3 KUNCI KESEIMBANGAN DALAM KEHIDUPAN: DUNIA, TUGAS, DAN KELUARGA

Oleh: Ariyanto—Dalam kehidupan yang seringkali dipenuhi kesibukan, kita menemukan diri kita sering mengucapkan satu kata: “Sibuk.” Namun, kata ini kadang-kadang dijadikan alasan dalam berbagai situasi, termasuk dalam konteks kehidupan beragama. Apakah Anda pernah bertanya pada seseorang mengapa mereka absen dalam pertemuan warga, tidak hadir di masjid pada Jum’at, atau tampak kurang aktif dalam perayaan keagamaan? Jawaban yang seringkali kita dengar adalah, “Sibuk.”

Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin tinggi pula tensi kesibukan yang mereka hadapi. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kita yang mengatur kesibukan, atau justru kesibukan yang mengatur kita? Dalam menjalani kehidupan ini, kita perlu memiliki deskripsi pekerjaan yang baik, yakni kemampuan untuk mengatur waktu dan membagi tugas dengan sebaik-baiknya.

Namun, bagaimana kita dapat mengatur waktu dalam kehidupan kita? Salah satu contoh terbaik datang dari ajaran Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Siti Aisyah radhiyallahu anha menceritakan bahwa Beliau membagi waktu hidupnya menjadi tiga bagian: sepertiga untuk beribadah kepada Allah SWT, sepertiga untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan, dan sepertiga untuk keluarga.

Dalam keseharian, kita sering melihat dua ekstrem. Ada yang sepenuhnya mengabdikan hidup mereka untuk beribadah kepada Allah SWT, meninggalkan tugas-tugas manusiawi, bahkan melupakan anggota keluarganya. Di sisi lain, ada yang sibuk dengan pekerjaan dan bisnis mereka, hingga melupakan ibadah kepada Allah SWT, bahkan keluarga mereka terlantar. Kedua ekstrem ini tidak mewakili jalan terbaik.

Orang yang bijak adalah mereka yang mampu mengatur waktu dengan seimbang, membagi waktu untuk beribadah dan berurusan dengan Allah SWT, menjalankan tugas dan pekerjaan dengan baik, serta meluangkan waktu untuk keluarga. 

**Hidup untuk Allah SWT**

Baginda Nabi Muhammad SAW mempersembahkan sepertiga waktu hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Al Quran menjelaskan bahwa hanya Baginda Nabi yang memiliki jaminan ampunan dari Allah SWT atas segala dosa yang pernah dikerjakannya. Kita dapat membaca ayat yang menjelaskan hal ini dalam Surat Al-Fath ayat ke-2.

Orang yang memiliki jaminan ampunan seperti itu memiliki ibadah yang luar biasa. Sebagai contoh, Beliau rajin menjalani shalat malam hingga kakinya bengkak akibat bersujud kepada Allah SWT. Siti Aisyah melihat Baginda Nabi shalat hampir sepanjang malam, bahkan hingga menjelang subuh.

Ketika Siti Aisyah bertanya mengapa Baginda Nabi yang memiliki jaminan ampunan masih begitu tekun beribadah, Baginda Nabi menjawab dengan tulus, “Tidakkah Aku ingin menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah SWT? Semakin banyak ampunan yang aku terima, semakin banyak sujud dan ibadah yang kuberikan kepada-Nya.”

Kekuatan Baginda Nabi datang dari kedekatannya dengan Allah SWT melalui ibadah dan shalat. Semakin tinggi kualitas ibadah, semakin dekat kita dengan Allah SWT, dan semakin banyak karunia yang akan kita terima.

**Hidup untuk Melaksanakan Tugas**

Dalam menjalani tugas dan pekerjaan, Baginda Nabi Muhammad SAW menonjolkan keteladanan dan akhlak yang baik. Keteladanan ini adalah kunci keberhasilan dalam melaksanakan tugas. Baginda Nabi sangat berwibawa karena Beliau selalu menjalankan apa yang diajarkan kepada umatnya. Akhlak mulia, toleransi, dan penghormatan terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang menjadi ciri khas Baginda Nabi.

Dalam berdakwah, Baginda Nabi tidak menakut-nakuti orang, melainkan menyebarkan kegembiraan. Baginda Nabi selalu memudahkan urusan orang lain dan berusaha menjadikan agama sebagai jalan yang penuh cinta dan kasih sayang.

**Hidup untuk Keluarga**

Selanjutnya, sepertiga waktu hidup diperuntukkan untuk keluarga. Baginda Nabi mengajarkan pentingnya menjaga ketentraman dan keharmonisan dalam rumah tangga. Menghargai dan menghormati anggota keluarga adalah kunci sukses dalam kehidupan.

Dalam keseharian, meskipun sederhana, kita harus membangun rumah tangga yang didasarkan pada ajaran agama, sehingga kita dapat memahami hak dan kewajiban anggota keluarga, dan membangun pengertian dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan seseorang sering dimulai dari rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Dalam dunia yang terus berubah, menjaga nilai-nilai positif dan akhlak yang baik adalah langkah penting untuk mewujudkan bangsa dan negara yang kuat.