Tag Archive for: psikologi

Komunikasi Kaji Digital Marketing

Penentuan kata kunci (keyword) dengan demand masyarakatdalam proses pemasaran/iklan melalui media digital (media sosial, blog, videotron, youtube, dll) menjadi kunci sukses keberhasilan sebuah iklan produk/jasa yang ingin dipasarkan. Demikian disampaikan oleh Teguh Triguna dari Chalkboard Asia saat memberi materi kuliah pakar yang diselenggarakan Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu, 8 Ramadhan 1438 H/3 Juni 2017 di Auditorium FPSB UII. Read more

Mahasiswa Psikologi Kreasikan Limbah Plastik sebagai Tas Jali Unik

Berawal dari ide ingin menciptakan sebuah produk yang bermanfaat bagi lingikungan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang juga berasal dari lingkungan sekitar, akhirnya mahasiswa Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Adi Muliya Nurcahyo (Psi-2014), Riska Pratama (Psi-2012), Mora Sukma Rizkiyani (Psi-2014) dan Wahyu Meka Rihlati (Psi-2014) dengan dibantu dosen pembimbing berinisiatif menciptakan produk Tas Jali (tas belanja lipat). Rencana itu pun akhirnya dikembangkan sebagai gagasan dalam proposal PKM-K.

“Setelah proposal kami lolos dan kami mulai untuk merealisasikan program ini, kami sedikit mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku produk. Bahan baku produk kami sendiri antara lain limbah sampah plastik (dikhususkan untuk sampah kemasan minuman sachet), kain, resleting, pita dan pengait. Kesulitan kami adalah justru dalam mendapatkan sampah tersebut. Hal pertama adalah karena bank sampah yang sebelumnya dikelola oleh komunitas ketua kelompok kami ternyata sudah tidak ada. Sehingga akhirnya kami mencari informasi kepada teman yang jurusan teknik lingkungan mengenai bank sampah yang ada di sekitar Sleman-Yogyakarta. Kemudian kami menyurvey beberapa bank sampah yang terdekat namun hasilnya nihil. Ada bank sampah yang telah menjual semua sampah yang telah dikumpulkan berbulan-bulan, ada bank sampah yang telah memproduksi sendiri produk tas plastik, dan bank sampah yg kebanyakan tidak memiliki sampah plastik kemasan minuman sachet. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari jalan lain yaitu dengan bekerja sama dengan kantin di FPSB, dimana kami meminta pemilik kantin untuk mengumpulkan sampah bekas minuman sachet tersebut. Alasan kami menggunakan sampah plastik jenis itu adalah karena menyesuaikan dengan desain tas kami yang tidak sepenuhnya terdiri dari plastik sehingga berbeda dengan produk lainnya”, ungkap Wahyu Meka Rihlati.

Wahyu Meka Rihlati menambahkan bahwasannya selain memiliki desain yang unik, mudah dibawa kemana saja karena bentuknya yang mudah dilipat, digantung, dan kecil serta berbeda dengan tas belanja plastik yang biasa diproduksi oleh industri rumahan lainnya, produk mereka juga tidak memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Hal tersebut dikarenakan selain produk yang dihasilkan bukan merupakan makanan, produk mereka juga dapat mengurangi limbah sampah plastik. Pembuatannya ternyata tidak terlalu sulit, yakni hanya menjahit kain yang digabungkan dengan limbah plastik dan bahan lainnya.

“Tas Jali menguntungkan secara finansial karena tidak membutuhkan modal yang terlalu banyak. Tiap satu tas yang terjual sudah mampu menutupi modal yang dibutuhkan untuk membuat satu tas tersebut. Jika Tas Jali diproduksi dalam skala besar maka keuntungan yang diperoleh pun semakin besar. Kami juga bermitra dengan penjahit-penjahit kecil di sekitar kampus UII sehingga dapat membantu mereka dalam melebarkan usaha jahit. Kedepannya Tas Jali akan terus mengalami inovasi desain-desain yang lebih bervariatif. Harapan kami melalui Tas Jali ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Sesuai tujuan awal kami yaitu untuk memberdayakan masyarakat sekitar, terutama ibu rumah tangga agar dapat menambah penghasilan keluarga. Kami juga berharap dapat lolos hingga ke PIMNAS 2017 agar dapat mengharumkan nama UII, khususnya bagi FPSB dan Psikologi”, pungkasnya.

Psikologi Kaji Neurosains : Prospek dan Tantangan

Dalam rangka mengetahui perkembangan kajian neurosains terkait sejauh kemampuannya dalam menguask misteri otak yang berpengaruh pada perilaku manusia serta prospek studi neurosains di Indonesia (peluang dan tantangannya), Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) secara khusus menggelar kolokium bertema “Tren Neurosains dalam Psikologi: Prospek dan Tantangan” pada hari Rabu, 7 Juni 2017 di Auditorium FPSB UII Yogyakarta dengan menghadirkan Galang Lufityanto, S.Psi., M.Psi., Ph.D (Dosen UGM) sebagai pemateri. Adapun moderator dibawakan oleh Hariz Enggar Wijaya, S.Psi., M.Psi.

Dalam paparannya, Galang Lufityanto banyak menceritakan perkembangan penelitian/kajian-kajian bidang neurosains khususnya di luar negeri. Menurutnya keilmuan Psikologi memiliki hubungan yang sangat erat (dekat) dengan neurosains, karena keduanya sama-sama mempelajari perilaku manusia, namun dengan pendekatan atau metode yang berbeda. Neurosains mempelajri perilaku manusia melalui susunan syaraf-syaraf yang ada otak.

“Motivasi mempelajari neurosains didasari pada keinginan yang kuat untuk menemukan mekanisme paling mendasar dalam menjelaskan fenomena psikologis pada manusia. Dengan mempelajari neurosains ini Kita semakin tahu bahwa kita sangat kecil sekali dibanding misteri alam semesta yang luar biasa dan ada kekuatan besar/luar biasa di alam ini”, ungkapnya.

Sementara Kepala Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si., Psikolog menjelaskan bahwa secara spesifik dalam ranah Psikologi, studi neurosains mengambil porsi sebesar 13,4%.  Terlihat kecil sepintas, namun jika dibandingkan dengan bidang sosial, riset neurosains dalam psikologi lebih tinggi hampir dua kalinya. Studi awal kajian neurosains dalam psikologi tercatat muncul pertama kali dalam Scopus pada tahun 1961 dan mencapai titik puncak pada tahun 2012.  Mulai pada tahun 2016, studi neurosains terlihat menurun tajam.  Meskipun demikian, gelombang neurosains di Indonesia justru terasa tengah dilirik, baik dalam ranah medis maupun psikologi.  Topik neurosains mengemuka dalam beberapa tahun ini.

Mahasiswa FPSB Inovasikan Cemilan Sayuran

Berawal dari kegemarannya mengonsumi kudapan (campuran sayur) yang lebih sehat (baca: tanpa MSG, tanpa pewarna, tanpa pengawet) namun belum banyak anak-anak atau bahkan orang dewas yang menyukainya, membuat mahasiswa Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia, Dyah Titi Delinda (angkatan 2014) tergerak hatinya menciptakan atau mengkreasikan sebuah kudapan yang lebih menarik namun tetap sehat dan bisa dinikmati siapa saja. Dengan dibantu oleh Fawwaz Ahmad Fauzan (mhs Psikologi) dan Putri Zakia Salsabilla (mhs. Ilmu Komunikasi), akhirnya mereka berhasil menciptakan produk cemilan berupa keripik kudapan yang diberi nama Vegie O’ Chips. Bahan-bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan yaitu buncis, brokoli, wortel, timun, dan labu. Read more

Psikologi Adakan Workshop AUN-QA

“Banyak hal yang musti dipersiapakn untuk sertifikasi ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA). Saat ini prodi psikologi dapat hibah PHK PS menuju ke sertifikasi AUN QA tahun 2020. Self Report Assessment (SAR) harus sudahs mulai disiapkan sejak awal. Salah satunya adalah kurikulum baru. Karena fokus AUN QA adalah outcome based sehingga kurikulum pun harus mengikuti ketentuan dari AUN QA. Harapannya adalah perlu adanya dukungan dari semua pihak terutama adalah dari fakultas dan universitas”. Demikian ungkap Ka. Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikoologi dan Ilmu Sosial Budaya (FSB) Universitas Islam Indonesia (UII) usai penyelenggaraan workshop sosialisasi hasil studi banding Tim PHK PS Internasionalisasi Program Psikologi, Senin, 29 Mei 2017 di Indolux hotel dengan menghadirkan Leni Sophia Heliani, ST., M.Sc., Ph.D dari Kantor Jaminan Mutu (KJM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Prodi Psikologi sudah merencanakan beberapa program dalam rangka memperoleh akreditasi AUN-QA tersebut, seperti (a) penyusunan kurikulum dan capaian pembelajaran yang memuat kekhasan psikologi Islam dan berstandar internasional, (b) peningkatan kompetensi dosen, (c) peningkatan kuantitas jumlah penelitian, pengabdian masyarakat dan publikasi ilmiah internasional, (d) peningkatan wawasan dan kompetensi mahasiswa, (e) pengembangan sistem pembelajaran dan manajemen mutu berbasis teknologi, (f) inisiasi laboratorium psikologi standar internasional serta (g) penyusunan AUN-QA SAR.

Namun demikian, untuk tahun pertama program yang akan dilakukan fokus pada penyusunan kurikulum dan capaian pembelajaran yang memuat kekhasan psikologi Islam dan berstandar internasional (a), peningkatan kompetensi dosen (b) dan penyusunan AUN-QA SAR. Prodi juga akan melibatkan beberapa tenaga ahli dari universitas luar negeri seperti UWA Australia dan UM Malaysia.

Mahasiswa Psikologi UNISS Lakukan KKL di FPSB UII

“Fakultas Psikologi (Psi) Universitas Selamat Sri (UNISS)merupakan fakultas yang baru saja berdiri. Oleh karena itu kami ingin sekali belajar banyak ke Prodi Psikologi (psi) Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) ini, karena kami juga alumni Psikologi UII”. Demikian ungkap Prapti Leguminosa, S.Psi., M.Psi, Dekan Fakultas Psikologi UNISS-Kendal yang juga alumni Prodi Psikologi FPSB UII saat mendampingi mahasiswanya melakukan Kunjungan Kuliah Lapangan (KKL) ke FPSB UII, Rabu, 10 Mei 2017. Rombongan sendiri diterima hangat oleh Dekan FPSB UII, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog beserta perwakilan PSC, perwakilan Jafana dan juga tim Marcoms FPSB UII di ruang audiovisual lt.2.

Dalam KKL tersebut, mahasiswa Fak. Psikologi UINISS mendapatkan materi Konseling Qurani yang disampaikan oleh Susu Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog. Menurut Pak Sus (Sapaan akrab Sus Budiharto) agama memang diturunkan untuk membimbing manusia agar hidup lebih bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jadi misi agama memang untuk membuat hidup manusia bahagia. Beliau juga menegaskan bahwasannya konseling Qur’ani merupakan salah satu aplikasi dari konseling Islami. Sedangkan konseling Islami sendiri diartikan sebagai aktifitas  bimbingan untuk mengembangkan akal pikiran, kejiwaan, keimanan, keyakinan agar dapat mengatasi problematika kehidupan dengan baik dan benar secara mandiri dengan berpedoman pada Al Quran dan Al Hadist.

Dalam kuliah tersebut, para mahasiswa diminta langsung praktek konseling Qur’ani. Masing-masing diminta untuk menulis/menceritakan masalah atau peristiwa/pengalaman mengesankan yang dialami beberapa waktu terakhir. Peserta kemudian diajak menghayati (berdiskusi) tentang eksistensi manusia dalam Al Quran, fungsi Al Quran sebagai petunjuk, penyembuh, rahmat, dan juga pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Setelah bisa memahami hal itu, peserta diminta mengucapkan ayat Al Quran yang dihafal atau membuka Al Quran secara spontan dengan terlebih dahulu membaca ta’awudz, membaca salah satu atau beberapa ayat dengan terjemahannya. Dari apa yang dihafal/dibaca  tersebut peserta difasilitasi untuk mengetahui makna dari terjemah ayat tersebut dan diberi tanggapan bahwa ayat yang telah dibaca/dihafal adalah media memahami masalah/makna hidupnya.

Mahasiswa pun sangat antusias untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi sekaligus mereka ingin mengetahui jalan keluar / jawaban permasalahan yang dihadapi melalui makna Al Quran.

Usai mengikuti kuliah lapangan, mahasiswa mendapat kesempatan berkunjung ke Laboratorium Psikologi dan juga berdiskusi dengan komunitas Psychology Study Club (PSC).

NCIP 2017 Kaji Psikologi Akhlak Mulia

The 3rd National Conference on Islamic Psychology (NCIP) 2017 yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) di Shantika Premier Hotel Yogyakarta pada tgl 16-17 Mei 2017 mengangkat Psikologi Akhlak Mulia sebagai tema besar. Menurut panitia penyelenggara, tema tersebut diangkat dengan semangat untuk mengembangkan kajian-kajian mengenai karakter unggul yang bersumber dari ajaran Islam dalam rangka menciptakan pribadi yang rahmatan lil ‘alamin, pribadi yang membawa kebermanfaatan bagi diri sendiri, masyarakat dan seluruh dunia.

Kegiatan yang diharapkan mampu mempertemukan para pakar, praktisi, akademisi, peminat dan pengamat Psikologi Islam maupun masyarakat umum dalam suatu forum yang bertujuan untuk mengembangkan jejaring dan kajian Psikologi berbasis Islam ini dibuka secara langsung oleh Wakil Rektor III Universitas Islam Indonesia, Dr-Ing. Ir. IlyaFadjarMaharika, MA, IAI.

Tampil sebagai pemateri adalah Prof. Dr. Malik Badri (IIIT sekaligus penemu psikologi Islam Modern), Dr.phil. Qurrotul Uyun, Psikolog (Dosen FPSB, Peneliti dan Praktisi Psikologi Islam), Dr. Ahmad Suharto (Pengasuh Ponpes Putri Gontor), dan Dr. Bagus Riyono, M.A (Dosen UGM, Peneliti dan Praktisi Psikolog Islam). Sedangkan Dr.Phil. Emi Zulaifah, M.Sc tampil sebagai moderator.

Dr. Malik Badri, MA sebagai pemateri pertama memberikan apresiasi tinggi atas diselenggarakannya NCIP 2017 tersebut. Dalam paparannya beliau menceritakan perkembangan keilmuan psikologi usai beliau melakukan kritikan pada tahun 1950 terhadap psikologi barat. Banyak ilmuan muslim yang saat itu marah dan tetap mempertahankan Freud. Dan beliau tidak menyangka bahwa apa yang beliau sampaikan telah berhasil membuat para ilmuan muslim gencar (baca: mencintai) mengkaji psikologi Islam. Saat ini pun para psikolog barat merasa ada sesuatu yang kurang dengan pendekatan psikologi yang mereka dilakukan. Mereka mencoba mencari pelengkap berupa psikologi spiritual ke arah Timur yang kemudian banyak dipengaruhi oleh agama Budha. Hal ini yang membuat Dr. Malik Badri cukup prihatin.

Beliau juga menegaskan bahwa akhlak mulia sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.  Bahkan meski banyak mukjizat yang sudah Allah SWT tunjukan melalui rasulnya, karakter Nabi Muhammad SAW tetap menjadi mukjizat yang paling bagus yang ditunjukan Allah SWT pada manusia. Beliau juga menambahkan peran penting seorang ibu dalam memberikan sentuhan karakter pada anaknya.

Paparan kedua yang disampaikan oleh Dr. Bagus Riyono, M.A. banyak mengupas tentang konsep lapisan-lapisan jiwa. Pak Bagus mengawali dengan melihat pola pengutusan seorang rasul yang biasanya untuk memperbaiki kondisi sebuah peradaban (baca: peradaban yang hancur). “Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ketika suatu bangsa terjebak dalam materialisme maka dipastikan akan jatuh. Ini kemudian akan diambil oleh kelompok lain yang dilandasi spiritual. Nabi diutus saat peradaban hancur, hingga peradaban tersebut bisa bangkit kembali. Begitu seterusnya dan ini sudah dimulai sejak Nabi Adam as. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW itu diutus sebagai nabi terakhir. Sekarang sudah masuk jaman materialistik. Maka kita harus khawatir karena ini merupakan tanda-tanda kehancuran dunia”, ungkapnya.

Pak bagus juga menambahkan bahwa untuk bisa mengembangkan akhlak mulia diperlukan pengembangan 4 lapisan penting dari diri seseorang, seperti sensiing, reasoning, empathy, dan juga spiritual. Pada anak2 pun perlu dilatih faham empati, spirtual dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Kekuatan spiritual itu yang paling luar biasa.

Sedangkan materi ketiga yang disampaikan Dr. Ahmad Suharto banyak mengupas manajemen pembentukan karakter atau akhlak mulia di pondok Pesantren Putri Gontor. “Kami tidak punya banyak teori. Tapi kami berusaha melakukan hal-hal yang baik”, ungkapnya. Beliau juga menegaskan bahwa pola pendidikan pesantren sudah dilakukan oleh para pejuang muslim sejak jaman dulu bahkan jauh sebelum kemerdekaan. Para pejuang juga ingin menjadikannya model pendidikan nasional.

“Metode terbaik adalah keteladanan. Santri itu 24 jam di kampusbersama ustadzah-ustadzahnya, sehingga mereka melihat keteladanan yang ada. Keteladagan lebih baik daripada ngomong seribu kali. Pembentukan akhlak/mentalitas tidak cukup dengan ngomong/teori, tapi juga harus dengan keteladanan”, tegasnya.

Sementara paparan terakhir disampaikan oleh Dr.phil. Qurrotul Uyun, S.Psi., M.Si., Psikolog melalui presentasinya yang berjudul Pengembangan Intervensi Psikologis Berbasis Psikologi Akhlak Mulia. Menurutnya sosok yang akrab disapa bu Uyun ini, sebenarnya ciri-ciri akhlak mulia yang sudah tersirat dalam Al Quran surat Al Mu’minun ayat 1-10, dimana seorang yang berakhlak mulia akan memiliki ciri-ciri seperti khusuk dalam sholat, menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna, mau menunaikan zakat, senaniasa menjaga kemaluannya, memelihara amanah dan janjinya serta senantiasa memelihara shalatnya (tepat waktu, tidak melakukan hal-hal yang keji dan munkar, berjamaah, dll).

“Akhlak mulia itu bukan sekedar perbuatan yang dapat dilihat. Ini menyangkut hubungan mnusia pada Allah yang menjadi akar pendidikan akhlak mulia. Semua ibadah/pendidikan itu bertujuan untuk membersihkan hati (tazkiyatun nafs), sehingga akan lebih dekat/taat pada Allah SWT”, ungkapnya.

Usai penyelenggaraan konferensi, panitia NCIP juga menyelenggarakan workshop dengan menghadirkan pemateri Dr. Shukran untuk mengupas tentang Akhlak Mulia dalam Psikologi Industri dan Organisasi, Dr. Ahmad Rusydi & Irwan Nuryana Kurniawan, M.Si tentang Pengembangan Konstruk dan Alat Ukur Psikologi Akhlak Mulia, Drs. Adriano Rusfi, Psikolog yang membahas Pendidikan Berbasis Psikologi Akhlak Mulia, dan Sus Budiharto, M.Si., Psikolog yang menyampaikan tentang konseling Qurani.

Mahasiswa FPSB Raih Excellent Paper Award IAARHIES

Nomophobia Arround Us ! Demikian judul paper garapan Ulfah Fauzia Oktafiani dan Chemara Zethy yang berhasil meraih “Excellence Paper Award” kategori Best Presentation/Best Content pada konferensi internasional yang diselenggarakan oleh The International Academic, Association of Researchers in Humanities, IT, Enggineering,  Science  (IAARHIES), Sabtu, 25 Maret 2017 di M Hotel Singapore. Read more