FPSB Gelar Workshop Fundraising untuk Lembaga/Unit Kemahasiswaan

Mencari sumber dana (baca: sponsorship) sebagian penopang sebuah kegiatan atau even tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Namun demikian, hal ini juga bukan sesuatu yang sulit manakala kita memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ilmu atau caranya. Oleh karena itu, untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi lembaga mahasiswa maupun unit kegiatan mahasiswanya, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Unit Kerja KADIPKH (Kemahasiswaan, Alumni, Dakwah Islamiyah, Pemasaran, Kerjasama dan Humas) secara khusus menyelenggarakan Workshop Fundraising, Selasa, 27 Januari 2015 di R. Audiovisual Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII dengan menghadirkan Wahyu Setya Budi (GM Rajawali Indonesia Jogja dan Owner Big Creative Land Event Organizer) dan Syarif Fuad Alwi (Ketua Kampung Komunikasi 2014). Workshop dibuka oleh Wakil Dekan FPSB UII, Dr. Hepi Wahyuningsih yang dalam sambutannya berharap agar usai mengikuti workshop tersebut mahasiwa bisa lebih mandiri dalam penggalangan dana kegiatan.

Pemateri pertama, Mas Budi (panggilan akrab Wahyu Setya Budi) dalam paparannya banyak menekankan tentang cara berkomunikasi secara efektif (attitude dan presentasi) seorang marketer (pencari dana/sponsorship) saat melakukan tugasnya, seperti sopan santun dalam bersikap, cara memperkenalkan diri yang baik, senyum, salam, sapa, penguasaan materi (konsep acara), penyampaian presentasi yang menarik dan nyaman hingga penyampaian kondisi alternatif pada calon sponsor. Beberapa faktor ‘x’ ditengarai juga menjadi penentu keberhasilan dalam mencari sponsor, diantaranya adalah rekomendasi teman-sahabat-keluarga, kedekatan sebagai temen-sahabat-keluarga, integritas dan komitmen bahkan ‘buah tangan’ yang tak seberapa (oleh-oleh khas daerah tertentu misalnya).

Tak jauh berbeda dengan Mas Budi, pemilik panggilan Fuad (panggilan akrab Syarif Fuad Alwi ) pun menegaskan pentingnya seorang marketer dalam penguasaan materi atau konsep sebuah acara kegiatan. “Untuk menguasai sebuah konsep acara, maka seorang marketer harus terlibat langsung dalam membuat konsep sebuah acara. Seorang marketer juga harus melakukan riset potensi terhadap perusahaan calon sponsor. Riset ini yang jarang dilakukan oleh para marketer (marketer mahasiswa)”, ungkap Fuad. Riset potensi tersebut menurut Fuad sangat penting karena kerjasama (sponsorship) bisa dilakukan tidak semata dalam bentuk uang tunai atau fresh money, tapi juga bisa dilakukan dalam bentuk lain seperti halnya akomodasi (penginapan/hotel, tranpsortasi/tiket), souvenir, potongan harga, talent, ataupun kerjasama program.

“Ditolak saat mencari sponsor adalah hal biasa. Link menjadi jurus ampuh dalam menjalin kerjasama. Sebelum menghubungi calon sponsor, kami akan mencari informasi tentang siapa yang dikenal oleh calon sponsor dan bisa memberikan rekomendasi. Dengan demikian, setidaknya 50 % keberhasilan sudah ditangan”, tegasnya. Terkait dengan proposal, selain isi yang harus jelas dan menarik (meliputi deskripsi kegiatan, tujuan kegiatan, target audience, konsep kegiatan, media promosi kegiatan, benefit sponsorship, paket sponsorship, contact person), cover proposal pun sebaiknya didesain sebagus mungkin yang secara sepintas cukup bisa menggambarkan isi proposal meski tanpa harus membukanya.

Meski sukses menyeleggarakan acara ‘Kampung Komunikasi 2014’ yang melibatkan banyak sponsor dan menelan biaya hingga ratusan juta rupiah , Fuad punya keinginan kuat untuk mengonsep sebuah acara yang akan melibatkan seluruh keluarga besar FPSB UII.