FPSB Sosialisasikan Dana Subsidi Kegiatan Mahasiswa

Dalam rangka sosialisasi subsidi Dana Kegiatan Kemahasiswaan bagi mahasiswanya, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar Public Hearing dengan mengundang para perwakilan dari komunitas, himpunan mahasiswa maupun UKM yang ada di FPSB UII, Kamis, 10 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Dr.rer.nat. Arief Fahmie, MA., Psikolog selaku Dekan FPSB UII turun langsung untuk memberikan informasi terkait dana subsidi kegiatan kemahasiswaan tersebut. Setidaknya pimpinan FPSB UII sudah mengalokasi anggaran lebih kurang 150 juta untuk diberikan sebagai subsidi kegiatan mahasiswa, baik kegiatan yang bersifat kelembagaan, komunitas, lomba-lomba akademis (PKM-PIMNAS) maupun program keikutsertaan mahasiswa (individu/berkelompok) pada agenda-agenda internasional (konferensi, seminar, training) yang dilaksanakan di luar negeri.

“Ada banyak pertimbangan terkait jumlah dana subsidi yang diberikan kepada masing-masing prodi, seperti pertimbangan jumlah mahasiswa, keterserapan anggaran pada kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya maupun rencana jumlah kegiatan yang akan dilakukan. Pasti akan ada yang kurang puas dengan jumlah subsidi yang diberikan. Tapi sekali lagi ini adalah sifatnya subsidi. Kami mohon maaf karena baru ini yang bisa kami bantu”, ungkap Pak Arief.

Prof Marcus Stueck Ajarkan School of Emphaty

“Emphaty is based on attachment/connection/relation (Biological, behavioural, affective) in autopoietic network and between living elements (plants, humans, animals). Emphaty is not altruism”. Demikian definisi empati menurut Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck yang disampaikan pada acara kolokium Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) berjudul ‘School of Emphaty’, Jumat, 04 Maret 2016 di R. Auditorium FPSB UII.

Di awal paparannya, Profesor ramah tersebut banyak menceritakan tentang sejarah berdirinya ‘School of Emphaty’ yang sudah dia rintis sejak tahun 2008 di Jerman dan Latvia. Baru  pada tahun 2010-2011 ‘Schoolmof Emphaty’ masuk ke Indonesia melalui sebuah workshop di Yogyakarta. Sekedar mengingat kembali bahwa School of empathy merupakan sebuah metode/ teknik pembelajaran yang terdiri dari 2 metode, yakni melalui bahasa komunikasi-verbal dan badan-nonverbal (dance of life). Dance/gerak tari sebagai salah satu media pembelajaran empati dikarenakan bisa membawa perasaan dan ekspresi seseorang ke dalam tarian. Ekseperimen telah membuktikan bahwa dance bisa mempengaruhi perilaku seseorang sejalan dengan adanya proses biokimia yang terjadi di otak saat melakukannya (baca: gerakan dance).

“Empati terkait dengan dengan kontak fisik/tubuh yang didasarkan pada rasa cinta/sayang. Jadi, untuk bisa ber-empati dengan sesama memang diperlukan koneksi (sentuhan secara langsung maupun tak langsung) yang nantinya akan berimplikasi pada kemampuan seseorang untuk merasakan kondisi fisik/psikis orang lain.  Empati adalah hubungan, komunikasi dan kelekatan. Ini adalah hal penting untuk bisa melakukan empati pada orang lain,” tambahnya. Beberapa kumpulan foto pelaksanaan empathy pun beliau sampaikan demi menambah wawasan para mahasiswa.

Masih Menurut Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck bahwa biodanza bisa diikuti dan dimengerti oleh siapa saja tanpa membedakan ‘kondisi’ seseorang. Biodanza bisa menjadi penyeimbang antara pengatahuan dan perasaan. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan hanya dengan sekedar membaca.

MAPPRO Kaji Resilience and Posttraumatic Growth

Resilience and Posttraumatic Growth atau Ketahanan dan Kebangkitan Pasca Trauma. Demikian tema workshop yang disampaikan oleh Prof. Dr. rer.nat. habil. Marcus Stueck, Rabu, 2 Maret 2016 di R. Kuliah Program Magister Psikologi Profesi (MAPPRO) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII).

Selain menyampaikan konsep teoritis tentang resiliensi, Prof. Marcus Stuek juga banyak menyampaikan teknik-teknik atau intervensi yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan hormon-hormon tubuh dalam rangka meningkatkan dopamine, seperti terapi yoga, bernyanyi, menari, melukis ataupun bermain menggunakan media lainnya (pasir, dll). Dengan meningkatnya dopamine tersebut maka seseorang akan menjadi lebih relaks/tenang dan bahagia. Kondisi itulah yang bisa meningkatkan resiliensi seseorang (korban bencana, kekerasan).

Prof. Markus Stueck dalam kesempatan tersebut juga memaparkan hasil risetnya mengenai proses resiliensi yang terjadi pada seseorang dalam kondisi ekstrem, misalnya saat berminggu-minggu mendaki gunung.  Bahkan, pernah kerjasama dengan International Aeronautics Association untuk melihat kondisi psikologis astronot saat simulasi di bumi yang juga pada kondisi ekstrem.

“Topik yang menarik, terlebih beliau menjelaskan  penelitiannya tentang bagaimana tubuh kita khususnya kulit kita memberikan tanda tanda seseorang mngalami hypersensybility dan kita juga tahu bagaimana intervensi yang kiranya mampu diberikan untuk orang yang pernah mngalami trauma karena bencana”, ungkap salah satu peserta workshop, Mumtaz Afridah, S.Psi.

SMA Negeri 1 Parigi Pangandaran Silaturrahim ke UII

Keluarga besar siswa kelas 11 SMA N 1 Parigi Kabupaten Pangandaran Jawa Barat melakukan kunjungan silaturrahim ke Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 29 Februari 2016. Rombongan yang berjumlah lk. 355 siswa dengan didampingi beberapa guru tersebut diterima oleh 4 fakultas yang ada di UII, yakni Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik Industri (FTI) dan juga Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Di FPSB UII, rombongan disambut hangat oleh Dekan bersama Tim Marketing and Communications (Marcom) FPSB UII.  Selayang pandang UII pun sempat disampaikan oleh Dekan FPSB UII sebelum akhirnya informasi lengkap (sejarah UII, proses pendaftaran & pola seleksi calon mahasiswa baru UII, biaya studi, skema beasiswa yang bisa diperoleh sebagai mahasiswa UII, dan juga keunggulan masing-masing prodi yang ada di FPSB UII)  disampaikan dengan baik oleh 2 orang anggota Tim Marcom, Iswan Saputro dan Lana Senja Indah.

 

“Mereka merasa nyaman dengan lingkungan yang asri dan jauh dari kegaduhan. Mudah-mudahan adik-adik tahun mendatang punya keyakinan untuk bisa kuliah di UII. UII adalah Universitas Islam tertua di Indonesia. Kalian pasti akan bangga bisa kuliah di sini. Saya yakin akan ada di antara kalian semua yang akan menggantikan guru-guru BK/BP dengan kalian kuliah disini”, harap salah satu guru pendamping, Dadan Suherman

FPSB Gelar Lomba Keakraban

Kebersamaan dan kebahagiaan yang dikemas dalam lomba keakraban civitas Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia kembali terajut pada hari Jumat, 26 Februari 2016. Mengambil lokasi di halaman parkir FPSB UII, segenap dosen dan karyawan berkumpul bersama untuk mengikuti Lomba Keakraban yang merupakan agenda perdana Milad FPSB UII ke-21. Di kegiatan ini setidaknya ada 3 lomba kategori individu, yakni sumpit kelereng, sepeda lambat dan masukan paku dalam botol serta 3 lomba dalam kategori beregu, yakni balap bakiak, tebak nama dan juga estafet air.

 

Seluruh peserta tampak sangat antusias dan menikmati setiap lomba yang diikuti. Bahkan pada lomba balap bakiah, Prof. Dr. Marcus Stuek (Jerman) pun ikut ambil bagian meski mengalami kesulitan (terjatuh).  Lomba sejenis insya Allah juga akan diselenggarakan secara khusus untuk mahasiswa FPSB UII.

Menelisik Kelas Menengah di Kota-kota Menengah

Meski jaman dulu masyarakat kelas menengah di negara kita tidak begitu berpengaruh (baca: masih diaggap sedikit dan disamakan dengan kelas elit nasional) pada tananan pemerintahan/kekuasaan, maka sejak 1998 (reformasi) masyarakat kelas menengah ini ditengarai memiliki peran sangat besar terhadap tatanan pemerintahan ataupun dalam ranah kekuasaan/politik. Bahkan pengikat Indonesia bukanlah kota besar, bukan puncak kekuasaan, bukan elit nasional, tetapi kelas menengah di kota provinsi. Bahkan pada tahun 0212 terdapat pertumbuhan kelas menengah baru hingga mencapai 45 % (sebelumnya adalah 25 %  pada tahun 1999 dan 43% tahun 2003).  Masyarakat kelas menengah di kota-kota menengah (baca: provinci) ini yang akan sangat berpengaruh pada pemerintahan (baca: Indonesia).

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Gerry van Klinken pada acara kuliah umum bertema ‘Menelisik Kelas Menengah di Kota Menengah’ yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis, 25 Februari 2016 bertempat di R. Auditorium Perpustakaan Pusat UII (Moh. Hatta).  

Prof. Gerry menambah bahwa untuk mempelajari pengaruh masyarakat kelas menengah tidak bisa hanya menggunakan statistik maupun berdasarkan barang konsumsi, akan tetapi harus dengan pengamatan secara langsung (termasuk perilaku politiknya).

Prodi Komunikasi Kaji Ketertutupan RUU RTRI

Bersama dengan Lembaga Penyiaran Publik “Rumah Perubahan” dan Tifa Foundation, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Seminar “Menyoal Ketertutupan Rancangan Undang-undang Radio Televisi Republik Indonesia’, Selasa, 16 Februari 2016 di Kampus UII Jl. Cik Di Tiro Yogyakarta. Hadir sebagai pemateri antara lain adalah Amir Efendi Siregar (Ketua Pemantau Regulasi dan Regulator Media-PR2MEDIA), Dwi Hernuningsih (Dewan Pengawas LPP RRI),  Bhekti Nugroho (Korbid Kelembagaan KPI Pusat) dan Hanafi Rais (Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI).

 

Dalam paparannya berjudul ‘Mengawal Revisi UU Penyiaran dan RTRI’, Amir Effendi Siregar mengkritisi alotnya proses pengesahan RUU RTRI yang sudah dibahas oleh DPR sejak 2014 lalu yang mengakibatkan masyarakat belum bisa mengakses informasi secara lebih maksimal.

Sedangkan Bhekti Nugroho melihat dengan materinya berjudul Urgensi LPP ditengah Dominasi LPS mengkritisi kondisi per-media-an saat ini yang menurutnya sering menyajikan fakta yang berbeda. Hal ini dikhawatirkan merupakan dampak penyalahgunaan medias massa untuk kepentingan pribadi maupun kelompok termasuk di dalamnya adalah kepentingan politik.  

Anggota Dewan Pengawas LPP RRI,  Dwi Hernuningsih dalam materinya berjudul ‘RTRI: untuk Siapa?’ secara tegas menyatakan komitmennya untuk tetap berpihak pada kepentingan publik dalam proses siaran. Dirinya juga meminta agar para jajaran dan direksi serta seluruh staf tetap komitmen mengarahkan program siaran untuk memegang prinsip-prinsip lembaga penyiaran publik.   

Sementara Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI,  Hanafi Rais menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk menempatkan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) sebagai lembaga yanglebih independen dengan tidak menginduk pada pemerintah. Hanafi juga memberikan keterangan bahwasanya RUU RTRI ditargetkan rampung tahun ini. Semoga..!

Mahasiswa HI Tampil di IYSC 2016, Kuala Lumpur Malaysia

Tiga orang mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), masing-masing Faris Abdul Azis, Emil Hikmawan,  dan Inna Nafilla Zahrah terpilih sebagai panelis dalam gelaran International Young Scholar Conference (IYSC)  yang diselenggarakan oleh International Islamic University Malaysia (IIUM), 23 Januari 2016 di Kuala Lumpur Malaysia.

Dalam konferensi bertema ‘Turning Young Scholar Into Leaders of Tomorrow’ tersebut ketiga mendapat kesempatan untuk menyampaikan makalah berjudul “Perkembangan Aliran Syiah dan Dampaknya terhadap Kondisi Politik, Sosial dan Budaya di Asia Tenggara”.

“Dengan mengikuti kegiatan ini, saya dapat menambah ilmu dan wawasan serta menambah relasi, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia sehingga dapat memotivasi untuk bisa melakukan yang lebih baik dari yang sudah pernah saya capai”, ungkap Fariz Abdul Azaiz, mahasiswa Prodi HI angkatan 2014.

Mahasiswa PBI, Rahma Nuzulia Ikuti EPIC 2016

Keberuntungan bisa menghampiri atau dialami oleh siapa saja, baik yang diusahakan ataupun yang datang dengan tiba-tiba. Demikian juga yang dialami oleh salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Ingris (PBI) Fakultas Psikologi  dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Rahma Nuzulia (2012) yang berhasil mendapatkan beasiswa dari kedutaan Amerika Serikat dalam bentuk biaya untuk mengikuti  EPIC (Empowered, Prepared, Inspired, and Connected )Training Camp,  yang diselenggarakan oleh Regional English Language Office (RELO) U.S. Embassy dalam rangka Pre-Service English Teacher Camp, 18-30 Januari 2016 lalu di Bukit Tinggi, Padang, Sumatera Barat.

Mahasiswa semester 8 tersebut merupakan salah satu dari 42 peserta camp yang terpilih dari 300-an pelamar/applicant dari berbagai perguruan tinggi (PTS/PTN) seluruh Indonesia dan Timor Leste. Mereka  dipertemukan dalam sebuah program pelatihan dan workshop yang bertujuan untuk mengembangkan profesionalisme dan kepribadian sebagai calon-calon guru dan pendidik bahasa Inggris melalui pelatihan mengajar, peningkatan kemampuan bahasa Inggris dan pengenalan budaya.

Rahma menuturkan bahwa dalam kegiatan EPIC Training Camp tersebut seluruh kegiatan menggunakan Bahasa Inggris, baik kegiatan formal maupun informal termasuk sesi belajar dan juga break sebagai media komunikasi antara sesama peserta maupun saat berinteraksi dengan language fellow/ fasilitator camp. Kegiatan camp yang berlangsung selama 2 minggu tersebut juga diisi dengan kegiatan seminar, workshop serta experiential learning yang difasilitasi oleh tim gabungan pengajar dari RELO dan Universitas Indonesia.

“Banyak sekali pembelajaran yang saya peroleh sebagai peserta dari Pre-Service English Teacher Camp ini. Tidak hanya memperdalam praktek mengajar serta kemahiran dalam berbahasa inggris, tetapi peserta juga belajar bagaimana saling menghargai berbagai perbedaan baik dari sisi agama maupun adat kebiasaan masing-masing. Disamping itu, kedisiplinan dan kerjasama menjadi nilai yang ditekankan dan diimplementasikan selama camp tersebut”, ungkapnya.  Rahma berharap agar pengalamannya di  EPIC Camp 2016 yang baru saja ia ikuti bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi adik-adik tingkatnya di PBI UII untuk tidak enggan dalam berburu beasiswa program dan kesempatan belajar untuk mengembangkan diri diluar program studi dalam rangka memperkaya wawasan, meningkatkan ketrampilan berbahasa dan kompetensi mengajarnya. Hal tersebut diyakini akan menjadi modal dan bekal yang berharga dalam berkompetisi dan menjadi calon SDM guru yang unggul di era Masyarakat Ekonomi ASEAN seperti saat ini.

Sean Stellfox selaku salah satu fasilitator/tim pengajar dari RELO dalam kegiaan tersebut memberikan penilaiannya terhadap Rahma sebagai salah satu peserta yang menunjukkan pencapaian belajar dan learning performance yang baik serta berkontribusi sangat positif dalam keseluruhan kegiatan EPIC Camp 2016.

Ka. Prodi PBI, Irma Windy Astuti, S.S., M.Hum pun turut berbahagia atas capaian, semangat serta aspirasi keilmuannya yang diraih oleh Rahma. “A true example of learner embracing learning beyond classroom walls”, ungkapya.

2nd NCIP Kaji Peran Psikologi Islam dan Penguatan Keluarga

Psikologi Islam untuk Penguatan Keluarga Menuju Bangsa yang Tangguh dan Berkarakter. Demikian tema besar kegiatan  “2nd National Conference on Islamic Psycology-NCIP” yang digelar oleh Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa-Rabu, 16-17 Februari 2016 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta. Tokoh nasional bidang Pendidikan sekaligus Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dan juga Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd bersama Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si (IPB) dan Dr. Hepi Wahyuningsih, S.psi., M.Si (UII) tampil sebagai pemateri seminar. Sedang ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA tampil sebagai keynote speaker.

Dalam sambutannya selaku tuan rumah, Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat Arief Fahmie, MA., HRM menegaskan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pencarian solusi permasalahan bangsa yang merupakan dampak kemajuan teknologi dan peran/posisi keluarga melalui disiplin ilmu Psikologi, khususnya melalui peran Psikologi Islami yang juga diharapkan mampu membawa kebahagian di akhirat.

Sementara Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc sebelum membuka acara secara resmi juga berpesan agar kegiatan tersebut nantinya bisa kembali memaksimalkan peran dan  fungsi keluarga sebagai lingkup terkecil dalam kehidupan seseorang mampu mencetak/melahirkan generiasi yang tangguh dan berkarakter.

Ketua KPAI, Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA dalam paparannya mengkritisi tidak imbangnya antara kecepatan pemahaman dalam pemanfaatan teknologi oleh orang tua dengan kecepatan perkembangan teknologi itu sendiri yang mengakibatkan anak-anak lebih pandai menggunakan teknologi tanpa pemahaman pemanfaatannya secara baik dan benar,  sehingga sulit dikontrol oleh orangtua yang kurang atau juga tidak paham dengan pemanfaatan perkembangan teknologi yang terjadi. Beliau juga mengkritisi kurang intensifnya pertemuan dan komunikasi antara anak dengan orangtua.

“Kasus keluarga dan pengasuhan anak memiliki kontribusi yang tinggi dalam kekerasan/penelantaran terhadap anak.  Keharmonisan keluarga juga menjadi faktor utama terjadinya kasus penelantaran anak. Sementara fenomena lain yang tak kalah berpengaruh adalah faktor ekonomi yang bukan hanya kemiskinan tapi juga kekayaan yang mendadak, seperti halnya sertifkasi yang diperoleh oleh para pendidik. Survey KPAI menunjukkan adanya peningkatan proses gugat cerai dan juga perceraian yang terjadi pada para pendidik semenjak adanya sertifikasi”, ungkapnya.

Staf pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta  itu juga menambahkan pentingnya masyarakat untuk mempelajari, menguasai,  dan juga memahami apa saja yang diperlukan sebelum proses pernikahan khususnnya paska berkeluarga, seperti halnya tentang hak dan kewajiban sebagai suami/isteri.

Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd selaku pemateri seminar dalam paparan singkatnya menyampaikan tentang pendidikan berkarakter yang bersinergi dengan orangtua, guru dan masyarakat. Sedangkan Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti menyampaikan materi penguatan karakter dan ketangguhan keluarga Indonesia yang kemudian ditutup oleh Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si yang menyampaikan kualitas perkawinan untuk penguatan keluarga.

Pada hari kedua, agenda masuk dalam sesi workshop bertema Love that Binds: Islamic Family for Family Relations  dengan menghadirkan Prof. Dr. malik Badri (Founder of Modern Islamic Psychology), Dr.Phill Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si dan Dr. Hepi Wahyuningsih. S.Psi., M.Si  sebagai pembicara serta tema Pendidikan Akhlak Mulia dengan menghadirka Prof. Mastura Badzis, Ph.D dan Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi.,M.Si sebagai pemateri.