Setitik Kebaikan
Oleh: Fariyanto —Pernah mendengar istilah mengorbankan yang kecil untuk mendapatkan yang lebih besar? Dengan berbuat baik hal tersebut bisa saja terwujud.
Berbuat baik kepada orang lain, termasuk memberikan bantuan kepada orang lain merupakan cerminan seorang Muslim yang beriman dan bertakwa. Ketika ada orang yang sedang menghadapi kesusahan maka kita karena Allah Ta’ala semata-mata dianjurkan untuk membantu. Ketika ada saudara Muslim yang mengalami kesulitan ekonomi kita diajarkan untuk karena Allah Ta’ala semata-mata memberikan sedekah kepadanya. Tidaklah rugi membantu orang lain terlebih terhadap sesama muslim atau bahkan kepada kerabat terdekat kita karena Allah SWT melalui malaikat-Nya akan senantiasa mencatat kebaikan kita.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki rasa menolong dan diberikan akal pikiran untuk dapat membedakan dan menilai baik dan buruknya suatu perbuatan. Jika ditelaah lebih jauh, sekilas memang sepertinya wajar jika membantu orang yang kesulitan dengan mengharapkan imbalan, baik dari orang yang ditolong maupun dari Allah SWT. Jika kita berkesimpulan demikian, maka kita selayaknya perlu memperdalam dan belajar tentang ikhlas. Munculnya niat untuk berbuat baik sudah sepatutnya kita syukuri, karena tidak semua orang yang memiliki empati dan tergerak hatinya untuk menolong orang lain. Kita tidak perlu ragu bahwa Allah yang menjamin barangsiapa yang berbuat kebaikan sebesar biji zarrahpun akan tetap mendapatkan balasan. Yakinlah bahwa sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, asalkan kebaikan tersebut dikerjakan dengan tulus dan ikhlas, maka Allah tidak akan luput mencatat dan akan tetap membalasnya.
Selain berbuat baik mempunyai manfaat bagi lingkungan sekitar, perbuatan baik yang dilakukan seseorang juga akan kembali untuk kebaikan dirinya masing-masing, sesuai dalam firman-Nya dalam (QS. Al-Isra:7),
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai.”
Jadi, apapun bentuk kebaikannya, sebagai seorang Muslim yang beriman kita seyogyanya melakukannya dengan istiqomah, dan yakinlah hal tersebut akan memberikan dampak positif kepada diri kita. Bisa jadi hasilnya nanti akan berdampak kepada anak dan bahkan cucu kita. Dengan begitu jangan pernah bosan dan jangan pernah ragu untuk karena Allah Ta’ala semata-mata berbuat baik terhadap sesama. Terus menerus berlomba-lomba dalam kebaikan karena-Nya semata-mata, selain akan semakin meningkatkan derajat keimanan, perbuatan baik juga akan membuka pintu kebahagiaan, kesehatan dan ketenangan hati seseorang.
(QS An-Nahl: 97)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Adapun tingkatan kebaikan terdiri dari tindakan langsung dengan apa yang kita miliki, maksudnya adalah tindakan kebaikan yang kita berikan langsung dengan tenaga dan kemampuan kita dan dapat diterima secara langsung oleh orang yang membutuhkan. Misalnya ada seseorang yang kesulitan membayar biaya pengobatan dan kita bermaksud memberikan pertolongan. Selanjutnya tindakan kebaikan yang kita berikan jika kita belum memiliki kemampuan untuk itu, maka bisa dengan cara memberikan informasi kepada orang lain atau dengan kata lain dengan cara lisan atau ucapan, agar seseorang dapat memberikan bantuan. Sebagai contoh terdapat yayasan anak yatim membutuhkan dana atau peralatan pendukung kantor, kita dapat menyampaikan ke pihak lain atau relasi yang kita kenal agar dapat memberikan bantuan.
Adapun tingkatan kebaikan yang terakhir adalah dengan cara memanjatkan doa kepada Allah SWT. Hal tersebut kita lakukan semata karena tidak dapat memberikan pertolongan secara langsung, tidak memiliki kekuatan untuk menolong dan kita juga tidak tahu kemana kita akan memberikan informasi kepada pihak lain untuk memberikan pertolongan. Dengan doa yang bisa kita berikan secara tulus dan penuh kesungguhan, Insya Allah juga merupakan bentuk perbuatan baik dari kita.