“Akhir-akhir ini semakin marak kejahatan dan eksploitasi terhadap anak seperti kekerasan, bullying, penculikan, penjualan atau yang sering dilihat di media saat ini adalah pelecehan seksual dan pornografi anak. Oleh karenanya anak-anak perlu kita ajari cara-cara melindungi dirinya dari kekerasan tersebut sejak usia dini. Perlu dipahami bahwa tidak ada usia terlalu muda bagi seorang anak anak untuk diperkenalkan dengan upaya perlindungan diri. Idealnya, perlindungan diri mulai dikenalkan pada saat anak berusia 3-5 tahun. Hal ini diperlukan karena pada rentang usia tersebut anak mulai berinteraksi dengan dunia di luar keluarga”. Demikian kiranya pernyataan yang disampaikan Nindyah Rengganis, S.Psi dari Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCD RC) saat menyampaikan materi “Body Mapping : Upaya Membantu Anak Melindungi Diri dari Kekerasan” dalam kolokium yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 23 November 2015 di R. Auditorium FPSB UII. Acara dimoderatori oleh Resnia Novitasari, S.Psi., MA.
Masih menurut Rengganis bahwasanya cara menarik yang bisa digunakan untuk mengenalkan perlindungan diri kepada anak-anak adalah melalui permainan, lagu, body mapping, atau dengan metode-metode tertentu. Rengganis juga menyampaikan 7 konsep factsheets yang disusun oleh Family Planning Quensland yang perlu diberikan kepada anak dalam rangka menanamkan perlindungan dirinya, seperti harga diri, asertivitas, kesadaran akan tubuh, memahami bentuk-bentuk hubungan, memahami aturan tentang sentuhan, memahami perasaan yang muncul, dan mengetahui hal yang harus dilakukan jika aturan tersebut terlanggar.
Adapun metode-metode yang disampaikan kepada peserta kolokium antara lain adalah membiasakan agar anak menyadari tentang haknya, memasukan informasi tentang perlindungan diri dalam kegiatan belajar mengajar, ataupun perlindungan diri dengan melakukan body mapping atau pengenalan terhadap tubuh anak terkait bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh oleh orang lain serta memberikan informasi yang diperlukan terkait tentang perlindungan diri, perbedaan gender, dan sebagainya.
Lantas, bagaimana jika kekerasan terhadap anak sudah terjadi?
Jika kekerasan tersebut sudah terjadi, maka Rengganis menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman dengan tidak menyalahkan korban atas hal yang sudah terjadi, menghubungi pihak yang berkompeten dalam pendampingan kasus kekerasan seperti FPK2PA (tiap kabupaten), Rifka Annisa, Rekso Dyah Utami, dan sejenisnya, melakukan intervensi psikologis dan kejiwaan jika diperlukan, melibatkan anak dalam proses penyelesaian kasus, membangun dukungan masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada korban dan keluarganya, ikut memantau proses hukum yang diambil dan memberi dukungan psikologis-sosial pada korban jika kasusnya masuk ke ranah hukum, serta menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran bagi seluruh masyarakat dan bukan justeru menutupi.
Prof Sawitri : Koruptor itu Psikopat !
/in /by Darzan Hanan M“Setiap orang punya kegilaan (baca: sisii gila) masing-masing. Tidak ada orang yang 100% sehat secara mental. Termasuk saya. Hanya saja, kapan, dimana, dengan siapa kita memberitahukan/menunjukkan kegilaan itu yang membutuhkan sebuah pengendalian/ keterampilan. Nah, psikopat merupakan seseorang yang tidak bisa mengendalikan kegilaannya tersebut. Orang Psikopat tidak akan merasa bersalah atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukannya. Psikopat biasanya memiliki kognitif yang baik. Mereka cerdas. Kecerdasannya itu yang mereka pakai untuk menutupi perilaku (psikopat) dia. Koruptor menurut saya masuk dalam kategori psikopat. Mereka (baca: sebelum melakukan korupsi) sudah tahu bahwa banyak koruptor yang dihukum, tapi mereka tetap saja mau melakukan korupsi yang dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan keinginan untuk tidak melakukan korupsi”. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psikolog dalam workshop ‘Aplikasi Paradigma Psikopatologi pada Kasus-kasus Klinis di Indonesia’ yang diselenggarakan oleh Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO), Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat-Ahad, 27-29 November 2015.
Selain mengkritisi perilaku koruptif, Guru Besar Psikologi Klinis dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung tersebut juga membahas kasus-kasus indikasi psikopat lainnya, yakni kleptomania. Kleptomania merupakan istilah bagi seseorang yang suka mengambil (mengutil) barang milik orang lain, meskipun barang itu tidak terlalu berharga. Menurut dokumen kasus, perilaku ini pernah dilakukan oleh hampir seluruh lapisan usia, baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Pelakunya pun bukan hanya masyarakat biasa, tapi pernah juga dilakukan oleh seorang kepala negara.
Adapun rangkaian lengkap materi yang disampaikan oleh pengasuh Rubrik Psikologi di Harian Kompas dalam agenda workshop selama tiga hari tersebut antara lain adalah gambaran psikopatologi, integrasi psikoanalisa & behavioristik, teknik penyusunan anamnesa eksploratif, bedah kasus, ketrampilan behavioral unit construct, penyusunan paradigma psikopatologi, evaluasi kepribadian berdasarkan paradigma psikopatologi serta pembahasan kasus psikopatologi di Indonesia. Uraian materi disampaikan dalam bagan-bagan yang memudahkan peserta untuk melihat secara menyeluruh sebab akibat yang terjadi pada seseorang yang memiliki problem kejiwaan.
Menurut salah satu peserta sekaligus merangkap sebagai panitia penyelenggara, dengan penyelenggaraan workshop tersebut diharapkan para peserta lebih terampil dalam mengurai masalah psikopatologi pada kasus-kasus klinis.
Pengenalan Body Mapping dalam Prevensi Sexual Abuse pada Anak
/in /by Darzan Hanan M“Akhir-akhir ini semakin marak kejahatan dan eksploitasi terhadap anak seperti kekerasan, bullying, penculikan, penjualan atau yang sering dilihat di media saat ini adalah pelecehan seksual dan pornografi anak. Oleh karenanya anak-anak perlu kita ajari cara-cara melindungi dirinya dari kekerasan tersebut sejak usia dini. Perlu dipahami bahwa tidak ada usia terlalu muda bagi seorang anak anak untuk diperkenalkan dengan upaya perlindungan diri. Idealnya, perlindungan diri mulai dikenalkan pada saat anak berusia 3-5 tahun. Hal ini diperlukan karena pada rentang usia tersebut anak mulai berinteraksi dengan dunia di luar keluarga”. Demikian kiranya pernyataan yang disampaikan Nindyah Rengganis, S.Psi dari Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCD RC) saat menyampaikan materi “Body Mapping : Upaya Membantu Anak Melindungi Diri dari Kekerasan” dalam kolokium yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 23 November 2015 di R. Auditorium FPSB UII. Acara dimoderatori oleh Resnia Novitasari, S.Psi., MA.
Masih menurut Rengganis bahwasanya cara menarik yang bisa digunakan untuk mengenalkan perlindungan diri kepada anak-anak adalah melalui permainan, lagu, body mapping, atau dengan metode-metode tertentu. Rengganis juga menyampaikan 7 konsep factsheets yang disusun oleh Family Planning Quensland yang perlu diberikan kepada anak dalam rangka menanamkan perlindungan dirinya, seperti harga diri, asertivitas, kesadaran akan tubuh, memahami bentuk-bentuk hubungan, memahami aturan tentang sentuhan, memahami perasaan yang muncul, dan mengetahui hal yang harus dilakukan jika aturan tersebut terlanggar.
Adapun metode-metode yang disampaikan kepada peserta kolokium antara lain adalah membiasakan agar anak menyadari tentang haknya, memasukan informasi tentang perlindungan diri dalam kegiatan belajar mengajar, ataupun perlindungan diri dengan melakukan body mapping atau pengenalan terhadap tubuh anak terkait bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh oleh orang lain serta memberikan informasi yang diperlukan terkait tentang perlindungan diri, perbedaan gender, dan sebagainya.
Lantas, bagaimana jika kekerasan terhadap anak sudah terjadi?
Jika kekerasan tersebut sudah terjadi, maka Rengganis menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan, yakni memenuhi kebutuhan anak akan rasa aman dengan tidak menyalahkan korban atas hal yang sudah terjadi, menghubungi pihak yang berkompeten dalam pendampingan kasus kekerasan seperti FPK2PA (tiap kabupaten), Rifka Annisa, Rekso Dyah Utami, dan sejenisnya, melakukan intervensi psikologis dan kejiwaan jika diperlukan, melibatkan anak dalam proses penyelesaian kasus, membangun dukungan masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada korban dan keluarganya, ikut memantau proses hukum yang diambil dan memberi dukungan psikologis-sosial pada korban jika kasusnya masuk ke ranah hukum, serta menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran bagi seluruh masyarakat dan bukan justeru menutupi.
Kemendikbud RI Fasilitasi Pembuatan Film “Ramuan Ajaib’ .
/in /by Darzan Hanan M“Kecenderungan masyarakat pada saat sekarang yang ingin kembali pada bahan obat-obatan alami merupakan suatu fenomena yang terjadi karena melihat dampak negatif dari efek samping obat-obatan dari bahan kimia. Ramuan pengobatan tradisonal yang telah ada sejak zaman dahulu merupakan warisan yang tak ternilai harganya dan mengandung filosofis hidup tentang bagaimana memanfaatkan alam sebagai pengobatan yang bersahabat. Pola hidup masyarakat modern yang serba instan berdampak pada bermunculannya berbagai penyakit baru dan sering kambuh kembali, kadang kala anti biotik yang kita konsumsi malah semakin membuat penyakit menjadi semakin kebal. Jamu cekok maupun jamu tradisonal lainnya mampu menjawab persoalan diatas”. Demikian ungkap Marjito Iskandar Tri Gunawan, A.Md, Laboran Prodi Ilmu Komunikasi (ILKOM) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai sutradara film pendek berjudul “Ramuan Ajaib”. Film pendek tersebut berhasil masuk dalam 10 film pendek yang pembuatannya difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman pada Tahun Anggaran 2015.
Adapun proses seleksi atau tahap kegiatan program Fasilitasi Produksi Film Pendek Fiksi dan Dokumenter Tahun 2015 antara lain adalah proses pendaftaran proposal yang ditutup pada tanggal 23 Agustus 2015, seleksi proposal pada 24-27 Agustus 2015, Pengumuman penerima fasilitasi pada 28 Agustus 2015, proses produksi pada bulan September-Oktober 2015, dan penayangan film di TV pada November 2015.
Menurut Mas Gun (sapaan akrab Marjito Iskandar Tri Gunawan), saat ini sebagian masyarakat dari kota maupun desa di Kota Yogyakarta berbondong-bondong mengkonsumsi jamu. Alasan utama memilih jamu adalah karena biaya yang murah, mudah, cocok serta salah satu cara melestarikan budaya nenek moyang yang secara turun temurun diwariskan kepada mereka. Namun demikian, ada cara yang khusus yang harus dilewati untuk mengkonsumsi jamu, terutama jamu Cekok. Cara ini bagi sebagian masyarakat, menjadi sebuah tantangan untuk kembali menjadi alami.
“Melalui tradisi minum jamu cekok berarti orang tua turut memperkenalkan produk dalam negeri dan produk leluhur yang diturunkan secara turun temurun kepada anak sejak usia dini”, tambahnya.
Selain ditayangkan di stasiun TV, nantinya hasil karya film fiksi dan dokumenter bertemakan budaya, dan kearifan lokal yang mencerminkan karakter bangsa tersebut akan dikompilasi dan disebarkan ke seluruh SMA/SMK di Indonesia yang memiliki jurusan multimedia ataupun sinematografi.
Laboran Komunikasi Juarai Lomba HUT-POLRI ke-69
/in Prestasi/by Darzan Hanan MFilm berjudul Kursi Roda dan Pengabdian garapan (baca: disutradari) laboran Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Marjito Iskandar Tri Gunawan, A.Md yang dibantu oleh Farid Iskandar (mahasiswa Ilkom) berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik untuk kategori umum(juara 1-Kategori Umum) dalam lomba “Video Momen Polisiku” bertema “Terima kasih polisiku” yang diselenggarakan dalam rangka HUT Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) ke-69 bekerjasama dengan NET.TV. Marjito pun berhak memperoleh hadiah berupa tropi, sertifikat dan penghargaan dalam bentuk uang yang dserahkan secara langsung oleh Ka.Polri. Jenderal Pol. Badrodin Haiti pada 19 Oktober 2015 di Gandaria City Jakarta Selatan.
Menurut pemilik sapaan akrab ‘Mas Gun’ ini, lomba diikuti oleh 1.114 karya/video yang terbagi dalam 3 kategori, yakni kategori Umum, kategori jurnalis dan mahasiswa. Masing-masing kategori diambil 3 orang pemenang (juara 1, 2 dan 3) dan untuk juara harapan hanya diambil juara harapan 1 & 2 .
“Film ini (baca: Kursi Roda dan Pengabdian)bercerita tentang polisi yang bertugas di polsek rancaengkek bandung, tetap mengabdi dengan baik ditengah keterbatasan sebagai penyandang diffable. Pembuatan film berlangsung pada bulan Juni-Juli 2015, melibatkan mahasiswa komunikasi UII bernama Farid Iskandar”, ungkapnya.
Selamat atas prestasi yang telah diraih dan kita doakan agar laboran Prodi Ilmu Komunikasi atau yang akrab disapa ‘Mas Gun’ bisa terus berkarya mengukir prestasi. Amiin.
Prodi HI Kaji Pengelolaan Migran dan Pengungsi di Wilayah Asia Tenggara
/in /by Darzan Hanan MManaging Human Movement Problems in Southeast Asia: Internally Displaced Persons, Irregular Migrants, and Refugees. Demikian tema besar Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa, 17 November 2015 dengan menghadirkan HE. Hasan Kleib (Dirjen Multilateral Kemenlu RI) sebagai pemateri.
Dalam paparannya, Hasan Kleib banyak berbagi pengalaman tentang pengelolan migran maupun pengungsi yang masuk ke wilayah Indonesia. Motivasi migraan kebanyakan disebabkan oleh faktor ekonomi. Sedangkan pengungsi banyak dipengaruhi oleh faktor konflik yang terjadi di negara asal. Menurut beliau, menjadi seorang pengungsi yang disebabkan oleh konflik bukanlah sebuah kejahatan internasional, namun jika mengungsi lebih dikarenakan faktor ekonomi dan melalui jasa penyelundupan/ perdagangan manusia, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai kejahatan internasional (international crime)
Hasan Kelib menambahkan bahwasannya meski secara administratif (kelengkapan surat menyurat-visa-pasport) para pengungsi tentu akan masuk ke ranah pelanggaran, namun hal itu tidak berlaku jika mereka benar-benar mengungsi akibat kejadian luar biasa di negara asalnya. Untuk penanganannya saat ini ada 3 tindakan yang biasa dilakukan oleh negara-negara tujuan para pengungsi, yakni mengembalikan mereka ke negara asal, mengirimkan mereka ke negara tetangga atau mengintegrasikan mereka sebagai warga negara.
Persoalan para migran dan pengungsi tersebut memang selalu menjadi bahaan yang dilematis bagi negara-negara Asia khususnya di wilayah Asia Tenggara. Satu sisi menyangkut nilai-nilai kemanusiaan, sedangkan di sisi lain menyangkut persoalan atau permasalahan baru yang akan muncul di negara yang menjadi tujuan para pengungsi.
MAPPRO FPSB Milad ke-10
/in /by Darzan Hanan M“Alhamdulillah Mappro saat ini berulang tahun yang ke 10. Saat ini perkembangan sudah sangat bagus. Mahasiswa kami saat ini sudah sangat kompetitif (dilihat dari rasio pendaftar dan penerimaan mahasiswa baru). Alhamdulillah kecepatan kelulusan juga lebih baik. Tahun ini juga ada ledakan lulusan dimana dalam satu tahun kemarin ada 61 lulusan. Semoga tahun ke depan akan semakin cepat”. Demikian ungkapan sekaligus harapan dari Ketua Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.si., Psikolog dalam acara Tasyakuran Milad ke-10 Program Studi MAPPRO FPSB UII yang diselenggarakan pada hari Selasa, 17 November 2015 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII dengan mengundang anak-anak Panti Asuhan Nurul Yasmin Yogyakarta.
Adapun agenda Tasyakuran Milad X MAPPRO FPSB UII selain diisi dengan potong tumpeng dan makan bersama, juga diisi dengan siraman rohani dengan mengundang ustd. Dr. Supriyanto Pasir, S.Ag., MA sebagai pemateri. Dalam ceramahnya, ustadz yang akrab disapa Pak. Pasir ini mengajak para jamaah untuk lebih berhati-hati dalam beribadah agar terhindar dari riya’ akibat godaan syetan yang sangat halus.
Agenda milad diakhiri dengan doa bersama yang juga dipimpin langsung oleh ust. Pasir.
Dosen Psikologi Presentasikan Proposal Penelitian di Zhejiang University
/in Konferensi/Seminar Akademis/by Darzan Hanan MMemasuki tahun ketiga kerjasama riset CRCEP (Cross-Cultural Research Collaboration and Exchange Program) antara Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Zhejiang University (Hangzhou), dan Zhejiang University of Technology (Hangzhou), 6 dosen dan 5 orang mahasiswa Prodi Psikologi dan juga Magister Psikologi Prfesi FPSB UII melakukan kunjungan ke Zhejiang University, 1-7 November 2015. Keenam dosen Psikologi yang dimksud adalah Nur Pratiwi Novianti, MA. Psikolog, Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog, Sumedi Priyatna Nugraha, Drs., MA., M.Ed., Ph.D, Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si., Hariz Enggar Wijaya, S.Psi., M.Psi serta Indahria Sulistyarini, S.Psi., MA., Psikolog.
Adapun agenda yang diikuti oleh para dosen dan juga mahasiswa FPSB UII di Zhejiang University adalah mempresentasikan proposal penelitian dalam acara 2nd International Conference of Psychology in Health, Educational, Social and Organizational Setting (ICP-HESOS). “Konferensi itu memang berisi presentasi hasil penelitian dan juga proposal penelitian. Harapannya proposal penelitian yang kami sampaikan bisa mendapat respon dari dosen dan juga mahasiswa Zhejiang University untuk dilanjutkan menjadi sebuah penelitian kolaboratif yang bagus dan bisa dimuat di jurnal internasional”, ungkap Pak H. Fuad Nashori yang yang telah mempresentasikan proposal penelitian berjudl “Perbedaan Pemaafan antara Orang Indonesia (Madura) dengan orang Pakistan” dalam konferensi tersebut.
Pak Fuad berharap agar ke depan akan semakin banyak mahasiswa yang bisa terlibat dalam kerjasama dengan luar negeri sehingga akan menjadi pengalaman internasional yang sangat berarti, karena mahasiswa akan berlatih bertemu dengan rekan-rekan dari negara dan budaya yang berbeda. Namun demikian, yang tidak kalah penting menurut Ketua Program Magister Psikologi Profesi FPSB UII tersebut adalah mempersiapkan makalah, proposal penelitia ataupun artikel yang baik. Hal itu bisa dilakukan dengan keterlibatan prodi untuk meminta para dosen mendampingi mahasiswa dalam pembuatan makalah, artikel ataupun proposal penelitian yang akan dipresentasikan.
“Saya yakin semakin kita banyak bergaul dengan orang lain dengan budaya yang berbeda akan memunculkan banyak inspirasi. Dan bai bagi para rekan-rekan dosen saya harapkan mau membuat makalah/proposal penelitian yang layak. Saya yakin mereka bisa..!”, pungkasnya.
Dua Mahasiswa FPSB Sumbang Prestasi di FJA UIN Malang 2015
/in Prestasi/by Darzan Hanan MDua orang mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) masing-masing Fitria Hayati asal Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Wafa’ asal Prodi Psikologi (Psi) bersama beberapa rekan mahassiwa asal UII lainnya berhasil menyumbangkan medali di ajang ‘Festival Jazirah Arab (FJA) Tahun 2015’ yang digelar oleh Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, 10-14 November 2015.
Di festival bertema ‘Membumikan Nilai-nilai Bahasa dan Satra Arab menuju Indonesia Beradab’ tersebut, Wafa’ bersama Tim Debat-nya berhasil meraih juara 1 usai mengalahkan Tim Debat UNIDA Gontor di babak final. Sementara Fitria Hayati yang memang sejak awal masuk UII sangat concern terhadap karya kaligrafi (khattil Qur’an), juga berhasil meraih juara 1 di cabang Kaligrafi.
Adapun utusan dari UII yang juga berhasil menyumbang juara diantaranya adalah Mustofa Abdul Karim (Fakultas Ekonomi/2014) yang berhasil meraih Juara 1 pada cabang Pidato Bahasa Arab, Siti Anisa Rahmayani (Fakultas Ilmu Agama Islam/2014) Juara 1 pada cabang Puisi Bahasa Arab, serta M Salim (Fakultas Ilmu Agama Islam 2013) yang harus puas sebagai Juara 3 pada cabang Esssay Bahasa Arab. UII pun berhasil keluar sebagai Juara Umum di perhelatan FJA 2015 tersebut.
Sebagai informasi bahwa Festival Jazirah Arab merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (HMJ BSA) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan tujuan untuk memotivasi dan mengapresiasi mahasiswa untuk selalu berkarya dan berkarya demi kelangsungan karya seni sastra Arab.
Wakil Rektor III UII, Dr. Abdul Jamil, SH., MH mengapresiasi atas prestasi yang sudah diraih dan berharap prestasi demi prestasi lainnya akan terus diraih. Khusus kepada Tim Debat Bahasa Arab beliau berharap agar terus meningkatkan kemampuannya guna menembus event yang lebih tinggi, seperti Qatar Arabic Debating Championship dan kompetisi bergengsi lainnya.
Open Recruitment (Oprec) Tim MARCOM FPSB UII
/in /by Darzan Hanan MTahun 2015 ini Tim Marketing and Communication (MARCOM) Fakultas Psikologi dan Ilmu Soisial Budaya (FPSB) UNiversitas Islam Indonesia akan mengadakan open recruitment untuk periode keanggotaan tahun 2016-20217.
Informasi lengkap untuk kriteria kandidat silahkan klik disini
Untuk FORMULIR pendaftaran silahkan klik disini
Pentingnya Berpikir Kritis
/in /by Darzan Hanan M“Globalisasi (baca: perkembangan teknologi-media) satu sisi memberikan keuntungan bagi kita, tapi di sisi lain tanpa disadari sangat merugikan jika kita menggunakannya tanpa mau berpikir kritis. Berpikir kritis harus mengedepankan kebenaran yang multi truth. Media sangat mengonstruksi nilai-nilai di masyarakat. Kalau kita tidak kritis maka kita akan ditindas oleh media. Media itu memiliki ideologi (kepentingan bisnis). Saat ini sedang terjadi peperangan yang masif dari sisi value. Para generasi kita saat ini sudah banyak yang diserang ideologinya melalui banyak sisi, seperti pornografi, narkotika, dll. Saat ini ada perperangan nilai yang tidak terasa, tapi benar-benar merusak”. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Zaka Akhmad (International Researcher) dalam kuliah umum bertajuk “Critical Thingking & Collaborative Learning to Engage in Global Mobility” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 12 November 2015 di R. Auditorium Lt.3.
Selain mengundang Zaka Akhmad untuk mengupas tuntas pentingnya berpikir kritis, acara yang juga dihadiri oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog tersebut juga mengundang Karlina Denistia (LPDP Awardee) untuk membahas aplikasi berpikir positif dalam proses belajar mengajar atau “collaborative learning” agar siswa lebih mudah dalam mengingat ataupun memahami materi yang disampaikan oleh seorang guru.
Karlina menambahkan bahwa saat ini guru memang dituntut harus lebih kreatif dalam mengajar. Hal ini dikarenakan anak-anak ataupun siswa di jaman sekarang sudah sangat penuh pengetahuannya (diperoleh melalui teknologi-media informasi). “Di sini collaborative learning bisa diaplikasikan. Collaborative learning sangat efektif karena mereka berkolaborasi dalam belajar ”, ungkap Karlina.
Di sesi akhir, 6 (enam) orang mahasiswa PBI yang baru saja pulang dari PPL di Australia (periode 9) pada 2 November 2015 mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman. Mereka adalah Arya Arifuddin, Teguh Aiman Perdana, Endah Sri Erlyawati, Fatan, Nailis Saidah dan Ianatul Khoiriyah. Peserta tampak sangat antusias mendengarkan pengalaman PPL yang disajikan dalam bentuk video, foto-foto dan juga paparan langsung dari para peserta PPL.