YUK, HINDARI BASA-BASI YANG BASI

Dwi Pranita, 20/09/2024

Indonesia terkenal dengan berbagai ragam suku bangsa dan budaya. Mulai dari suku Jawa, Sunda, Madura, Batak, Padang dan lain sebagainya. Orang-orangnya pun terkenal sangat ramah. Sesekali kita pasti sering bertegur sapa dengan orang yang tidak kita kenal di jalan. Orang yang belum kita kenal kadang suka menegur kita, apalagi dengan kerabat ataupun teman yang sudah dekat. Sehingga tak jarang apabila saat kita bersilaturahmi ke kerabat atau teman dekat kita, pastilah akan timbul obrolan basa-basi yang tidak dapat kita hindari. Apalagi jika kita berkunjung ke rumah Pakdhe, Bukdhe, Paklek dan Buklek kita. Seringkali obrolan yang timbul akan membicarakan berbagai macam pembahasan. Mulai dari pekerjaan sampai urusan jodoh pun biasanya tak luput dari pembicaraan. 

Selain itu, tak jarang juga gurauan atau candaan yang menyinggung perasaan sesekali keluar dari mulut kita ataupun mulut lawan bicara kita. Misalnya seperti, “Apa kabar? Udah nikah belum?” Tanya teman kita yang lama tidak kita jumpa. Kemudian pada saat kita menjawab belum  menikah, pastilah akan lanjut kepada candaan atau gurauan yang sedikit menyinggung perasaan kita ataupun lawan bicara kita. Sedangkan  apabila kita menjawab sudah menikah, maka pastilah obrolan akan berlanjut kemana-mana, misalnya menanyakan apakah sudah punya anak atau belum, kalau sudah punya nanti kembali ditanyakan sudah berapa? Kok tidak nambah? Dan lain sebagainya. Lama-lama obrolan tersebut menjadi basa-basi yang basi menurut kita, karena sudah menjadi template kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan berbasa-basi dengan menanyai kehidupan seseorang. Namun apabila basa-basi tersebut sudah menjurus pada pertanyaan mengenai permasalahan pribadi dan kemudian menjadi bahan olokan itulah yang disebut obrolan yang basi. Orang yang menjadi bahan olokan tersebut bisa saja tidak senang dan akhirnya menghindari sosialisasi. Apalagi dengan generasi Z yang terkenal dengan anak yang suka teknologi dan tidak senang berbasa-basi. Mereka akhirnya akan cenderung menghindari pembicaraan secara langsung dan lebih senang mengobrol melalui jari-jari mereka di sosmed. Akhirnya mereka pun menjelma menjadi netizen yang menyoroti dan mengeluarkan perkataan di luar batas. Karena bisa jadi mereka punya pengalaman yang tidak menyenangkan mengenai obrolan basa-basi sebelumnya.

Menurut Islam, kita hendaknya berkata baik atau diam, sebagaimana Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR Bukhori Muslim:

Artinya: “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Menurut hadis tersebut diharapkan kita selalu berkata baik dalam hal apapun, dan lebih baik kita diam jika kita tidak dapat berkata baik. Jadi hendaklah kita berbasa-basi untuk sesuatu yang baik, janganlah kemudian kita berbasa-basi yang dapat menyinggung perasaan lawan bicara kita. Hendaknya kita juga mengetahui adab-adab dalam berkomunikasi yang baik. Selain hadis di atas, kami juga menemukan hadis mengenai larangan berkata bohong atau bercerita dusta misalnya demi menghidupkan suasana agar terlihat hidup pada saat mengobrol. Hadis tersebut sebagaimana yang diriwayatkan HR. Abu Dawud, yaitu:

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Artinya: “Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya”

Dari hadis tersebut, kita mengetahui bahwa dengan kita melebih-lebihkan cerita atau menanyai secara berlebihan orang yang kita ajak bicara dan dapat menyebabkan yang lainnya juga menertawai orang yang kita ajak bicara tersebut tidak dibolehkan dalam Islam. Rasulullah juga melarang hal yang demikian. Sangat celaka bagi orang yang berlaku demikian.

Lalu bagaimana cara kita berkomunikasi atau berbasa-basi yang baik kepada orang lain agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara kita. Sebagaimana penulis rangkum dari berbagai macam sumber, adapun caranya adalah sebagai berikut:

  • Etika Kesopanan

Dalam berbasa-basi, hendaklah kita menjaga kesopanan dalam berbicara, misalnya menjaga sikap tubuh, melihat lawan bicara kita saat mengobrol, dan tidak mendominasi percakapan. Saat kita menjaga etika kesopanan, percayalah lawan bicara kita pastilah merasa nyaman saat berbicara dengan kita.

  • Adab bicara yang baik

Selain melihat etika kesopanan, dalam berbicara atau berbasa-basi kita juga harus mengedepankan adab bicara yang baik, menjaga intonasi suara, menggunakan kata-kata yang sopan dan dapat dimengerti serta tidak menyinggung perasaan orang lain.

  • Menunjukkan antusias dalam berbicara namun tidak berlebihan

Selanjutnya kita juga harus terlihat antusias dalam mengobrol dengan orang yang kita ajak bicara, dengan menunjukkan sikap yang antusias, pastilah lawan bicara kita merasa dihormati dan  nyaman saat kita ajak ngobrol.

  • Menghindari untuk membicarakan kejelekan orang lain

Terakhir, kita juga harus menghindari dalam membicarakan kejelekan orang lain. Apabila ada yang menjelekkan orang lain sehendaknya kita bisa mengarahkan obrolan lain yang tidak menjelekkan orang tersebut.

Demikian beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari basa-basi yang basi. Berbasa-basi sangat boleh dilakukan namun kita harus melihat norma-norma yang berlaku dan tidak boleh sembarangan berbicara apalagi sampai menyinggung lawan bicara kita. Jangan sampai kita membuat orang lain tidak ingin berbicara dengan kita, karena kita telah melakukan basa-basi yang basi. Selain itu, bisa jadi mengobrol yang basa-basi ini menjadi dihindari orang lain yang akhirnya menjauhi kita dari silaturahmi. Padahal menutup silaturahmi itu tidak dibolehkan dalam Islam. Marilah kita selalu berinstrospeksi diri terhadap segala hal yang terjadi di sekitar kita, karena sebaik-baiknya makhluk adalah yang dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik. Wallahu’alam bis shawab.