Melihat Peluang Psikologi di Masa Depan
The Future of Psychology in Indonesia. Demikian tema besar yang diangkat pada kuliah Umum Prodi Psikologi (Psi) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu, 22 Oktober 2022. Kegiatan yang didesaian untuk menyambut, menyemangati dan mengenalkan dunia psikologi kepada mahasiswa baru Prodi Psikologi FPSB UII tersebut menghadirkan Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog sebagai pemateri.
Hazhira Qudsyi, S.Psi., M.A. selaku Ketua Program Studi Psikologi FPSB UII dalam sambutannya menambahkan bahwa selain untuk menyambut, menyemangati dan mengenalkan bidang ilmu Psikologi, kegiatan tersebut juga diharapkan mampu membuat para mahasiswa Prodi Psikologi FPSB UII mempersiapkan karir yang lebih baik setelah lulus kelak, mengingat saat ini UU Pendidikan dan Layanan Psikologi juga sudah disahkan.
Sementara Prof. Seger Handoyo dalam paparan awalnya menegaskan bahwa berkarir di dunia Psikologi itu sangat menjanjikan dan menyenangkan. Psikologi sendiri saat ini merupakan salah satu mata pelajaran yang paling diminati untuk dipelajari karena berdampak pada semua bidang kehidupan, mulai dari pendidikan dan kesehatan hingga ekonomi dan kriminalitas.
“Ada peribahasa: untuk bisa meloncat dengan jauh, maka diperlukan ancang-ancang/awalan yang juga jauh. Di Jerman sejak SD anak-anak sudah diberi nilai sikap tentang merencanakan karir sejak awal dan kemudian diberi informasi apa saja pasar kerja yang ada. Di SMP lebih detil lagi, bahkan ditunjukan pekerjaannya itu seperti apa. Oleh karenya, untuk bisa merencanakan karir kita harus tahu apa yang akan dipersiapkan. Banyak karir bidang psikologi yang sekarang bisa diraih, seperti bidang industri, pendidikan, olahraga, ekonomi, sosial, politik, kesehatan dan masih banyak lagi”, ungkapnya.
Prof. Seger Handoyo melanjutkan bahwa lulusan Psikologi di Amerika hampir tidak ada yang menganggur, bahkan khususnya Psikologi Klinis memiliki pertumbuhan kebutuhan karir hingga 25%. Sedangkan di Indonesia sendiri, pada 2014 lalu baru ada 1-2 kementeriaan yang membutuhkan Psikolog. Namun pada tahun 2022 ini, lebih dari 10 kementerian yang membutuhkan psikolog. Hampir semua lembaga membutuhkan jasa layanan Psikologi. Sarjana psikologi bisa melakukan banyak aktivitas di bidang psikologi, seperti asesemen psikologis, evaluasi psikologis, diagnosa psikologis, penyusunan laporan psikologi, dukungan psikologi awal, psikoterapi, psikoedukasi, pelatihan psikologi, program psikologi maupun pengembangan tes psikologi.
“Ketika tuntutan semakin besar, maka tantangannya juga semakin besar. Kebutuhan psikologi itu sangatlah besar”, imbuhnya.
Beliau menambahkan bahwa Asosiasi Psikologi Amerika setiap tahun melakukan survey untuk melihat tren psikologi di Amerika. Mereka melakukan interveiew dengan berbagai pihak untuk kemudian dilaporkan.
“Di Amerika tren peran psikologi ada pada dampak perpecahan akibat faktor politik. Ini sebenarnya juga bisa menjadi peluang besar yang bisa disumbangkan oleh psikologi. Apalagi dampak pandemi juga. Riset psikologi saat ini juga banyak dipergunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya pada sektor bisnis, tapi juga pada pengambilan kebijakan di pemerintah. Selain itu, tren di Amerika Psikologi juga bisa berkontribusi pada proses pembelajaran jarak jauh, layanan kepolisian, dan juga kesehatan mental karyawan di perusahaan.
Bahkan saat ini di Indonesia sudah memberikan payung hukum dengan disahkannya undang-undang Pendidikan dan Layanan Psikologi (PLP). Selain memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kehadiran UU PLP tersebut juga membuka lapangan pekerjaan, seperti adanya kesempatan mengajar sebagai guru PAUD yang sebelumnya belum diakui karena belum ada dasar hukumnya.
“Belajar Psikologi itu belajar di liberal art. Beda dengan eksakta. Liberal art akan penting untuk belajar bagaimana berpikir (how to think) dan bagaimana persoalan itu diselesaikan, bagaimana ketrampilan problem solving dan berpikir itu dimiliki. Serta harus menyiapkan diri untuk belajar sepanjang hayat. Konsep, teori, fakta, model tidak semua bisa diajarkan di kuliah. Sehingga saat nanti sudah bekerja, harus terus belajar. Belajar berpikir sistematis, kritis, analisis, problem solving dan belajar sepanjang hayat. Juga harus belajar dalam hal komunikasi dan presentasi, mengolah informasi, evaluasi dan ketrampilan sintesis”, tandasnya.
Mahasiswa juga harus belajar tentang metodologi riset dan ketrampilan statistik. Proses berpikir riset sangat penting saat nanti memasuki dunia kerja. Dan yang tak kalah penting saat ini adalah belajar tentang Data literacy atau kemampuan membaca, menulis, berkomunikasi dengan data dalam konteks tertentu.
“Perusahaan2 besar di Amerika yang bekerja di bagian data analisis (yang buka bidang sistem informasi), mereka ,mengambil dari sarjana psikolog. Untuk menganaliis perilaku pasar, dsb. Dan yang terakhir adalah perkembangan Psikologi di Indonesia sangat jauh lebih luar biasa yang ditandai dengan semakin banyaknya asosiasi atau ikatan keilmuan dan atau praktik spesialis Psikologi”, pungkasnya.
Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab