Husnudzan Kepada Allah Subhanahu Wata’ala

OLeh : Fenny Sri Rahayu, S.Psi. ———

Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia termasuk Indonesia, merupakan kondisi yang sangat tidak diharapkan, bukan hanya dari segi kesehatan, namun juga perekonomian, pariwisata, pendidikan, dan bidang kehidupan lainnya. Semua terjadi secara tiba-tiba, dari yang awalnya bebas melakukan aktivitas di luar rumah, saat ini menjadi terbatas, diharuskan menggunakan masker, wajib menjaga jarak, dan mematuhi protokol kesehatan lainnya yang menjadi upaya pencegahan dari penyebaran virus Covid-19. Bahkan saat ini, protokol kesehatan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari terutama saat kita harus beraktivitas di luar rumah.

Banyaknya hal yang membatasi dalam segala aktivitas, sering membuat manusia menyalahkan orang lain, keadaan, dan celakanya lagi, berprasangka tidak baik kepada Yang Maha Pencipta Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillahi mindzalik.

Sebagai seorang muslim, ketika mendapatkan hal buruk, ujian, ataupun masalah, seharusnya instropeksi kepada diri sendiri terlebih dahulu. Hal-hal apa saja yang perlu dibenahi dan diperbaiki. Setiap muslim juga mestinya menyadari dan mempercayai setiap hal yang terjadi di dunia ini, hal baik maupun hal buruk adalah takdir dari Yang Maha Kuasa Allah Subhanahu Wata’ala.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S.  Al-Baqarah: 216)

Husnudzan (حسن ظن) yang artinya berprasangka baik kepada Allah Subhanahu Wata’ala merupakan kewajiban setiap seorang hamba kepada pencipta-Nya Allah Subhanahu Wata’ala.  Terutama di masa pandemi yang tengah kita hadapi saat ini berhusnudzan ketika sedang menjalankan ujian, secara manusiawi tentu tidak mudah dan tidak kita sukai, ingin rasanya segera mengakhiri ujian ini, merasa tidak nyaman, dan tidak terima dengan keadaan, padahal sebenarnya menurut Allah Subhanahu Wata’ala ujian tersebut baik untuk hamba yang mengalaminya. Oleh karena itu, saat ujian datang, bersabarlah dan berbaik sangkalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Apapun yang dialami dalam kehidupan manusia, pasti memiliki hikmah yang besar di masa mendatang.

Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda yang artinya:

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman sebagai berikut: ”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (Hadis Riwayat Tabrani dan Ibnu Hibban).

Berhusnudzan kepada Sang Khalik merupakan salah satu cara penghambaan kita pada Allah Subhanahu Wata’ala. Menyadari betapa kecil dan lemahnya kita sebagai makhluk yang tidak mungkin bisa bertahan hingga hari ini, di masa pandemi dalam keadaan sehat dan berkecukupan tanpa kasih sayang Allah Subhanahu Wata’ala. Prasangka baik kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu akan memberikan kebaikan untuk hidup kita, bukan hanya di dunia namun juga di akhirat nanti. Berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentu bukan hanya saat pandemi ini, tapi juga setiap waktu hingga kita meninggal dunia.

Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala terbagi menjadi empat, yaitu:

Pertama, husnudzan dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Husnudzan
dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala harus menjadi hal utama yang tertanam pada perasaan dan pikiran seorang hamba. Meskipun hati seorang hamba belum bisa merasakan kebenaran peraturan atau ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala, dan pikiran manusia terkadang melihat ada hal lain yang lebih baik menurut pendapat manusia, sebagai muslim yang baik tidak ada sikap yang akan diambil selain sami’na waata’na, yang artinya “Kami dengar perintah-Mu ya Allah, dan kami taat”.

Kedua, husnudzan dalam pemberian nikmat Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan nikmat kepada siapa pun hamba yang dikehendaki-Nya. Nikmat dapat berupa harta, kesehatan, kesempatan, dan masih banyak lagi. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat kepada hamba dengan maksud dan tujuan tertentu.

Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang telah diberikan, dapat diwujudkan dengan memperbanyak syukur dan merenungkan apa sebenarnya maksud Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat tersebut kepada hamba-Nya.

Ketiga, husnudzan dalam menghadapi ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Seperti yang disampaikan penulis dan menjadi inti dari pembahasan penulis, tentang husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala ketika menghadapi ujian.

Keempat, husnudzan dalam melihat ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.

Setiap makhluk yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala pasti memiliki maksud dan tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di bumi ini. Husnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam hal ini ditunjukkan dengan meyakini bahwa tidak ada satu pun yang menjadi sia-sia dalam ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala.

Adapun beberapa hal yang perlu kita yakini agar kita dapat selalu berprasangka kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu sebagai berikut:

Pertama, membangun keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi rahmat dan ampunan bagi para hamba-Nya yang berbuat kebaikan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa: 110).

Kedua, meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan memberi pahala bagi hamba-Nya yang melakukan ketaatan.  Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 277:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.

Ketiga, membangun keyakinan bahwa siapa yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wata’ala akan diberi kecukupan oleh-Nya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya.” (Q.S.  At-Thalaq: 3).

Keempat, membangun keyakinan bahwa setiap takdir dan keputusan Allah Subhanahu Wata’ala memiliki hikmah dan kebaikan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Hijr ayat 21:

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

“Tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

Adapun hikmah yang akan kita dapatkan ketika kita mampu berhusnudzan kepada Allah Subhanahu Wata’ala diantaranya sebagai berikut:

Pertama, senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Mulai dari hal yang kecil apalagi hal yang besar, karena percaya Allah Subhanahu Wata’ala selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Kedua, memiliki rasa khauf (takut) dan raja’ (berharap) kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Ketiga, bersikap optimis, tidak berkeluh kesah serta berputus asa terhadap segala ketentuan dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Keempat, berpikiran lebih positif terhadap segala sesuatu yang terjadi, sehingga dapat mengambil kebaikan dari masalah yang dialami.

Kelima, terhindar dari sifat yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Keenam, paling utama hal yang diinginkan setiap hamba yaitu dicintai dan disayangi Yang Maha Cinta Allah Subhanahu Wata’ala.

Semoga kita dapat meyakini juga mengamalkan segala kebaikan dari kalam Allah Subhanahu Wata’ala tersebut, sehingga kita menjadi hamba Allah yang selalu berhusnudzan kepada Yang Maha Baik Allah Subhanahu Wata’ala, dalam kondisi apapun dan kapanpun. Aamiin Yaa Rabbal’Aalamiin