Keuletan dalam mencapai sukses
Oleh: Puji Rahayu, S.Pd., M.L.S.T., Ph.D—- “”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS: Surat Al-Insyirah Ayat 5-6)
Di sekitar kita banyak orang yang kita pandang berhasil dalam berbagai bidang; misalnya bidang pendidikan, ekonomi, agama, atau bidang yang lain. Di bidang Pendidikan kita sering melihat orang-orang yang sukses belajar di Harvard University, MIT University, atau di universitas-universitas di negara maju dengan presikat yang bagus. Akhir-akhir ini kita juga sering menyaksikan kesuksesan ekonomi para crazy rich Indonesia yang sukses di bidang ekonomi dalam usia yang masih sangat muda. Kita sering juga menyaksikan para pendakwah yang sangat sukses seperti Ustad Shomad yang sangat pandai menyampaikan dakwahnya khususnya bagi jamaah untuk melaksanakan hal-hal baik yang harus dilakukan.
Banyak dari kita hanya melihat kesuksesan mereka tanpa mau tahu jerih payah yang mereka lakukan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Bagaimana mereka berjuang keras demi memperjuangkan cita-citanya. Para pekerja China, misalnya, rela hanya makan kol rebus untuk makan siang saat mereka kerja demi mengumpulkan dollar untuk keluargannya. Semua mereka lakukan demi mengubah nasibnya yang jelas tidak akan berubah kalau tidak mereka usahakan.
Dalam Al-quran Surah Ar-Ra’d penggalan ayat 11 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Innallaha laa yughayyiru maa biqaumin hatta yughoyyiru ma bi anfusihim” yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d ayat 11).
Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sangat jelas mengisyaratkan tentang perlunya bekerja keras untuk memperbaiki nasib kita. Mungkin kita sering mengeluhkan kemampuan kita yang tidak bagus sebagai alasan supaya halal bagi kita untuk menyerah. Dengan mengucapkan: “Saya memang tidak punya bakat di Bahasa”
Ungkapan tersebut sering kita ulang-ulangi yang bukan tidak mungkin akan memperlemah usaha kita untuk bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Mengapa tidak kita ubah kalimatnya lebih bersemangat yang akan membuat kita rela untuk bekerja keras?
Tidak ada orang yang bisa menjadi sukses tanpa usaha yang keras. Misalnya Marshel Widiyanto, seorang komika asal Priok. Kita melihat dia sekarang sukses menjadi komik yang memiliki beberapa program di TV. Kalau kita dengarkan kisahnya dahulu sebagai penonton bayaran. Kalau saja dia berhenti berusaha, dia mungkin akan menjadi penonton bayaran selama hidupnya. Akan tetapi, dia memilih untuk melatih kemampuan stand-upnya ke berbagai acara open mic, sebuah acara yang digunakan untuk melatih jokes baru di kalangan komika.
Usahanya pun tidak selesai sampai dia masuk SUCI, sebuah kompetisi stand up yang diadakan oleh salah satu stasiun TV Indonesia. Dia keluar di posisi ke delapan, sebuah posisi yang tidak menandakan apa-apa kecuali bahwa dia tujuh orang lainnya masih akan melanjutkan kompetisi dan mendapatkan eksposur lebih banyak di TV. Singkat cerita, dia masih harus banyak berjuang lagi untuk bisa sukses seperti sekarang.
Mengambil kesempatan disaat yang tepat
Menurut saya, untuk bisa meraih kesuksesan, kita perlu mengambil setiap kesempatan yang ada dan sesuai dengan resourses kita. Setiap kesempatan yang kita ambil akan membuat kita memiliki dua kemungkinan: sukses atau gagal. Akan tetapi, kalau kita tidak mengambil kesempatan tersebut, kemungkinannya hanya satu, GAGAL.
Tentang mengambil kesempatan di saat yang tepat ini, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah bersabda saat menasehati seseorang dalam sebuah hadits:
Dari Amru bin Maimun bin Mahran sesungguhnya Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang pemuda dan menasehatinya, “Jagalah lima hal sebelum lima hal. (1) Mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) sehatmu sebelum datang masa sakitmu, (3) waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, (4) kayamu sebelum miskinmu, (5) hidupmu sebelum matimu.
Hadits ini jelas menyarankan kepada kita bahwa kita perlu mengambil kesempatan yang ada di depan kita sebelum kesempatan tersebut kemudian hilang atau kita terlambat merespon kesempatan tersebut. Keterlambatan dalam mengambil kesempatan tersebut bisa kehilangan
Contoh tentang konsultasi akhir skripsi yang ditunda sampai 2-3 bulan karena takut kalau banyak revisi tidak bisa mengerjakan padahal sedang bekerja di lembaga bimbingan. Kenyataannya setelah selesai kerja, saya mengajukan skripsi tersebut dan langsung diterima dan disuruh ujian. Kalau saya ambil kesempatan itu, tentu saya akan lulus S1 2-3 bulan lebih cepat.
Contoh lain adalah ketika ada kesempatan untuk menjadi pengajar di sebuah kursus Bahasa Inggris yang cukup terkemuka di Yogyakarta. Kesempatan itu hampir saya lewatkan karena kurang percaya diri terhadap kemampuan berkomunikasi saya dalam Bahasa Inggris.
Pada akhirya kesempatan tersebut saya ambil dan saya mengikuti semua prosesnya. Alhamdulillah atas ijin Allah Subhanahu wa ta’ala saya diterima sebagai staff pengajar di tempat kursus tersebut. Rasa syukur perlu saya panjatkan juga kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat keharusan saya untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam mengajar mengasah keterampilan berBahasa Inggris saya.
Kepercayaan diri tersebut membuka kesempatan-kesempatan baru yang lain.
Kedua pengalaman tersebut mengajarkan pada saya bahwa mengambil kesempatan pada saat datang sangatlah penting kalau kita ingin meraih kesuksesan. Saya tentunya tidak akan mendapatkan kesempatan yang paling baik seandainya saya tidak mengambilnya.
Contoh-contoh tersebut terjadi di urusan-urusan dunia dan akibat dari pengambilan kesempatan tersebut sudah sangat nyata saya rasakan dalam kehidupan saya.
Saya membayangkan kalau kita juga selalu mengambil kesempatan untuk melakukan hal-hal baik dalam urusan-urusan agama. InsyaAllah hasilnya bahkan hanya SATU, yaitu pahala. Sesuai yang dijanjikan Allah Subhanahu wa ta’ala karena Allah maha menepati janji. Allah Subhanahu wa ta’ala bersabda tentang janjiNya membalas perbuatan baik setiap umat manusia.
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl Ayat 97).
Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala menjanjikan perbuatan baik kita akan mendapatkan pahala sejak kita meniatkannya. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pahala yang lebih banyak lagi kalau kita kemudian mengerjakan pekerjaan baik tersebut. Tentu saja pahala akan tambah banyak lagi kalau kita secara ulet mengupayakan ketercapaian tujuan baik dari perbuatan tersebut.
Ulet
Setiap niat dan perbuatan baik yang kita upayakan tidak selalu mulus sampai ke tujuan yang kita inginkan. Terkadang banyak hambatan dan tantangan yang perlu kita hadapi untuk sampai pada tujuan yang kita inginkan. Sebagai umat Islam, kita perlu ulet melakukan kebaikan tersebut sampai berhasil paling tidak mendekati tujuan yang kita inginkan. Tidak peduli berhasil atau tidak, insyaAllah akan selalu ada pembelajaran yang bisa kita ambil.
Sebuah ungkapan yang cukup terkenal, “Hasil tidak akan mengkhianati usaha” sudah banyak kita lihat contohnya. Kita banyak mendengarkan cerita tentang kesuksesan orang karena usahanya yang gigih meskipun secara perhitungan mungkin mereka kurang beruntung. Allah Subhanahu wa ta’ala juga menjanjikan pahala kepada hambanya yang senantiasa bersabar atas upayanya dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Beberapa hal berikut merupakan janji-janji Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap orang-orang yang bersabar:
Pertama, Allah Subhanahu wa ta’ala berjanji akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar seperti berikut:
Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS. Ali ‘Imron ayat 146).
Jadi, ketika kita sedang berusaha dan beberapa kali mengalami kegagalan, jangan khawatir atas cemoohan orang karena Allah Subhanahu wa ta’ala akan selalu membersamai kita. Terus lanjutkan upaya kita dengan tetap mengevaluasi setiap kegagalan tersebut untuk memperbaiki usaha-usaha berikutnya.
Contoh berikut mungkin bisa dijadikan ibrah. Banyak orang yang mendapatkan beasiswa setelah mereka melamar sekali atau dua kali. Mungkin mereka memang orang-orang yang dikaruniai talenta yang luar biasa sehingga mampu meyakinkan lembaga donor untuk membiayai studi mereka.
Akan tetapi, orang yang dikaruniai kecakapan yang biasa-biasa saja tidak kemudian harus menyerah begitu saja. Usaha yang keras dan ulet insyaAllah akan memberikan hasil yang manis. Pengalaman saya melamar beasiswa, saya perlu mengirimkan belasan lamaran untuk kemudian mendapatkan beasiswa tersebut. Untuk orang dengan kecakapan pas-pasan, keuletan bisa jadi merupakan salah satu doa yang sangat jujur dan kuat dari dalam diri kita sehingga sampai ke Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kedua, Allah akan memberikan pahala atas kesabaran kita. Dalam proses-proses gagal tersebut, kita akan banyak belajar tentang kekurangan-kekurangan yang perlu kita perbaiki. Bahkan, Allah Subhanahu wa ta’ala pun menjanjikan pahala atas kesabaran kita.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah ayat 155-157).
Berserah
Setelah kita mengambil kesempatan yang ada dan tekun dan ulet dengan prosesnya, kita hanya perlu menunggu hasilnya dengan menyerahkan kepada yang maha mengatur segalanya. Meskipun demikian, batas mana kemudian kita perlu berserah masih menjadi perdebatan.
Kesimpulannya, sebagai muslim kita perlu selalu berusaha untuk mengambil kesempatan berbuat baik dalam urusan dunia apalagi dalam urusan akhirat dan ulet dalam mengupayakan kebaikan-kebaikan tersebut. Alasannya adalah bahwa kalau umat muslim berhasil dalam urusan dunia, ini bisa dijadikan salah satu dakwah untuk umat muslim yang lain.
Wallahu a’lam bishawab.