Ramadhan: Momentum Kembali pada Tuhan
Ramadhan sebagai momentun menormalisasi kehidupan. Ramadhan juga momentum untuk mengejar ketertinggalan spiritual. Allah menyediakan banyak kesempatan untuk mengejar ketertinggalan spiritual melalui keberkahan, rahmat dan ampunan di Bulan Ramadhan. Seyogyanya kita bisa bersama-sama untuk seoptimal mungkin serius dalam beribadah di Bulan Ramadhan mendatang. Ramadhan sebagai momentum untuk kembali kepada Tuhan.
Demikian beberapa poin penting yang disampaikan oleh K.H. Dr. Tulus Musthofa, Lc, MA (UIN Sunan Kalijaga) pada kegiatan Pengajian Sambut Ramadhan 1442 H yang diselenggarakan dalam rangka Milad ke-27 Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), pada Jumat, 25 Maret 2022. Pengajian khusus untuk civitas akademika FPSB UII tersebut diselenggarakan secara daring.
Dalam paparannya ustadz Tulus Musthofa juga menjelaskan bahwa ibadah tidak semata-mata ritual, melainkan proses membangun karakter. Ibarat sebuah pohon iman adalah akar, ibadah wajib sebagai batang, ibadah-ibadah sunah diibaratkan akar, ranting, bunga dan daun sedangkan buah dari pohon tersebut diibaratkan sebagai akhlak atau karakter.
Dasar iman harus kuat. Iman kuat menjadi modal penting untuk berproses menuju atau membentuk karakter atau akhlak yang baik sebagai tujuan ibadah. Menurutnya iman kuat bisa diuapayakan dengan paksaaan (baca: memaksa diri atau menguatkan diri untuk melakukan ibadah meski berat dan terasa terpaksa di awal). Jika nanti sudah berjalan (dengan paksaan tersebut), maka lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang membuat ketagihan dalam beribadah.