Ambassadorial Lecture, HI Undang Dubes Ukraina untuk Indonesia
Prod Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB UII) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Ambassadorial Lecture, Senin, 18 Juli 2022. Setelah sebelumnya menghadirkan dubes Palestina untuk Indonesia, kali ini Prodi HI FPSB UII mengundang Dubes Ukraina untuk Indonesia, Dr. Vasyl Hamianin sebagai pemateri.
Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D dalam sambutannya mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan Ukraina sejak 1992 sebagai mitra strategis utamanya pada percepatan sektor ekonomi. Namun kondisi ukraina saat ini sedang mengalami krisis kemanusiaan dimana seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi. Saat ini setidaknya lebih dari 5.000 jiwa meninggal dan sekitar 6.500 jiwa terluka.
Ptof Fathul Wahid menambahkan bahwa Universitas Islam Indonesia pun senantiasa berusaha untuk menjaga perdamaian dunia sebagaimana langkah yang suda ditempuh oleh pemerintah Indonesia dalam upayanya untuk mendamaikan konflik yang terjadi. Dan even ini (ambassadorial lecture) merupakan salah satu bentuk simpati UII sekaligus fasilitas untuk diskusi secara luas (publik) terkait kondisi Ukraina saat ini. Dari even terseut Prof Fathul Wahid berharap akan membuka cara pandang terbaik dalam menyikapi konflik antara Ukraina dan Rusia.
Sementara Dr. Vasyl Hamianin mengawali paparannya dari sebuah Buku The Grand Chessboard karya Zbigniew Brzezinski yang terbit di tahun 1997. Zbigniew Brzezinski dianggap sebagai tokoh yang benar-benar mengetahuai atau mengenal Ukraina dan juga paling memahami dari esensi uni soviet dan federasi Rusia dan juga klaster geopolitik di sekitar Federai Rusia. Beliau membaca sebagiab isi buku yang menyebutkan bahwa Ukraina merupakan ruang baru dan penting di percaturan Eurasia yang merupakan poros geopolitik dan membantu perubahan di Rusia. Tanpa Ukraina, Rusia akan berhenti menjadi kekaisaran di Eurasia.
Dr. Vasyl Hamianin juga menambahkan jika Rusia mendapatkan kembali kontrolnya di Ukraina yang memiliki penduduk sekitar 52 Juta dan sumber daya utama dan akses ke laut hitam, otomatis Rusia akan kembali menjadi negara kekaisaran yang kuat mencakup Eropa dan Asia. Sehingga kemungkinan besar alasan Rusia melakukan penyerangan ke Ukraina adalah untuk kembali memulihkan kekaisaran Rusia. Baik dengan istilah Uni Soviet ataupun Persemakmuran Negara-negara Merdeka, Komunitas Eurasia atau apapun namanya. Intinya adalah Kekaisaran Rusia.
Kepada peserta beliau beliau berharap agar apa yang disampaikannya jangan dianggap sebagai ungkapan seorang Duta Besar Ukraina, namun seorang sejarawan yang lebih obyektif dalam menceritakan sejarah. Dr. Vasyl Hamianin melanjutkan materi terkait sejarah Rusia dan Ukraina dimana perjuangan Ukraina untuk melawan Rusia sudah berlangsung sejak sekitar 300 tahun melalui pemberontakan melawan aturan Rusia,melawan aturan kekaisaran Rusia lainnya.
Secara geografis Ukraina memiliki posisi yang sangat unik dalam hal perdagangan, maupun pengendalian rute dari Utara ke Selatan, dari Selatan ke Utara, dan dari Timur ke Barat, dan sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa Ukraina sering dijadikan medang peran atau sering diperebutkan oleh negara-negara lain.
Dr. Vasyl Hamianinjuga juga menilai bahwa G20 ke depan akan mampu beperan lebih dalam menjaga perdamaian dunia. Sedangkan saat ini, tidak ada jalan keluar dari perdamaian antara Rusia dan Ukraina kecuali mereka (Rusia) meninggalkan Ukraina atau mereka akan mati di Ukraina. Dr. Vasyl Hamianin yakin bahwa Rusia tidak akan bisa mengalahkan Ukraina. Dengan cara apapun. Bahkan Rusia akan mengalami kekalahan jika NATO ambil bagian dalam konflik yang terjadi.