Berbakti Kepada Anak

Oleh : Dwi Pranita——

Berbakti kepada anak.  Kalimat ini sepertinya terdengar aneh di telinga sebagian orang, karena biasanya yang sering kita dengar adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Bukan orangtua yang berbakti kepada anaknya. Perlu kita ketahui bahwa seorang anak merupakan titipan dari Allah subhanahu wa ta’ala yang harus kita jaga. Titipan di sini berarti bahwa anak sebenarnya merupakan pinjaman dari Allah yang dipinjamkan dalam keadaan baik dan tanpa noda maka dari itu harus kembali dalam keadaan yang baik juga. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim bahwa “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Dari hadis tersebut, maka dapat diketahui bahwa orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjadikan anaknya baik atau tidak. Jika orangtuanya berhasil mendidik anaknya dengan baik maka akan membawa kebaikan tersendiri pula bagi orangtuanya, namun jika orangtuanya tidak mendidik dengan baik maka akan membawa keburukan sendiri bagi orangtuanya.

Orangtua juga harus berbakti kepada anaknya. Pemikiran ini adalah hal yang harus dipahami oleh setiap orangtua di dunia. Jika orangtua tidak berbakti kepada anaknya, bagaimana seorang anak akan berbakti kembali kepadanya. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala mengenai kewajiban orangtua terhadap anaknya yang tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma’ruf.”

Sehingga dalam membesarkan anak ada beberapa cara yang harus dilakukan orangtua agar kelak memperoleh anak yang berbakti, sayang dan patuh kepada orangtuanya. Orangtua juga wajib mencontohkan yang baik-baik sehingga anak tersebut dapat mencontoh perilaku orangtuanya yang baik juga. Berikut ini adalah cara berbakti kepada anak yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.

  1. Memberikan Hak Anak

Memberikan hak anak adalah salah satu cara orangtua untuk berbakti kepada anaknya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  bersabda sebagaimana yang diriwayatkan At-Tirmizi yang artinya “Tidak ada pemberian seorang ayah yang lebih baik, selain dari budi pekerti yang luhur“. Salah satu hak anak adalah hak mendapatkan nafkah dan waris, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik, mengajarkan sopan santun, mengajari menulis, berenang dan memanah, memberikan nafkah yang baik dan halal, dan mengawinkannya bila saatnya tiba” (HR Hakim). Dengan memberikan hak anak maka anak juga akan belajar bahwa orangtuanya adalah orangtua yang bertanggungjawab kepada mereka sehingga mereka kelak akan memberikan kewajiban yang baik sebagai anak yang sholeh dan sholihah.

Salah satu contoh hak anak lainnya adalah menerima pendidikan Islam dari orangtuanya, misalnya dengan menyekolahkan anak tersebut di sekolah dengan kurikulum Islam terpadu. Dengan menyekolahkan anak di sekolah Islam, maka orangtua telah melakukan kewajibannya dalam mengenalkan anak tentang pendidikan Islam sebagaimana teladan Rasul Saw. Hal ini telah disampaikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yaitu “Tidak ada hadiah yang diberikan seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik daripada pendidikan yang baik”, serta dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani yaitu “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga perkara, mencintai nabi kalian, mencintai sanak keluarganya, dan membaca Al-Qur’an.”

Selain itu, mendoakan anak juga merupakan salah satu cara orangtua dalam memberikan hak-haknya. Allah sangat memuliakan doa sebagaimana disampaikan dalam Q.S. Ghafir ayat 60 yang berbunyi “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan  masuk ke Neraka Jahanam dala keadaan hina dina”. Dengan mendoakan anak menjadi anak yang sholeh, mudah-mudahan akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

  1. Memberikan Contoh yang Baik kepada Anak

Selain mengenalkan anak terhadap pendidikan Islam, orangtua juga wajib mencontohkan sikap yang baik kepada anak selama mendidik anak di rumah. Misalnya dengan cara mengajak anak untuk beribadah ke masjid, mengajari mengaji, menjaga sikap dan perilaku serta lisan yang tidak bertentangan dengan teladan Rasul Saw.  Intinya, orangtua juga harus menjadi orangtua yang baik dan sholeh dihadapan anaknya. Mengharap anak menjadi anak yang sholeh dan kelak akan mendoakan orangtuanya setelah tiada harus diawali terlebih dahulu dengan pembentukan diri menjadi orangtua yang sholeh. Menjadi orangtua sholeh di sini adalah selalu senantiasa berbuat kebaikan, melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhkan segala yang dilarang oleh Allah. Hal ini juga sudah disampaikan Allah dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’ad ayat 11 yaitu “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Maka dari itu, kita harus mampu merubah diri kita menjadi orangtua yang sholeh sebelum kita berharap anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholihah.

  1. Menyayangi anak dengan tidak memarahi atau membentak anak

 Hal lain yang dapat kita tunjukkan dalam hal menyayangi anak kita adalah dengan tidak memarahi anak ataupun membentak anak. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kak Seto Mulyadi – Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak bahwa membentak anak dapat merusak sistem saraf otak anak. Bahkan kerusakan yang terjadi bisa bertahan sampai mereka dewasa. Saat ini, anak-anak sedang dalam masa tumbuh kembangnya, saraf-saraf mereka juga masih belum sempurna dalam tahap pengembangannya. Pada saat dibentak maka otomatis seorang anak akan terguncang yang juga secara tidak langsung dapat merusak sistem sarafnya. Hal ini juga dapat membuat seorang anak mengalami gangguan pendengaran sehingga kelak dia tidak dapat menjadi pendengar yang baik.  Efek lainnya adalah seorang anak akan mengalami gangguan perilaku karena mereka akan merekam apa yang orangtuanya lakukan kepada mereka. Kelak mereka juga akan menjadi orangtua yang suka membentak anak-anak mereka kelak. Efek lainnya yang tidak kalah penting adalah anak akan menjadi kurang inisiatif karena takut salah atau keliru karena takut dimarahi jika melakukan kesalahan.

 

Untuk itu kita tidak boleh membentak seorang anak. Hal ini juga tertuang dalam Q.S. Al Luqman ayat 19 yang artinya “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuh-buruk suara ialah suara keledai.”

Selain tidak memarahi dan membentak, cara kita menyayangi anak di sini adalah dengan memberikan kasih sayang terhadap anak, peduli atas kehadiran dan keberadaannya atau tidak menelantarkannya. Misalnya sering bercengkrama dengan anak, menanyakan kabarnya, menanyakan kegiatannya selama di sekolah dan lain sebagainya. Tidak menelantarkan anak di sini misalnya dengan berusaha menjemputnya pada saat sekolah, atau jika tidak bisa menjemput orang tua sebaiknya memberikan penjelasan kenapa tidak bisa menjemputnya dan memberitahukan kepada anak tersebut siapa yang akan menjemputnya. Sebaiknya orang yang akan mengganti menjemput adalah orang yang telah dikenal oleh anak sehingga anak tersebut merasa aman dan nyaman. Mengasihi dan menyayangi anak di sini juga telah tertuang dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  yaitu, “Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil dan tidak pula menghormati para orang tua kami”.

  1. Tidak membedakan anak dengan yang lain (saudara atau orang lain)

Salah satu cara berbakti kepada anak lainnya adalah tidak membedakan anak dengan yang lain ataupun saudaranya sendiri karena dapat menimbulkan perasaan tidak senang di dalam diri anak tersebut. Misalnya membedakan di sini adalah jika anak tersebut mempunyai saudara kandung maka kita tidak boleh membandingkan perkembangan mereka. Setiap anak mempunyai kemampuan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini sejalan dengan sebuah hadis yang diriwiyatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim berdasarkan kisah An-Nu’man bin Basyir. Bahwasannya ayahnya datang membawanya kepada Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam  dan ayahnya tersebut berkata: “Sungguh aku telah memberi pemberian berupa seorang budak milikku kepada anakku ini”. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  bersabda: “Apakah semua anakmu kau beri seperti (anakmu) ini?” Dia menjawab: “Tidak.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya : “Apakah engkau senang apabila mereka (anak-anakmu) semuanya berbakti kepadamu dengan sama?” Dia menjawab: “Aku mau (wahai Rasulullah).” Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  bersabda: “Kalau begitu, jangan kau lakukan (pilih kasih).”

Tidak merendahkan anak di depan orang lain ataupun pada saat berdua dengannya juga merupakan salah satu cara tidak membedakan anak dengan orang lain. Misalnya, menyampaikan kepada orang lain bahwa nilai sekolah anaknya jelek, atau mengenai perilaku anak yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua lalu orangtua tersebut menyumpahi anaknya dengan hal-hal yang tidak baik. Hal ini sangat tidak diperkenankan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu “Janganlah kalian menyumpahi diri kalian, dan jangan pula menyumpahi anak-anak kalian dan harta kalian, kalian tidak mengetahui saat permintaan (do’a) dikabulkan sehingga Allah akan mengabulkan sumpah itu”.

  1. Menjadi pendengar yang baik

 Hal terakhir yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada anak kita adalah menjadi pendengar yang baik, sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam  adalah pendengar yang baik maka sebagai orangtua kita juga harus menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak kita kelak sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Atabah bin al-Walid, ketika duduk di samping Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau berkata, “Wahai Abul Walid, katakan apa yang hendak engkau ucapkan.” Kemudian Atabah berkata, “Dia tidak mengucapkan apa pun hingga ketika aku selesai dari ucapanku.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Apakah engkau sudah selesai?” Ia menjawab, “Sudah.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun melanjutkan, ”Maka dengarkanlah apa yang aku ucapkan.” Dengan menjadi pendengar yang baik maka secara tidak langsung kita menghormati apa yang dikatakan oleh anak kita, sehingga jika kita kelak ingin memberikan nasihat kepada mereka maka mereka akan dengan senang mendengarkan nasihat kita.

Demikian beberapa cara orangtua untuk berbakti kepada anaknya. Mungkin kata berbakti kepada anak ini masih terdengar cukup asing bagi kebanyakan orangtua lainnya, karena biasanya yang berbakti adalah seorang anak kepada orangtuanya. Mudah-mudahan dengan mengubah cara pandang ini maka kelak kita akan menghasilkan lebih banyak anak-anak sholeh-sholehah yang akan berbakti kepada orangtuanya sampai orangtuanya menghadap Allah subhanahu wa ta’ala kelak. Selain itu mereka juga akan mendoakan orangtuanya karena salah satu doa yang akan dan masih diperhitungkan oleh Allah pada saat orangtua meninggal kelak adalah doa dari anak-anak kita yang sholeh dan sholihah, Insya Allah.