Istighfar sebagai Gaya Hidup

Oleh : Widodo Hesti Purwantoro—

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: Al Baqarah:30).

Pendahuluan

Sejak Iblis diusir oleh Allah SWT dari surga akibat membangkang perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Nabi Adam AS, sejak saat itu pula manusia menjadi target Iblis bersama bala tentaranya untuk disesatkan dengan berbagai tipu daya. Hal itu dikisahkan dalam Al Quran Surat Al A’raf ayat 12-18, dimana dalam ayat tersebut iblis yang merasa disesatkan (diusir oleh Allah SWT dari surga) meminta penangguhan kepada Allah SWt sembari menyatakan maksudnya untuk menggoda manusia agar juga tersesat dan kelak (saat hari berbangkit) akan menemaninya menjadi penghuni neraka.

Permohonan itu pun mendapat persetujuan dari Allah SWT. Hanya saja, memang tidak semua bisa disesatkan oleh Iblis, khususnya orang-orang yang ikhlas seperti tercantum dalam Al Quran Surat Shad ayat 82-83: “Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.”

Ikhlas di atas bisa dimaknai ketulusan makhluk ciptaanNya (khususnya Jin dan Manusia) dalam menjalankan tugas utama sebagai hamba Allah SWT untuk beribadah padaNya seperti halnya tercantum dalam Al Quran Surat  Ad-Zariyat :56 yang artinya “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah/beribadah kepada-Ku”. Dan tugas ibadah ini tentu tidak lain adalah adalah menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya.

Iblis sendiri akan melakukan penyesatan melalui bisikan-bisikan ke dalam hati manusia  untuk berbuat kerusakan, berbuat maksiat kepada Allah, berbuat durhaka dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak disukai/diridhoi atau bahkan dilarang Allah SWT.

Sebagai manusia biasa (bukan nabi/rasul) yang memang diciptakan memilik hati, tentu kita akan sangat memiliki potensi besar untuk tergoda atau disesatkan, yang jika tidak segera ber-istighfar dan atau bertaubat kepada Allah maka akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT. Saat di dunia hukuman itu bisa berupa azab, sedangkan kelak di akhirat hukumannya adalah menjadi penghuni neraka bersama iblis/setan.

Pengertian Istighfar dan Gaya Hidup

Menurut kamus Al-Munawwir, istghfar dimaknai atau diartikan dengan mengampuni, menutupi, memperbaiki, dan mendoakan. Sedangkan menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dalam kitabnya Mufradat li Alfadh Al-Qur’an, istighfar diartikan sebagai permintaan  atau permohonan ampun kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam ucapan dan perbuatan.

Terlepas dari sedikit perbedaaan arti atau definisi istighar di atas, namun secara umum (menurut ajaran Islam), istighfar adalah kalimat yang secara khusus sebenarnya ditujukan untuk meminta maaf dan memohon ampun atas kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan karena melanggar larangan Allah SWT. Istighfar sendiri secara harfiah merupakan ucapan kalimat “astaghfirullah” yang diucapkan sekali atau pun berulang kali oleh seorang Muslim.

Sedangkan gaya hidup menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat. Gaya hidup atau pola hidup atau perilaku hidup seseorang bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik dari sisi ekonomi, sosial-kemasyarakatan, politik, budaya, hingga sisi spiritualitas.

Jika dari gaya hidup ekonomi kita bisa melihat perilaku seseorang dari cara mengalokasikan waktu dalam memperoleh dan atau membelanjakan harta, maka sisi spiritualitas kita bisa melihat atau menilai seseorang dalam mengalokasikan waktu hidupnya dalam bertaqarub dan atau beribadah kepada Allah SWT.

Ada yang mengedepankan sedekah, mengedepankan silaturrahmi, maupun mengedepankan ‘nilai ibadah’ yang lain setelah melaksanakan ibadah wajib. Tentu gaya hidup atau perilaku hidup atau amal perbuatan di atas dilandasi dengan pengetahuan yang cukup atas masing-masing manfaat yang akan didapatkan.

Orang yang memilih gaya hidup sedekah tentu diawali dengan sebuah pengetahuan tentang kemuliaan atau manfaat dari sedekah yang dilakukan, seperti hadits riwayat Thabrani yang menyatakan bahwa rasulullah bersabda “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.”

Mengenal manfaat atau keutamaan istighfar

Dalam banyak literasi, istighfar disebutkan memiliki banyak manfaat atau keutamaan. Manfaat atau keutamaan tersebut secara implisit maupun eksplisit tertuang dalam Al Quran maupun Hadits. Berikut beberapa manfaat atau keutamaan dari istighfar.

Istighfar sebagai pengapus dosa. Secara khusus istghfar memang ditujukan untuk memohon maaf dan ampun atas kesalahan dan dosa yang kita lakukan kepada Allah SWT. Dalam Al Quran secara jelas Allah SWT berfirman “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah 2:199).

Dalam hadits Tirmidzi No.3540 juga disebutkan bahwa Anas bin Malik menceritakan “Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman dalam haditsnya: Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap kepada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku peduilkan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-mu dengan ampunan sepenuh bumi pula”.

Dari hadits di atas jelas kita ketahui bahwa Allah SWT akan menghapus dosa kita selama kita mau memohon ampun kepadaNya (dengan penuh harap tentunya). Sebesar apapun dosa kita dengan catatan tidak ada dosa syirik kepada Allah SWT.

Isitghfar sebagai penolak bala’/azab/musibah. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa azab datang akibat dosa yang dilakukan oleh manusia. Banyak kisah azab yang ditimpakan oleh Allah SWT akibat dosa yang dilakukan manusia ataupun suatu kaum, seperti kaum nabi Luth yang terkenal dengan pembangkang dan penyuka sesama jenis. Mereka diazab dengan hujan batu-batu besar dari langit  hingga menjungkir balikan kota mereka.

Ada juga kaum Tsamud yang membangkang akan ketauhidan terhadap Allah SWT. Mereka diazab dengan petir yang menggelegar (sangat keras) hingga menyebabkan seluruh penduduknya tewas serta menghancurkan peradaban mereka. Kemudian kita juga pernah mendengar atau membaca kisah kaum Ad yang juga diazab oleh Allah SWT dengan angin dingin yang sangat kencang hingga membunuh semua penduduk, dan juga kisah kaum Nabi Nuh yang mendapatkan azab berupa banjir yang sangat besar (banjir bandang) hingga menewaskan siapapun umat Nabi Nuh yang tidak beriman kepada Allah SWT waktu itu.

Terkait keutamaam istighfar sebagai penolak bala’ atau azab terdapat pada QS. Al Anfal:33 dimana dalam ayat tersebut Allah tidak akan mengazab hamba-Nya yang meminta ampun.

Istighfar sebagai pembuka terkabulnya doa. Selain menghapuskan dosa dan penolak bala’, istighfar juga bermanfaat untuk membuat doa kita kepada Allah menjadi terkabul. Dalam Al Quran disebutkan “Dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud:61).

Istighfar sebagai solusi dari masalah hidup. Dari hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abbas Rasulullah bersabda: “Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” Dari hadits ini kita mendapatkan poin manfaat istighfar sebagai salah satu pembuka solusi dari permasalahan hidup kita termasuk kelapangan dari kesempitan yang kita alami.

Istighfar sebagai pembuka pintu rezeki. Dari hadits di atas kita juga tahu bahwa istighfar akan membuat pintu rezeki terbuka dari arah yang tidak disangka-sangka. Selain itu, juga terdapat dal Al Quran terkait rezeki berupa harta yang banyak, “Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh : 10-12).

Secara logika, ini sangat bisa diterima karena dengan istighfar yang terus menerus, maka kebersihan hati kita akan jauh lebih terjaga dan akan lebih dekat dengan Allah SWT selaku pemberi rezeki. Kebersihan hati dan kedekatan dengan Allah SWT inilah yang kemudian akan membuat seseorang lebih bertaqwa kepada Allah SWT. Dan janji Allah SWT kepada hambaNya yang bertaqwa adalah akan diberikan rezeki dari tempat yang tidak disangka serta memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan hidupnya.

Isitghfar sebagai pembawa nikmat. Terkait hal ini, Allah SWT sudah menyampaikan melalui firman-Nya: “Dan minta ampunlah kepada Robb kalian, dan bertaubatlah. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai kepada waktu yang sudah ditentukan, dan Dia akan memberikan kepada hambanya yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat” (Hud: 3)

Istighfar sebagai Penurun Hujan. Terkait keutamaan ini, Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat Hud: 52 yang artinya: “Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.”

Ayat lain juga terdapat pada Surat Nuh : 10-12 yang artinya “Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh : 10-12)

Kesimpulan

Dari uraian berbagai keutamaan di atas serta contoh yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Bukhori nomor 6307 dimana Nabi Muhammad SAW sendiri senantiasa beristigfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya lebih dari 70 kali dalam sehari, maka dapat disimpulkan bahwa istighfar bisa dijadikan sebagai gaya hidup bagi seorang muslim.

Dengan gaya hidup istighfar atau menghidupkan istighfar dalam kehidupan kita, maka hal ini jelas akan sangat membantu kita untuk tidak melakukan perbuatan dosa yang sama dan atau membantu kita untuk segera memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang mungkin baru saja kita lakukan tanpa kita sadari atau bahkan dengan perbuatan dosa yang kita sadari. Selama itu bukan syirik, in sya Allah kita akan dimaafkan/diampuni oleh Allah SWT.

Dengan menghidupkan istighfar dalam kehidupan kita (istighfar sebagai gaya hidup) maka secara otomatis sebenarnya kita juga menghidupkan dzikir (dimaknai sebagai ingat kepada Allah SWT) meskipun dalam konteks permohonan ampun. Jika kesalahan dan dosa kita diampuni, maka secara otomatis jiwa kita akan masuk ke dalam golongan jiwa yang bersih, tenang, damai dan ikhlas (jiwa-jiwa muthma’innah). Dengan kondisi tersebut, in sya Allah kita dapat menjalani hidup ini dengan lebih baik.

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung dengan catatan amal amal penuh istighfar, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh beruntung bagi orang yang mendapatkan dalam buku catatan amalnya, banyak istighfar”. Wallahu a’lam bishawab.

 

Sumber:

www.merdeka.com/trending/7-manfaat-istighfar-rutin-bagi-seorang-muslim-punya-keutamaan-luar-biasa-kln.html

www.islami.com/tiga-makna-istighfar-dalam-al-quran

https://alhikmah.ac.id/istighfar-solusi-bangsa/