Seberapa Besar Kita Meyakini Ketetapan Allah SWT?
OLeh : Diana Rahma Qadari —–
Jika seseorang ditanya bagaimana bila harapannya berakhir dengan kesedihan? Seringkali terjawab “tidak mau” atau “tidak siap”. Suatu hal yang lumrah jika yang diinginkan berakhir dengan kebahagiaan. Apabila Allah memberikan kesedihan berupa patah hati, kehilangan, kegagalan, tidak mendapatkan apa yang diinginkan, apakah kita bersedia menerima dengan hati yang lapang?
Selama kita masih bernafas, ujian dan cobaan hadir dalam hidup kita. Kesedihan dan kebahagiaan saling bersisihan. Tentunya, setiap manusia tidak bisa memperoleh semua kebahagiaan meski itu menjadi sebuah harapan dan doa yang kerap dilangitkan. Kita boleh meletakkan ekspektasi bahwa apa yang diinginkan akan menjadi milik kita, namun siapkan hati yang lapang untuk menerima segala kemungkinkan karena diatas segala pinta kita, Allah lebih dulu tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah Maha Mengetahui apa-apa saja yang terbaik bagi tiap manusia karena pemegang hak prerogatif atas takdir manusia. Tugas manusia tetap harus berprasangka baik terhadap kehendak Allah hingga saatnya Allah putuskan.
Terkadang saat kita mengupayakan sesuatu, kita terlalu fokus kepada proses untuk mendapatkan sebuah keberhasilan. Bagaimana caranya berhasil, persiapan apa yang harus dilakukan untuk mencapai yang diinginkan, dan tak sedikitpun menyiapkan diri dengan kemungkinan menghadapi kegagalan. Ketika kegagalan datang menghampiri, diri kita sibuk menyalahkan karena persiapan yang kurang maksimal atau bahkan larut dalam kesedihan. Kegagalan seakan membuat dunia tampak tidak ramah untuknya. Usaha dan upaya dikerahkan baik pikiran, energi, maupun waktu, dimaksimalkan untuk sebuah keberhasilan. Seringkali kita lupa bahwa di atas usaha dan upaya yang dilakukan ada kehendak Allah. Apabila Allah berkehendak lain maka tak akan sampai pada genggaman bahkan menyentuh ujung jaripun tidak.
Ketetapan Allah adalah yang terbaik
Sebagai hamba, kita haruslah meyakini bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik kepada hambaNya. Allah mengetahui apapun yang tidak kita ketahui, jika Allah selalu memberi keberhasilan, mungkin kita tidak akan menemukan diri kita yang lebih baik saat setelah melewati kegagalan. Karena saat diberikan kegagalan, maka ibadah sejatinya semakin khusyu’, semakin deras dalam melantunkan dzikir. Kegagalanpun pasti tetap memiliki makna. Ikhtiar kita untuk mencari keridhoanNya tidak akan sia-sia. Luaskan hati untuk menerima dan meyakini bahwa segala urusannya Allah telah mengaturnya, seharusnya tak menyisakan keraguan dihati kita dan cemas menghadapinya. Apapun yang menjadi ketetapan yang Allah adalah yang terbaik bagi hambaNya. Menerima setiap ketetapanNya dengan hati yang luas dan lisan yang tak henti mengucapkan syukur karena saat itu diri kita sedang diberikan jalan paling baik. Kita perlu berlindung dari ekspektasi diri sendiri yang nantinya akan membawa diri kita dari kekecewaan yang terlalu dalam dan berlarut yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Keyakinan utuh kepada Allah justru akan membuat diri kita ringan dalam menjalani hidup disertai hati yang tenang. Jaga diri kita dari ‘nglokro’ ketika Allah hadapkan dengan sesuatu di luar ekspektasinya. Lisannya sibuk berkeluh kesah dan menganggap keadaan yang ia terima tidak akan membawa perubahan yang lebih baik apapun ikhtiarnya. Agaknya, kita perlu membiasakan mengawali segala penerimaan atau takdir dengan berkhusnudzon pada Allah. Bagaimana Allah akan mengubah keadaan kita jika tanpa disertai ikhtiar. Kita harus pantang menyerah membawa harapan dalam doa untuk terus mengetuk pintu rizkiNya. Adapun kenikmatan atau kesedihan yang diterima di akhir, jangan sampai membawa diri kita untuk melangkah menjauh dariNya.
Harapan yang Allah ijabah menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk kita. Bisa jadi kebahagiaan tersebut didapat karena sujud panjang setelah ujian bertubi-tubi dengan tetap meyakini bahwa Allah akan segera mengangkat beban di atas pundak, mengangkat kesedihan dalam hati dan Allah akan memberikan kebahagiaan seperti matahari terbit seusai malam berakhir. Namun, yang perlu kita hindari adalah saat diri kita menjadi jumawa saat mendapatkan kebahagiaan atas sesuatu yang di idam-idamkan. Kadang manusia mudah berbangga hati bahwa pencapaian yang didapatkan adalah karena kepandaiannya. Kesuksesan yang ia peroleh semata karena kerja kerasnya. Jangan sampai dibalik kebahagiaan yang kita terima justru menimbulkan kesedihan bagi oranglain.
Keadaan maupun ketetapan yang sampai pada kita, kelola hati ketika Allah hadirkan kebahagiaan dan bersabar apabila cobaan menyapa kita seperti yang dijelaskan dalam QS. Al Baqarah:155-156 :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. Al Baqarah:155).
Dari QS Al Baqarah : 155 dapat kita pahami bahwa setiap manusia akan diberikan cobaan oleh Allah dan kita diminta bersabar yang tentunya menjadi hal sulit apabila hati kita dalam kondisi yang tidak menentu. KetetapanNya adalah hal yang misterius bagi manusia, namun dalam kekecewaan yang kita terima saat ini bisa jadi menjadi sesuatu yang melegakan diwaktu kedepan. Kesedihan yang kita terima saat ini sangat mungkin berujung kebahagiaan di waktu yang lain dan hal tersebut baru dapat kita sadari saat hati kita mampu menerima ketetapanNya. Cobaan yang dihadirkan dalam hidup kita untuk menguji kita, kemana diri dan hati kita akan berlari dan mengadu. Ujian hidup diberikan sesuai kemampuan manusia, jangan sampai pikiran kita yang membatasi bahkan mendorong untuk melakukan hal-hal yang semakin menjauh dari titik terang. Banyak kehidupan diluar sana yang bertubi-tubi diberikan ujian, namun tetap berjuang untuk bertahap hidup. Masalah yang dialami oranglain lebih pelik dari masalah kita yang mungkin hanya persoalan patah hati. Oranglain berfikir bagaimana urusan makan esok hari sementara kita membuang makanan sisa yang kita dapatkan hari ini. Apapun ujian yang sedang kita alami, jangan menyerah untuk mendekat padaNya dan sesering mungkin lekatkan dahi kita untuk bersujud. Jika saat ini kita berbangga hati dengan harga yang kita terima, sempatkanlah menengok kehidupan orang-orang di pinggiran.
Segala fase hidup yang diberikan Allah untuk kita pasti memiliki banyak catatan yang dapat diambil poin pentingnya dan tentu tidak sama pada masing-masing orang. Proses menjalani kehidupan yang dikawal dengan keimanan akan menjadi benteng diri sehingga diri kita tidak melakukan sesuatu yang tidak disukai olehNya dan menjadikan pandangan kita lebih luas untuk melihat kebaikan-kebaikan atas keadaan yang dihadirkan oleh Allah. Mungkin saat ini kita sedang menjalani kehidupan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya bahkan kehidupan yang tidak kita inginkan. Namun satu hal yang sangat penting adalah ikhlas dan jalani takdirNya dengan lapang dada. Hidup yang kita jalani bagaimanapun ceritanya adalah yang terbaik bagi kita. Semoga di sisa umur kita penuh hikmah, memiliki kebaikan diri yang semakin bertambah, dan istiqomah dijalanNya.