Ambassadorial Lecture: Muslim Youth and Diplomacy
Muslim Youth and Diplomacy. Demikian tema yang diambil dalam kegiatan Ambassadorial Lecture yang diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia, Sabtu, 17 Juni 2023 di Auditorium Abdul Kahar Muzakir Kampus Terpadu UII.
Rektor UII, Prof. Fathul Wakhid dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka memberikan perspektif, memberikan alternatif pilihan terkait dengan banyak hal (diskursus juga termasuk pilihan masa depan) yang salah satunya akan dipengaruhi terhadap pilihan program studi. Ini penting karena masa depan bisa dipastikan penuh dengan ketidakpastian. Hanya orang adaptif yang bisa menejmput masa depan dengan baik, bisa menemput masa depan dengan suka cita. Maka kuncinya adalah terus belajar. Dengan terus belajar maka kita mempunyai potensi yang terus dikembangkan, sehingga dengan potensi yang lebih baik dan kecakapan yang lebih tinggi kita cenderung lebih fleksibel dalam konteks yang beragam. Kita tidak tahu di ujung mana kita akan berlabuh. Sehingga saat memilih program studi Hubungan Internasional atau lainnya, kita merencanakan. Tapi ujungnya sangat beragam. Prodi HI UII misalnya, tidak selalu berakhir menjadi duta besar. Tapi bisa peran yang lain. Peran yang memberi manfaat terbaik untuk banyak orang.
Sementara Dr. Zuhair M. Al-Sun dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih atas segala dukungan nyata yang diberikan Indonesia kepada Palestina selama ini. Lebih jauh beliau menerangkan beberapa negara yang mendukung Palestina dan juga negara yang tidak mendukung Palestina. Beliau juga menyampaikan upaya-upaya diplomasi Indonesia dengan negara-negara Arab (mesir, Aman, Aljazair, Irak, UEA) dan juga kerjasama dalam bidang bidang ekonomi, sosial budaya, maupun perdagangan yang cukup besar antara Indonesia dengan Palestina.
Terkait dengan pemuda, Dr. Zuhair M. Al-Sun menjelaskan bahwa para pemuda Palestina saat ini menjadi tumpuan bagi negara. Pemuda milenial selalu mengedapnkan kebebasan, demokrasi dan antusias terhadap inovasi dan mobilisasi. Pembangunan nasional berada di tangan pemuda meski generasi tua yang memimpin saat ini. Generasi tua juga berharap agar ke depan para pemuda ini yang akan menjadi pemimpin. Pemuda harus giat belajar dan berani. Termasuk juga bisa menghindari hal-hal yang bebahaya seperti narkoba dan sebagainya. Pemuda juga harus lebih selektif untuk bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah.
Pemuda yang akan membangun masyarakat harus memiliki basik atau pondasi yang kuat dalam dirinya. Mereka memiliki dampak yang besar untuk kebangkitan Islam dalam sejarah. Beliau juga menambahkan bahwa yang paling penting sebagai pemuda-pemudi Muslim harus menjaga nilai-nilai agama yang sudah diajarkan dan dapat menyebarkan kepada khalayak lain. Kebangkitan sebuah negara ada di tangan pemuda. Pemuda yang sholeh dan sholihah yang bisa membangun peradaban yang cemerlang.
Pemuda memang harus meninggalkan sesuatu yang batil serta dapat memberikan keteladanan atau contoh-contoh yang baik kepada orag-orang disekitarnya.
Oleh karena itu beliau mengingatkan kepada kita (khususnya para pemuda) untuk senantiasa mengembangkan diri di berbagai bidang (sejarah, ekonomi, memahami situasi) agar bisa membangun negara dengan baik.
Nasihat bagi pemuda dan pemudi diharapkan paham agama, bisa memperbaiki diri sendiri dulu sebelum memperbaiki orang lain, meniatkan segala sesuatu yang dikerjakan semata karena Allah SWT, mengikuti teladan dari Nabi Muhammad SAW, menjaga diri dari sesuatu yang melanggar ketentuan Allah dan senantiasa sabar atas ketaatan kepada Allah SWT.
Pemuda juga diharapkan bisa beradptasi dengan kondisi saat ini, bisa menjaga diri dengan baik, terus belajar sehingga memiliki ilmu pengetahuan yang baik agar tidak tertinggal.