Oleh: Fenny Sri Rahayu —–
Perlunya konten dakwah di Media sosial
Di era milenial seperti saat ini, media sosial merupakan salah satu yang berpengaruh cukup besar terhadap perilaku manusia. Media sosial menjadi sarana penyampaian pesan, informasi serta menjadi ruang budaya baru, pada satu titik bahkan mampu menjadi penentu revolusi budaya dalam suatu masyarakat. Hal ini karena pemanfaatan media sosial yang bersinggungan dengan banyak aspek kehidupan, mulai dari menyampaikan maupun mendapatkan informasi, berita atau topik terkini (trending topic) tentang gaya hidup (lifestyle), kuliner, travelling, hiburan, promosi, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan media sosial yang semakin canggih, kehadiran media sosial menjadikan masyarakat cenderung sadar teknologi namun kurang sadar dengan etika serta akhlak bersosial media. Hal ini dikarenakan kurangnya konten yang dihadirkan pada media sosial yang bersifat positif dan berwawasan ilmu bermanfaat, selain itu karena kecanggihan media sosial juga tidak membatasi usia maupun tempat bagi konsumennya, asalkan jaringan internet maupun gadget yang mendukung. Beragam usia, mulai dari anak-anak hingga lansia pun dapat mengakses dengan mudah media sosial dimana pun mereka berada.
Informasi yang disampaikan dalam media sosial juga beragam, hal inilah yang menjadi salah satu sumber masalah, jika pemanfaatan media sosial tidak kita pilih terlebih dahulu, informasi yang terkadang tidak kita butuhkan bahkan bersifat negatif bisa muncul melalui beranda maupun timeline media sosial kita. Oleh karena itu, dakwah hadir memasuki masyarakat melalui media sosial yang saat ini banyak digandrungi masyarakat dengan tujuan mengajak untuk lebih memanfaatkan media sosial sebagai suatu wadah saling mengingatkan dalam kebaikan, menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dan menyampaikan informasi lainnya yang bersifat positif.
Agenda dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan atau seruan, sebagaimana frasa dalam bahasa Arab yang berarti “Menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran”. Islam mengajarkan dan menegaskan kepada kita untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an potongan surah Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَا لتَّقْوٰى ۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِ ثْمِ وَا لْعُدْوَا نِ ۖ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ…
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (perbuatan) kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Berdakwah dengan media sosial merupakan sebuah inovasi dalam mengajak serta mengingatkan kembali untuk taat pada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya melalui konten menarik dan informasi yang mudah dipahami. Ketika berdakwah melalui media sosial hendaknya berniat agar kebaikan yang kita lakukan dinilai hanya karena Allah SWT.
Media sosial yang saat ini sedang banyak digemari masyarakat salah satunya adalah Instagram. Instagram adalah media sosial berbasis gambar yang memberikan layanan berbagi foto atau video secara online. Banyak dari kita menjadikan Instagram sebagai media sosial yang menampilkan keseharian, mencetuskan gagasan atau ulasan, dan membagikan informasi lainnya dari diri kita. Dalam hal ini, jika kita menampilkan hal positif di Instagram, akan ada yang memberikan komentar baik, namun tetap tidak menutup kemungkinan akan ada yang berkomentar buruk terhadap kita. Saat kita menampilkan hal positif di Instagram, masih saja ada yang berkomentar tidak suka, apalagi jika kita menampilkan hal negatif, tentu akan lebih banyak lagi yang berkomentar buruk. Terkadang niat baik kita ketika ingin memberikan info yang bermanfaat dan positif di media sosial, belum tentu semua akan setuju dan menanggapi dengan positif hal tersebut.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 94:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah dan mengajak orang lain berbuat kebajikan secara terang-terangan, dan berpaling dari orang-orang musyrik. Dalam konteks saat ini, kita dapat berdakwah dan mengajak pada kebaikan dengan cara memberikan ulasan atau gagasan yang positif di Facebook, menampilkan foto-foto di Instagram dengan konten menarik dan bermanfaat, atau menyampaikan ilmu bermanfaat dari channel YouTube kita. Kemudian menghiraukan komentar negatif dari orang lain jika kita tidak sanggup menerimanya atau bisa menganggapnya sebagai saran atau masukan agar kita lebih baik lagi kedepannya.
Dakwah yang disampaikan melalui media sosial tentunya memiliki banyak keuntungan bagi para pendakwah maupun para pengguna media sosial, salah satunya akses informasi yang bebas tanpa batasan waktu dan tempat, misalnya kita dapat melihat sebuah ulasan tentang keislaman dari sebuah akun Facebook dan Instagram dakwah yang sedang trend, tanpa harus membeli majalah di sebuah toko. Contoh lainnya kita berada di Yogyakarta, dapat mendengarkan dakwah yang disampaikan oleh salah satu ustaz ternama yang sedang berada di Jakarta, melalui kanal YouTube secara siaran langsung bahkan siaran ulang saat kita memiliki waktu luang.
Fenomena saat ini banyaknya anak muda yang menjadi penggiat media sosial sebagai content creator maupun influencer dimana mereka berdakwah melalui konten yang menarik, persuasif, dan paling utama tetap berlandaskan Al-Qur’an juga hadis, hal ini menjadi salah satu faktor membuat dakwah di media sosial menjadi hal yang kekinian terutama di kalangan anak muda.
Namun di sisi lain, media sosial juga memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu contohnya ialah media sosial dapat dengan mudah ditiru dan disalahgunakan oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan ajaran dakwah islamiyah. Kemudian dakwah melalui media sosial juga menimbulkan salah tafsir. Pemahaman yang didapat kemungkinan besar berbeda dengan maksud pesan yang sebenarnya dari Al-Qur’an dan hadis. Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran media sosial yang hanya bersifat komunikasi satu arah. Sehingga apabila hal ini terus menerus berkelanjutan, maka dapat menghilangkan makna ajaran yang sesungguhnya. Adanya interaksi dalam dakwah menjadi hal yang penting bagi pendakwah dan masyarakat itu sendiri.
Strategi dakwah di media sosial
Berikut beberapa tips yang penulis dapat jelaskan dari Taufiq Affandi salah satu dosen Universitas Darussalam Gontor, beliau memberikan tujuh tips agar saat kita menyampaikan informasi pada media sosial menjadi media dakwah yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain:
Pertama, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jangan sampai karena kita asyik di media sosial untuk niat berdakwah, kita sendiri lupa membangun kedekatan dengan Allah SWT. Sesibuk apapun di media sosial, hubungan dengan Allah SWT (Hablum minallah) harus tetap sejalan dengan hubungan sesama manusia (Hablum minannas) bahkan harus jauh lebih baik dan lebih dekat.
Kedua, memahami apa yang dibutuhkan masyarakat, jika kita dapat mengerti apa yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, kita dapat menyampaikan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, dengan harapan informasi yang kita sampaikan merupakan dakwah positif yang mampu menjadi salah satu solusi terhadap kebutuhan juga masalah tersebut serta memberikan pandangan baru sesuai kaidahnya.
Ketiga, menetapkan tujuan yang jelas saat menyampaikan informasi, sehingga informasi yang disampaikan tepat sasaran, baik tepat untuk kalangan umur tertentu maupun tepat untuk solusi masalah tertentu.
Keempat, memperbanyak silaturahmi. Bersilaturahmi dengan banyak orang tentu akan memperbanyak ilmu dan wawasan kita, sehingga pesan dakwah kita akan lebih baik dan lebih luas jangkauannya.
Kelima, perbanyak membaca terutama kisah-kisah para ulama terdahulu, meskipun saat itu para ulama belum menggunakan media sosial untuk berdakwah, namun berbagai prinsip-prinsip utama dalam berdakwah ke masyarakat tetap sangat relevan.
Keenam, mulailah dari yang terdekat. Allah SWT telah menegaskan agar kita melindungi diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Dakwah dengan media sosial seringkali membuat pesan kita terdengar oleh orang-orang yang berada di luar ruang lingkup kita, namun belum tentu informasi yang kita sampaikan terdengar oleh orang-orang terdekat kita. Maka baiknya mulailah berdakwah kebaikan kepada orang-orang yang terdekat dari kita, dengan cara yang beretika dan dengan ilmu yang mumpuni.
Ketujuh, bersabar. Ada banyak cobaan, tantangan, dan godaan dalam berdakwah dengan media sosial. Terkadang cobaan itu berbentuk sesuatu yang tidak menyenangkan seperti komentar yang tidak baik. Bersabarlah, jangan menyerah, ambil pelajaran, mintalah nasihat pada guru dan orang terdekat.
Selain dari tujuh tips yang sudah disampaikan, penulis menambahkan tips yang menurut penulis penting untuk diperhatikan, yaitu:
Memulai dari diri sendiri, bagaimana kita bisa mengingatkan kebaikan untuk orang lain, jika diri kita sendiri saja belum baik dalam memperbaiki diri, sehingga instropeksi diri sangat penting, sambil memperbaiki diri, kita juga sama-sama belajar dari dakwah yang akan disampaikan. Kemudian perbanyak belajar dan mendalami wawasan dari guru dengan penguasaan ilmu agama yang mumpuni sesuai kaidah Al-Qur’an dan hadis. Hal ini penting, karena berdakwah adalah menyebarluaskan ilmu, jika kita memiliki guru yang akan membantu dan membimbing kita untuk bisa berdakwah di ranah yang benar serta beretika baik di media sosial, dakwah yang akan kita sampaikan adalah ilmu bermanfaat, informasi yang positif, dan bukan hoaks.
Selain beberapa tips secara umum untuk berdakwah di sosial media yang telah dipaparkan diatas, penulis juga ingin menyampaikan lima tips berdakwah asyik di Instagram dari salah satu akun dakwah Instagram yang terkenal di kalangan anak muda dengan gaya kekiniannya, yaitu Pemuda Hijrah (@shiftmedia.id):
Pertama, penyampaian materi video berkenaan dengan motivasi dan nasihat kehidupan yang bisa lebih menyadarkan informan.
Kedua, video-video pada akun Instagram Pemuda Hijrah, dimana Ustadz Hanan Attaki yang menjadi pendakwah, menggunakan bahasa yang kekinian sehingga mudah dimengerti oleh informan.
Ketiga, ketika penyampaian materi berlangsung, Ustadz Hanan Attaki seperti turut hadir dan memposisikan diri menjadi penonton.
Keempat, karakteristik video akun Instagram Pemuda Hijrah yang bervisualisasi dengan media seperti materi yang ditayangkan dengan teks, animasi, lagu, dan pemandangan indah, hal ini membuat audien lebih tertarik menonton video akun Instagram Pemuda Hijrah dibandingkan dengan video dakwah yang ada di akun Instagram lain.
Kelima, terdapat tampilan video realisasi pergerakan anak muda berupa aktivitas-aktivitas anak muda yang berhijrah yang membuat informan merasa terpacu untuk berhijrah.
Dari beberapa tips di atas, tentu masih banyak lagi tips lainnya saat berdakwah di media sosial, namun yang paling penting adalah menjadikan media sosial sebagai media dakwah yang sesuai Al-Qur’an dan hadits serta beretika dalam menyebarkan kebaikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai media dakwah, karena mempermudah para pendakwah untuk berdakwah tanpa memikirkan batasan tempat dan waktu, akan tetapi para pendakwah harus tetap memperhatikan kaidah yang sifatnya persuasif dan positif sesuai Al-Qur’an serta ajaran Rasulullah SAW agar tidak terjadi pertentangan dan pandangan yang negatif tentang dakwah Islamiyah.