboten sare. Balasan Allah lebih besar dan hebat. Mudah bagi Allah untuk mendapatkannya bagi kita kalau kita berbisnis dengan Allah”.

Acara diakhiri dengan menyantap hidangan buka puasa bersama, salat Maghrib berjamaah serta diskusi antar Tim Marcom.

Marcom-PKH Gelar Workshop Promosi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)

Untuk lebih mengenalkan dan juga mendekatkan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang memiliki banyak program unggulan kepada masyarakat luas (termasuk siswa-siswi SMA sederajat), Tim Marketing and Communication (Marcom) yang merupakan bagian dari Unit Pemasaran, Kerjasama dan Humas (PKH) FPSB UII secara khusus menyelenggarakan workshop dengan menggandeng para dosen dan mahasiswa Prodi PBI, Rabu, 25 Juni 2015 di R. Laboratorium Komputer FPSB UII.

Ratna Permata Sari, S.I.Kom., MA selaku Kepala Sub Unit PKH dalam kesempatan tersebut mengajak peserta workshop untuk lebih memanfaatkan media sosial (facebook, instagram, dll) sebagai sarana berbagi informasi, foto, ataupun peristiwa penting yang ada di Prodi PBI, seperti foto art performance (seleksi PPL Australia), foto-foto kegiatan belajar mengajar, mahasiswa yang sedang PPL di Australia dan lain sebagainya.

Sedangkan secara teknis tentang penggunaan media sosial yang efektif termasuk penggunaan hastag (#), retweet (RT) maupun cara berkomentar yang baik disampaikan oleh Lana Senja Indah dan Iswan Saputro yang memang sering bermedia sosial.

Masduki Presentasikan Transformasi RRI-TVRI di Forum AMIC 2015 Dubai UEA

Krisis yang melanda Radio Republik Indonesia dan Televisi Republik Indonesia (RRI-TVRI) dalam 15 tahun terakhir merupakan dampak perubahan tata kelola media global, yang makin meminggirkan lembaga penyiaran publik sebagai pilar demokrasi. Dominasi industri penyiaran komersial dan privatisasi lembaga-lembaga publik di tingkat global telah mempengaruhi kebijakan dan kompetisi penyiaran di Indonesia. Privatisasi lembaga penyiaran publik dan de-otoriterisasi berbasis pasar semakin kuat, yang melemahkan upaya-upaya alternatif penguatan lembaga penyiaran sebagai pilar kebebasan pers di dunia termasuk di Indonesia. Demikian ungkap dosen Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Masduki, MA pada forum konferensi tahunan Asian Media, Information and Communication Center (AMIC) yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat 12 Juni 2015 M/25 Sya’ban 1436 H.

Sementara itu, kesepakatan internasional terkait migrasi dari sistem penyiaran analog ke digital yang berlangsung lamban di Indonesia, tidak terlepas dari carut marut kepentingan global pelaku teknologi penyiaran. Menurut Masduki, kebijakan digitalisasi penyiaran memiliki dua sisi mata uang, selain akan memberikan layanan yang makin baik terhadap siaran radio dan televisi juga penuh agenda bisnis perusahaan multinasional yang bergerak dibidang jasa teknologi. Oleh karena itu, regulator dibawah PBB seperti International Telecommunications Union (ITU) harus memberikan batasan yang lebih ketat dan berorientasi kepada pilihan teknologi yang murah dan adaptable terhadap kondisi geografis masing-masing negara. Agenda bagi perubahan tata kelola media di dunia ke arah yang makin demokratis sangat diperlukan.

Dalam presentasi yang berjudul: Beyond Analog: A First Look at Digital Technology Adoption of Indonesian Public Service Broadcasting, pendiri Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik ini juga menyinggung masih adanya beberapa problem klasik internal di RRI dan TVRI terkait penerapan digitalisasi dan transformasi menyeluruh kedua lembaga strategis itu. Antara lain soal overload SDM, rendahnya kompetensi dan regulasi yang belum kuat mengatur jaminan independensi dan profesionalisme RRU dan TVRI di masa depan. Kesempatan ceramah pada forum yang diikuti oleh ratusan peneliti, aktifis dan profesional Komunikasi dari 15 negara ini dimanfaatkan Masduki untuk melakukan kampanye, penggalangan dukungan global percepatan reformasi RRI dan TVRI melalui regulasi khusus.

Selain komitmen AMIC, lembaga yang berpusat di Filipina untuk mendorong inisiatif global bagi perubahan tata kelola media global, dukungan disampaikan badan dunia UNESCO yang memberikan apresiasi terhadap presentasi dan inisiatif Rumah Perubahan LPP mendorong transformasi RRI dan TVRI. Sinergi antara kekuatan masyarakat sipil di dalam dan luar negeri menurut Masduki penting, tidak hanya untuk percepatan transformasi penyiaran di Indonesia akan tetapi di seluruh dunia. Pasca digitalisasi dan konvergensi media massa, konsepsi lembaga penyiaran publik telah berubah menjadi lembaga media publik (public service media/PSM). Studi-studi tentang PSM diharapkan makin populer di kalangan akademisi Komunikasi dan Rumah Perubahan LPP yang berbasis di Yogyakarta beraliansi dengan Prodi Ilmu Komunikasi UII untuk mengembangkan kajian ini secara intensif. Aliansi juga telah dirintis dengan institusi internasional seperti RIPE di Eropa dan IAMCR di Amerika.

Puasa Harus Tetap Produktif dalam Bekerja

Puasa jangan membuat kita menjadi malas dalam bekerja (beraktivitas). Puasa harus membuat kita tetap produktif (baca: bekerja dengan penuh semangat). Bekerja sebenarnya ikatannya bukan sekedar transaksional, tapi lebih kepada kekeluargaan ataupun menjalin silaturrahmi. Dan orang yang senang menjalin silaturrahmi maka Allah akan memanjakannya (baca: memudahkan urusannya). Nikmati pekerjaan yang dijalani sebagai rekreasi yang menyenangkan dalam hidup. Demikian kiranya beberapa pesan pentingnya yang disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF dalam acara ‘Padusan Rohani’ Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 15 Juni 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII.

Diawal ceramahnya, dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., SMF mengapreasi kegiatan (majelis pengajian jelang Ramadhan) yang diselenggarakan seraya menyampaikan kabar gembira dari Nabi Muhammad SAW, dimana Nabi pernah memberikan kabar gembira kepada siapa saja yang senang mengaji atau menghadiri majelis ilmu akan mendapat kemudahan dari Allah SWT jalan ke surga. “Baru menuntut ilmu saja sudah dimudahkan, apalagi kalau ilmu tersebut diamalkan. Karena salah satu amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat. Di kehidupan ini yang paling penting adalah bisa diterima oleh orang lain (bermanfaat bagi banyak orang). Kalau kita tidak bisa menyenangkan orang lain, maka minimal kita tidak membuat orang lain sedih”, ungkapnya.

Dalam ceramahnya, dokter Agus juga mengingatkan agar kedatangan bulan suci Ramadhan disambut dengan penuh rasa senang dan persiapan. Beliau juga mengingatkan agar kita tidak terjebak memaknai Ramadhan itu hanya sebagai rutinitas semata. “Ramadhan ini harus kita persiapkan. Saya senang dengan nasehat : Siapa tahu in Ramadhan terakhir bagi kita. Karena kematian itu datangnya bisa kapan saja. Kematian itu adalah sesuatu yang paling dekat. Songsong Ramadhan ini dengan baik. Karena jangan-jangan ini Raamadhan terakhir bagi kita. Masing-masing punya target. Misal saya punya target jangan sampai ada perbuatan yang merusak puasa. Puasa tidak dinodai perilaku-perilaku yang dapat menghilangkan pahala puasa. Termasuk yang berat adalah menahan marah. Saat kita puasa maka dijaga agar betul-betul menahan marah ”, imbuhnya.

Terkait dengan amarah, dokter Agus yang memang memiliki kompetensi di bidang syaraf mengingatkan bahaya amarah bagi kesehatan. Menurutnya saat seseorang marah, maka kondisi tersebut bisa memicu pecahnya plak dalam darah yang akan terbawa ke aliran (kecil) darah ke otak dan mengakibatkan penyumbatan. Ini yang biasa disebut sebagai stroke. Selain itu, seseorang yang melampiaskan kejelekan (seperti marah) sesudah berbuka puasa, maka orang tsb termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak mendapat apa-apa dari puasa yang dilakukan.

Art Performace, PBI Tampilkan 10 Kesenian Daerah

Bertempat di halaman gedung FPSB UII sayap selatan, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar ‘Art Performance’ sebagai bagian dari proses seleksi Praktek Pengalamanan Lapangan ke Australia tahun 2015, Sabtu, 13 Juni 2015.

Dalam acara ini, setidaknya ada 10 kesenian daerah yang dipagelarkan, yakni Suling Bambu asal Sunda, Tari Makan Sirih dari Riau, Tari Madupa Bosara dari Sulawesi Selatan, Tari Ongkek Manis dari Jawa Tengah, Tari Gandrung Lombok dari pulau Lombok NTB, Tari Topeng dari Cirebon, Tari Manuk Dadali dari Jawa Barat, Kecapi Kitoka dari Sulawesi Selatan, Tari Merak dari Jawa Barat, dan Tari Zapin dri Aceh.

Tidak hanya mendapat apresiasi dari penonton yang didominasi oleh mahasiswa Prodi PBI, ke-10 tari atau kesenian yang ditampikan pun cukup menarik perhatian para mahasiswa, pegawai ataupun warga yang sedang melintas di dekat arena pagelaran.

 

Menjadi Psikolog yang “Berciri Khas”

Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar prosesi Sumpah Profesi Psikolog untuk Periode XIV, Sabtu, 13 Juni 2015 di R. Auditorium. Dalam prosesi ini, ada 6 orang lulusan yang diambil sumpahnya, yakni Putri Winda Priastuti, S.Psi., Isnaini Oktaverina, S.Psi., Itto Nesya Nasution, S.Psi., Herlyna Aris Primadani, S.Psi., Mulianti Widanarti, S.Psi., dan Andi Wijaya, S.Psi. Prosesi sumpah disaksikan oleh Ketua Program Magister Psikologi Profesi, Dr. H. Fuad Nashori., M.Si., Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., ketua HIMPSI Wilayah Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA, dan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc.

“Saya berharap para Psikolog baru ini bisa benar-benar menjadi psikolog yang sangat khas yakni menjadi seseorang (psikolog) yang mampu mencapai keimanan dan dapat melakukan amal saleh sesuai dengan apa yang diupayakan. Hindari (dalam bekerja) untuk meraih surganya Allah SWT, tapi meraih kedekatan dengan Allah SWT. Banyak diantara kita yang melakukan kebodohan dengan merasa memiliki Allah hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi. Seharusnya kita adalah milik Allah SWT, sehingga kita menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan Allah SWT pada kita”. Demikian nasehat yang disampaikan oleh ketua HIMPSI Wilayah Yogyakarta, Drs. Helly P. Sutjipto, MA kepada 6 orang psikolog baru usai diambil sumpahnya.

Sedangkan rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam kesempatan tersebut mengingatkan akan tugas berat para psikolog baru dalam turut serta membenahi mentalitas bangsa Indonesia yang sampai saat ini relatif masih kurang baik, seperti masih adanya pejabat bermental koruptif maupun pejabat-pejabat negara yang membuat keputusan yang aneh-aneh, misalnya impor garam yang sebenarnya tidak perlu dilakukan mengingat kita adalah negara dengan pantai terpanjang di dunia yang secara otomatis seharusnya mampu memproduksi garam/swasembada garam.

“Kondisi negara kita saat ini memerlukan psikolog-psikolog tangguh khususnya berasal dari UII yang tidak hanya mendapatkan keilmuan psikologi, tapi juga keagamaan, etika dan moral. Peran psikolog sangat penting untuk mendidik mental bangsa kita. Mulai dari diri kita, lingkungan kita dan peran kita untuk memperbaiki mentalitas bangsa kita. Mental-mental yang ilahiyah dan mengarah kepada Allah SWT”, pungkasnya.

IKI UII Kaji Kebahagiaan Ibu di Masa Tua

Ibuku sayang, ibuku bahagia. Demikian tema pertemuan rutin Ikatan Keluarga Ibu-Ibu (IKI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang pada periode Juni 2015 ini (tepatnya 12 Juni 2015) difasilitasi oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII dengan menghadirkan Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi., M.Si., Psikolog sebagai pemateri.

Dalam paparannya, sosok yang akrab disapa sebagai Bu Ratna Syifa’ ini mengajak para peserta untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi masa tua/lansia sebagai seorang ibu. “Meski usia harapan hidup berbeda-beda, masalah yang dihadapi pada umumnya adalah sama. Menginjak usia tertentu lansia akan menghadapi berbagai gangguan kesehatan yang biasa dikenal dengan 8b, yakni botak, blereng (mudah silau), budek (pendengaran kurang), bingungan (mudah bingung), bawel (cerewet)/bisu, bungkuk, buyutan (lemah, gemetaran), beseren (sering buang air besar/kecil)”, ungkapnya.

Lebih jauh dalam kesempatan tersebut Bu Ratna Syifa’ mengajak keluarga besar IKI UII untuk mengenali lebih dini sekaligus dalam rangka mencegah demensia/pikun dan juga gangguan persendian. Menurutnya, pikun bisa terjadi karena berbagai sebab, seperti penyakit Alzheimer, gangguan pembuluh darah otak, parkinson, trauma kepala, kekurangan hormon tiroid, kekurangan vitamin B12 maupun ketidakseimbangan kadar kalsium.

Adapun 10 gejala awal yang perlu diwaspadai adalah (1) gangguan daya ingat (sering lupa janji, lupa nama orang-teman-keluarga, tidak bisa mengingat kejadian-pembicaraan, bertanya berulang-ulang untuk hal yang sama), (2) kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana (aktivitas sehari-hari), (3) bermasalah dengan komunikasi/bahasa (gangguan keterlibatan dalam berbicara, gangguan pengertian, gangguan kelancaran dan gangguan dalam mencari dan menemukan kata yang tepat), (4) disorientasi (gangguan mengenal waktu, tempat, lingkungan bahkan orang lain), (5) penampilan memburuk (tidak memperhatikan penampilan, salah berpakaian), (6) kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, (7) salah/lupa meletakkan barang, curiga sesorang telah mencurinya, (8) perubahan kepribadian (perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa, menyalahkan orang lain, cemas), (9) Hilangnya minat dan inisiatif (berkurangnya aktivitas kesenangan pribadi, meninggalkan hobi yang biasa dinikmati), dan (10) gangguan visuospasial (sulit membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, tidak tepat dalam menuangkan air ke dalam gelas-tumpah, tidak mengenali wajahnya sendiri di depan cermin, dll).

Demensia sendiri memiliki beberapa dampak baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat, seperti frustasi, sedih, mengganggu kelancaran organisasi (jika menjadi anggota organisasi masyarakat, kecelakaan/kebakaran akibat lupa mematikan kompor, dan lain-lain.

Lantas, bagaimana cara untuk mencegah atau setidaknya untuk menundanya ?

Berikut beberapa aktivitas yang menurut Bu Ratna Syifa’ bisa mencegah atau menunda demensia, seperti bernyanyi, menari, membaca koran, membaca majalah, membaca Al Quran, mengerjakan teka-teki silang, senam, berkebun, bermain catur, halma, monopoli, senam pernapasan, dan beberapa aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut hendaknya dilakukan secara rutin. Tubuhpun hendaknya tetap mendapatkan asupan gizi/vitamin yang baik.

Penangan demensia sejak dini dimungkinkan akan membawa banyak dampak positif, seperti tetap dibutuhkan dan terlibat aktif dalam keluarga, mampu berperan aktif di masyarakat, dan juga mampu menolong sesama yang membutuhkan.

Selain demensia atau pikun, Bu Ratna Syifa juga mengajak untuk mengenali gangguan persendian yang biasanya juga dialami oleh mereka yang memasuki masa senja. Gangguan tersebut menurutnya banyak disebabkan karena peradangan akibat kesalahan pola makan, makanan, lingkungan, udara, maupun tanah yang semakin hari semakin terkontaminasi toksin. Gangguan persendian yang umumnya terjadi adalah rhematoid (rematik), osteoporosis (kekeroposan tulang), dan gout arthritis (penumpukan asam urat).

Bagaimana pencegahannya?

Pencegahan permasalahan gangguan persendian bisa diawali dengan pola makan, yakni dengan mengkonsumsi makanan secara pas (tidak berlebihan) dan tidak mengkonsumsi makanan yang kaya akan purin (jeroan, ampela, kikil, usus, dll). Sedangkan untuk mengurangi rasa sakit ataupun pengobatan bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengkonsumsi satu sendok teh bubuk kulit kayu manis ke dalam 1 sendok makan madu sebelum sarapan pagi selama 1 bulan, menggunakan garam epsom (garam Inggris yang kaya magnesium dalam mengolah makanan, mengkonsumsi minyak ikan cod (1-2) sendok teh setiap hari, melakukan aktivitas peregangan secara lembut, dan juga memenuhi kebutuhan gizi (gizi seimbang) selama lansia.

Dari sisi psikologis maka para lansia perlu berpeilaku yang baik, yakni pandai bersyukur, tidak suka marah-murung-putus asa, suka bergaul-bersilaturrahmi, suka beraktivitas, mendekatkan diri pada Tuhan, mengembangkan hobi, dan makan minum secara teratur. Kiat secara umum dirumuskan dalam 7 B, yakni banyak makan buah, bekerja dengan semangat, berolahraga secara rutin, berisitirahat yang cukup, belajar terus, banyak maunya dan berbahagia.